nasihat today

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan musibah apapun yang menimpamu, maka itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri.” (As Syura 30).

Tuesday, 22 December 2015

makalah metode penelitian kuantitatif



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan antara teori dengan fakta empirik di dunia nyata. Hubungan nyata ini lazim dibaca dan dipaparkan dengan bersandar kepada variabel, sedangkan hubungan nyata lazim dibaca dengan memperhatikan data tentang variabel itu.
Penelitian ilmiah yang mengukur variabel dalam penelitiannya adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantutatif dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan-hubungan antar fenomena, menentukan kausalitas dari variabel-variabel. Pendekatan penelitian semacam ini bermaslahat untuk menguji teori. Hal ini dilakukan melalui pengujian validitas hubungan variabel-variabel dalam rangka menguji atau mengubah teori.
Hal ini tentulah sangat menarik untuk diulas. Oleh karena itu, tulisan ini hadir karena penulis menyadari bahwa pengetahuan tentang variabel dan hipotesis penelitian sangat penting untuk dimiliki para mahasiswa. Sehingga penulis merasa bahwa tugas mata kuliah metode penelitian menjadi salah satu latar belakang yang sangat besar pengaruhnya terhadap hadirnya tulisan ini.


1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah metode penelitian kuantitatif ?
2.      Bagaimanakah proses penelitian kuantitatif ?
3.       Apa yang dimaksud dengan masalah, dan perumusan masalah dalam penelitian?
4.      Bagaimanakah variabel penelitian kuantitatif ?
5.       Apa yang di maksud dengan paradigma penelitian ?
6.      Bagaiamanakah menemukan masalah dalam penelitian kuantitatif ?

1.3 Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui metode penelitian kuantitatif, termasuk proses penelitian, masalah, rumusan masalah, variabel penelitian, paradigma penelitian serta menemukan masalah dalam penelitian.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Penelitian Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif  merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitianyang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35).
Selain itu metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan simbol-simbol angka yang berbeda–beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan simbol–simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.
2.2 Proses Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti. Masalah harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris, sehingga peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai refrensi. Selanjutnya masalah dirumuskan secara spesifik. Untuk menjawab masalah yang bersifat sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca refrensi teoritis yang relevan. Kemudian untuk menguji hipotesis peneliti dapat memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Dan hendaknya instrumen penelitian terlebih dahulu diuji validitas dan realiabilitasnya. Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dilakukan pada objek tertentu baik populasi maupun sampel. Jika peneliti akan membuat generalisasi terhadap temuanya, maka sampel yang diambil harus respensif (mewakili). Setelah data terkumpul, selanjutnya dianalisi untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. Dalam analisis akan ditemukan apakah hipotesis ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang dajukan atau tidak. Kesimpulanya berdasarkan metode penelitian kuantitatif maka penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis data, serta kesimpulan dan saran.
2.3 Masalah
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupaun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan unruk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1985). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan. (Prof. Dr. Sugiyono: 52)
Masalah berhubungan dengan kesenjangan (gap) yang harus diisiatau sekurangnya dipersempit. Masalah menimbulkan celah (void) ruang ketidaktahuan. Masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara keebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should  be) dengan yang ada (what it is) (Suryabrata, 1994: 60). Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can be).
Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari sesuatu jawaban yang belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang belum ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan. (Purwanto, M. Pd : 108-109)
  1. Sumber masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.

a)    Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pemimpin pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang pendidikan. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah. Orang biasanya menulis menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya setelah terjadi perubahan?
 b)   Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan.
Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Mungkin masih ingat bahwa pada era orde baru direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal lantas tetapi ternyata tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan menjadi penurunan dalam jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul masalah. Dengan kebijakan MBS, kualitas pendidikan akan meningkat, tetapi ternyata belum terlihat. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.
c)    Adanya pengaduan.
Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga pendidikan, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan yang diberikan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu sekolah atau perguruan tinggi juga dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi pendaduan.
d)   Ada kompetisi.
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahan Pos dan Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada hand phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahan Kereta Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). Dalam pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam negeri, akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di Indonesia.
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM, harus ditunjukkan dengan data. Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbata, jenjang pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5 variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa menunjukkan data, maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.
Pada tabel 2.1 berikut diberikan contoh data tentang masalah SDM di Indonesia, yang menduduki rangking 110 dari 179 negara. Ini menjadi masalah karena yang diharapkan SDM yang berkualitas tinggi tetapi kenyataannya SDM yang ada kualitasnya lebih rendah bila dibandingkan dari negara-negara lain.
Human development index asean + 3 negara
No.
Country
Life expectancy (years)
Adult literacy  rate (%)
Gros enrolment ratio (%)
GDP Per-capita (PPP US$)
HDI Rank
1.
Singapure
78,7
92,5
87
24,481
25
2.
Brunei
76.4
92,7
74
19,210
33
3.
Malaysia
73,2
88,7
71
9,512
61
4.
Thailand
70,0
92,6
73
7,595
73
5.
Philippanes
70,4
92,6
82
4,321
84
6.
Vietnam
70,5
90,3
64
2,490
108
7.
Indonesia
66,8
87,9
66
3,361
110
8.
Myanmar
60,2
89,7
48
1,027
129
9.
Cambodia
56,2
73,6
59
2,078
130
10.
Lao pdr
54,7
68,7
61
1,759
133
11.
Japan
82,0
84
27,967
11
12.
Korea
77,0
97,9
93
17,971
28
13.
China
71,6
90,9
69
5,003
85
Source: UNDP – Human Development Report 2005. (Prof. Dr. Sugiyono:52-55)
2.4 Rumusan Masalah 
Berdasarkan tingkat eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi (Sugiyono, 1994: 36-39, Arikunto (1993: 28-31).
  1. a.  Permasalahan deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan suatu permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif
Contoh permasalahan deskriptif:
1.      Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
2.        Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum?
3.      Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?
4.      Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan?
5.      Seberapa tinggi tingkat produktifitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah kejuruan?
6.      Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia?
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif).
Penelitian yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan; minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.
1.      Permasalahan Komparatif
Permasalahan Komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1)   Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)
2)   Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel)
3)   Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta dan Pedagang? (dua variabel tiga sampel)
4)   Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA. (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
5)   Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas.
6)   Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (satu variabel dua sampel).
2.      Permasalahan Asosiatif
Permasalahan Asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau  lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.
1)      Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubunngan kausal maupun interaktif., contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
  1. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah? (variabel pertama adalah penjualan es dan ke dua adalah kejahatan) Hal ini berarti yang menyebabkan kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkin logikanya adalah sebagai berikut. Pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.
  2. Adakah hubungan antara rumah yang dekat  rel kereta api dengan jumlah anak?
  3. Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah?
  4. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah?
  5. e.       Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah ?
Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut.
  1. Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah.
  2. Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak.
  3. Hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah.
  4. Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah.

2)      Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:
a)    Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen).
b)   Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel dependen).
c)    Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi penbelajaran di SMA?
d)   Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen).
Contoh judul penelitiannya:
a)      Pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak di SD Kabupaten Alengkapura.
b)      Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Provinsi Indrakila.
c)      Pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah.
3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh:
1)   Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
2)   Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyababkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi. (Prof. Dr. Sugiyono: 55-60)
 2.5 Variabel Penelitian
 Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut , kemudian di tarik kesimpulan . Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian yang akan digunakan
Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2015)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :
1.      Hatch & Farhady (1981)
Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
2.      Kerlinger (1973)
Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dll. Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang bervariasi.
3.      Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
4.      Bhisma Murti (1996)
Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif.
5.      Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lainnya.
6.      Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)
Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.
7.      Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)
Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dsb. 

A. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional eksperimental.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga buah pola dalam memberikan definisi operasional dalam suatu variabel . Ketiga pola tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi, yang harus dilakukan atau yang tidak dilakukan untuk memperoleh variabel yang didefinisikan.
b.      Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara beroperasinya hal-hal yang didefinisikan.
c.       Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul.

B. Macam-Macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
a.       Variabel independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering di sebut variabel bebas .Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi sebab perubahanya atau timbilnya variabel dependen (terikat)
b.      Variabel Dependen
Sering disebut dengan variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat . Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabal bebas
                                   
            Contoh gambar : hubungan variabel independen – dependen.
c.       Variabel moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi ( memperkuat dan memper lemah ) hubungan antara variabel independen dengan ependen . Variabel ini di sebut juga variabel independen ke dua .Contoh dari variabel moderator adalah hubungan perilaku suami dan istri akan semangkin baik kalau mempunyai anak, dan akan menjadi renggang kalau ada fihak ke tiga ikut mencampuri


Contoh gambar: hubungan variabel independen, dependen, dan moderator.
d.      Variabel Intervening
Dalam hal ini Tuckman(1988) menyatakan variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan di ukur. Contohnya berupa gaya hidup seseorang.
Contoh gambar : hubungan variabel independen , moderator-intervening, dependen .
e.       Variabel Kontrol
Merupakan variabel yang di kendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak di penggaruhi oleh faktor luar yang tidak di teliti. Variabel kontrol sering di gunakan oeh peneliti  bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Contohnya : penggaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan dan mengetik.


Contoh gambar : hubungan Independen-Kontrol, Dependen.
            Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dan dependan, moderator, intervening atau variabel yang lain , harus di lihat konsteknya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari penggamatan yang empiris di tempat penelitian , untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan di teliti.

C. Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu
1.      Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Misalnya :
         Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
         Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
         Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
         Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
         Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.
2.      Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.  Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.  Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh :
1.      Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
2.      Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
3.      Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu.
4.      Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.
3.      Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan secara Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
1.      Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).
2.      Tingkat Kecerdasan,
3.      Jarak, dsb.
4.      Skala Rasio = Skala Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).Misalnya :
1.      Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
2.      Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.
3.      Berat Badan
4.      Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk ordinal atau nominal.
Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).





D. Korelasi antar Variabel
Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :
1.   Korelasi Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi tidak ada mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
1.      Kebetulan. Misalnya :  Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
2.       Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat dari Variabel Bebas) Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variable      terikat dari variable bebas yaitu “Pertumbuhan”.
3.       Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama. Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi otot. Keduanya merupakan indikator “Kemampuan” Kontraksi Otot.

2.      Korelasi Asimatris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable yang satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable Terikat ) Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan arterosklerosis.
3.      Korelasi Timbal Balik
adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruh – mempengaruhi. Contoh : Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi. Malabsorbsi akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.
2.6 Paradigma Peelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya:
(1)   jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan
(2)   jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan.
Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, den hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variable saja.
Pola hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigma penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk paradigm atau model penelitian kuantitatif khususnya untuk penelitian survey seperti gambar berikut:

1.      Paradigma Sederhana
Paradigma sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan dependen. Hal ini dapat digambarkan seperti:
Gambar: paradigma sederhana

X: Kualitas Guru                                                          Y: Pretasi Belajar Murid
Berdasarkan paradigm tersebut, maka dapat ditentukan:
Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
·         Rumusan masalah deskriptif (dua)
1.      Bagaimana X? (Kualitas guru)
2.      Bagaimana Y? (Prestasi belajar murid)
·         Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)
1.      Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.
Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan prestasi belajar. Hipotesis dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif (hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan). Dua hipotesis deskriptif: (jarang dirumuskan dalam penelitian) Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai70% baik. Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan.
Hipotesis asosiatif: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil)
·         Teknik analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis. Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel. Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment (lihat pedoman umum memilih teknik statistic untuk pengujian hipotesis).

2.      Paradigma Sederhana Berurutan
Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. Lihat gambar.
Gambar: paradigma sederhana berurutan
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atau X3, dengan persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan contoh 1 tersebut , dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.

3.      Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen
Dalam paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigm ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan masalah asosiatif (tiga  korelasi sederhana dan satu korelasi ganda). Perhatikan gambar.
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen

      Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel dependen Y. Untuk mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y, menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

4.      Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen
      Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada empat dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk yang sederhana ada enam dan yang ganda minimal satu.
gambar: Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen
Gambar diatas adalah paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu X1, X2, dan X3. Untuk mencari besarnya hubungan anatara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1 dengan X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana, dan ganda serta korelasi parsial dapat digunakan untuk analisis dalam paradigma ini.
5.      Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk mencari besarnya hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga dapat digunakan di sini.

6.      Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
Dalam Paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua variabel dependen (Y1 dan Y2). Terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah
hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel secara simultan.
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
paradigma ganda dua variabel independen dan dua variabel dependen. Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta Api.

7.      Paradigma Jalur

 
Gambar: paradigma jalur
Paradigma jalur. Teknik analisis statistic yang dipergunakan dinamakan path analysis (analisis jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung, atau melaluivariabel intervening. Dalam paradigma itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah hubungan.
Paradigma penelitian gambar diatas dinamakan paradigma jalur, karena terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya variabel antara lain, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung ke sasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status sosial tertentu X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33) tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,57. Contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger.
Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain cukup banyak, dan contoh-contoh yang diberikan terutama dikaitkan dengan teknik statistic yang dapat digunakan. Teknik statistik yang bersifat menguji perbedaan tidak tercermin pada paradigma yang telah diberikan, tetapi akan lebih tampak pada paradigma penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen misalnya akan dapat diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas kerja antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.

2.7 Menemukan Masalah
Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang yang tidak mempunyai masalah akan dimasalahan oleh orang lain ( hanya orang gila yang tidak mempunyai masalah namun seperi telah di kemukakan bahwa menemukan masalah yang betul-betul masalah.  bukanlah pekerjan mudah. Oleh karena itu bila masalah penelitian telah di temukan , maka pekerjaan penelitian telah 50 persen selesai.
            Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melekukan analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis masalah , maka permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting, yang kurang penting ,dan yang tidak penting.
Untuk dapat melakukan analisis masalah , maka pertama-tama peneliti harus mampu mendudukan masalah dalam konteks keseluruhan secara sistematis. Dalam konteks tersebut akan terlihat hubungan antar satu masalah dengan masalah yang lain , baik masalah yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
 Berikut contoh analisis masalah tentang kualitas lulusan dalam suatu pendidikan tertentu.

 (Pendidikan sebagai suatu sistem , berguna untuk melakukan analisis masalah pendidikan.)
Rendahnya kualitas hasil pendidikan yang berupa kualitas lulusan, secara langsung di penggaruhi oleh proses belajar menggajar dan potensi dasar murid. Pengaruh yang langsung terhadap kualitas luusan adaah, potensi dasar anak , peformance guru, kualitas kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, dan tata ruang kelas, dan kualitas evaluasi.
Berikut contoh cara menyusun paradigma penelitian , yang berjudul Pengaruh kualitas input murid , kurikulum, sarana dan prasarana, guru, serta sistem evaluasi terhadap kualitas lulusan .

Contoh gambar : Model penelitian , hasil dari analisis masalah.
C. Bentuk Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan. Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.
1.      Rumusan Masalah Deskriptif
Adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Contoh: Bagaimanakah profil pendidikan di Indonesia?
2.      Rumusan Masalah Komparatif
Adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara koteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang lain. Contoh: adakah perbedaan dinamika murid di kelas yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi?
3.      Rumusan Masalah Asosiatif atau Hubungan
Adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungsn antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga yaitu, hubungan simetri, kausal dan reciprocal atau interaktif.
·           Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat atau interaktif. Contoh: adakah hubungan antara kupu-kupu yang datang ke rumah dengan kedatangan tamu? Adakah hubungan antara menabrak kucing dengan kemungkinan mendapat kecelakaan? Dan lain sebagainya.
·           Hubungan kasual adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Hubungan ini merupakan salah satu asumsi ilmu dalam metode kuantitatif, di mana segala sesuatu itu ada, karena ada sebabnya. Dengan demikian dalam paradigma penelitian selalu ada variabel independen sebagai penyebab dan variabel dependen sebagai akibat. Contoh: adakah pengaruh insentif terhadap kinerja guru? Adakah pengaruh gaya kepemimpinan dengan kedisiplinan murid?
·           Hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukan adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif. Contoh: adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jenjang pendidikan masyarakat. (hubungan ini merupakan hubungan interaktif, karena dengan adanya radio, maka masyarakat lebih terbuka mendapat berbagai informasi. Dengan informasi ini, maka aspirasi untuk memperoleh pendidikan semakin tinggi. Selanjutnya dengan pendidikan yang lebih tinggi, akan mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, sehingga dapat digunakan untuk membeli radio). Bagaimanakah antara peran orang tua, guru dan murid dalam pembentukan kepribadian anak?
Dalam penelitian kualitatif seperti yang telah dikemukakan, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah  peneliti masuk lapangan atau situasi sosial tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk lebih memahami gejala yang masih remang-remang, tidak teramati, dinamis dan kompleks, sehingga setelah diteliti menjadi lebih jelas apa yang ada dalam situasi sosial tersebut. Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini disebut “emergent design” (Lincoln dan Guba, 1985: 102)





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitianyang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). berdasarkan metode penelitian kuantitatif maka penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis data, serta kesimpulan dan saran. pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Berdasarkan tingkat eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi (Sugiyono, 2015), Arikunto (1993: 28-31). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2015).
Berdasarkan hubungannya variabel dibagi menjadi enam yaitu variabel dependen atau variabel tidak bebas Variabel Independen atau variabel bebas, variabel intervening, variabel moderator, variabel control,  variabel acak atau random.  Sedangkan korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu : korelasi simetris, korelasi asimatris, korelasi timbal balik dan
Yang tidak kalah penting dalam bagian ini adalah paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma terdiri dari paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma ganda dengan dua variabel independen, paradigma ganda dengan tiga variabel independen, paradigma ganda dengan dua variabel dependen, paradigma ganda dengan dua variabel independen dan dua dependen, paradigma jalur.
Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melekukan analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis masalah , maka permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting, yang kurang penting ,dan yang tidak penting.







DAFTAR PUSTAKA

Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKedokteran dan Kesehatan,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Emzir, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,2002.
Kenglinger, Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder Loiuse. Research Methods Instrument Social Relation, Holt Rinehart and Winston, 1981.
Sogiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung, 2015.
Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative Research; Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno Hadi.  Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
Sedarmayanti dan Hidayat .2011. Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju. Hal. 36.





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan antara teori dengan fakta empirik di dunia nyata. Hubungan nyata ini lazim dibaca dan dipaparkan dengan bersandar kepada variabel, sedangkan hubungan nyata lazim dibaca dengan memperhatikan data tentang variabel itu.
Penelitian ilmiah yang mengukur variabel dalam penelitiannya adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantutatif dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan-hubungan antar fenomena, menentukan kausalitas dari variabel-variabel. Pendekatan penelitian semacam ini bermaslahat untuk menguji teori. Hal ini dilakukan melalui pengujian validitas hubungan variabel-variabel dalam rangka menguji atau mengubah teori.
Hal ini tentulah sangat menarik untuk diulas. Oleh karena itu, tulisan ini hadir karena penulis menyadari bahwa pengetahuan tentang variabel dan hipotesis penelitian sangat penting untuk dimiliki para mahasiswa. Sehingga penulis merasa bahwa tugas mata kuliah metode penelitian menjadi salah satu latar belakang yang sangat besar pengaruhnya terhadap hadirnya tulisan ini.


1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah metode penelitian kuantitatif ?
2.      Bagaimanakah proses penelitian kuantitatif ?
3.       Apa yang dimaksud dengan masalah, dan perumusan masalah dalam penelitian?
4.      Bagaimanakah variabel penelitian kuantitatif ?
5.       Apa yang di maksud dengan paradigma penelitian ?
6.      Bagaiamanakah menemukan masalah dalam penelitian kuantitatif ?

1.3 Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui metode penelitian kuantitatif, termasuk proses penelitian, masalah, rumusan masalah, variabel penelitian, paradigma penelitian serta menemukan masalah dalam penelitian.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Penelitian Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif  merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitianyang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35).
Selain itu metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan simbol-simbol angka yang berbeda–beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan simbol–simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.
2.2 Proses Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti. Masalah harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris, sehingga peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai refrensi. Selanjutnya masalah dirumuskan secara spesifik. Untuk menjawab masalah yang bersifat sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca refrensi teoritis yang relevan. Kemudian untuk menguji hipotesis peneliti dapat memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Dan hendaknya instrumen penelitian terlebih dahulu diuji validitas dan realiabilitasnya. Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dilakukan pada objek tertentu baik populasi maupun sampel. Jika peneliti akan membuat generalisasi terhadap temuanya, maka sampel yang diambil harus respensif (mewakili). Setelah data terkumpul, selanjutnya dianalisi untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis. Dalam analisis akan ditemukan apakah hipotesis ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang dajukan atau tidak. Kesimpulanya berdasarkan metode penelitian kuantitatif maka penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis data, serta kesimpulan dan saran.
2.3 Masalah
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupaun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan unruk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1985). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan. (Prof. Dr. Sugiyono: 52)
Masalah berhubungan dengan kesenjangan (gap) yang harus diisiatau sekurangnya dipersempit. Masalah menimbulkan celah (void) ruang ketidaktahuan. Masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara keebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should  be) dengan yang ada (what it is) (Suryabrata, 1994: 60). Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can be).
Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari sesuatu jawaban yang belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang belum ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan. (Purwanto, M. Pd : 108-109)
  1. Sumber masalah
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi.

a)    Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pemimpin pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang pendidikan. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah. Orang biasanya menulis menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah masalahnya setelah terjadi perubahan?
 b)   Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan.
Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Mungkin masih ingat bahwa pada era orde baru direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal lantas tetapi ternyata tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan menjadi penurunan dalam jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul masalah. Dengan kebijakan MBS, kualitas pendidikan akan meningkat, tetapi ternyata belum terlihat. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.
c)    Adanya pengaduan.
Dalam suatu organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga pendidikan, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan yang diberikan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu sekolah atau perguruan tinggi juga dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi pendaduan.
d)   Ada kompetisi.
Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahan Pos dan Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada hand phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahan Kereta Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). Dalam pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam negeri, akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di Indonesia.
Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM, maka masalah SDM, harus ditunjukkan dengan data. Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbata, jenjang pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5 variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa menunjukkan data, maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.
Pada tabel 2.1 berikut diberikan contoh data tentang masalah SDM di Indonesia, yang menduduki rangking 110 dari 179 negara. Ini menjadi masalah karena yang diharapkan SDM yang berkualitas tinggi tetapi kenyataannya SDM yang ada kualitasnya lebih rendah bila dibandingkan dari negara-negara lain.
Human development index asean + 3 negara
No.
Country
Life expectancy (years)
Adult literacy  rate (%)
Gros enrolment ratio (%)
GDP Per-capita (PPP US$)
HDI Rank
1.
Singapure
78,7
92,5
87
24,481
25
2.
Brunei
76.4
92,7
74
19,210
33
3.
Malaysia
73,2
88,7
71
9,512
61
4.
Thailand
70,0
92,6
73
7,595
73
5.
Philippanes
70,4
92,6
82
4,321
84
6.
Vietnam
70,5
90,3
64
2,490
108
7.
Indonesia
66,8
87,9
66
3,361
110
8.
Myanmar
60,2
89,7
48
1,027
129
9.
Cambodia
56,2
73,6
59
2,078
130
10.
Lao pdr
54,7
68,7
61
1,759
133
11.
Japan
82,0
84
27,967
11
12.
Korea
77,0
97,9
93
17,971
28
13.
China
71,6
90,9
69
5,003
85
Source: UNDP – Human Development Report 2005. (Prof. Dr. Sugiyono:52-55)
2.4 Rumusan Masalah 
Berdasarkan tingkat eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi (Sugiyono, 1994: 36-39, Arikunto (1993: 28-31).
  1. a.  Permasalahan deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan suatu permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif
Contoh permasalahan deskriptif:
1.      Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
2.        Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan Hukum?
3.      Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?
4.      Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan?
5.      Seberapa tinggi tingkat produktifitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah kejuruan?
6.      Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia?
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif).
Penelitian yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan; minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.
1.      Permasalahan Komparatif
Permasalahan Komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1)   Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)
2)   Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel)
3)   Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta dan Pedagang? (dua variabel tiga sampel)
4)   Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA. (satu variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
5)   Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas.
6)   Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (satu variabel dua sampel).
2.      Permasalahan Asosiatif
Permasalahan Asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau  lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.
1)      Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubunngan kausal maupun interaktif., contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
  1. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah? (variabel pertama adalah penjualan es dan ke dua adalah kejahatan) Hal ini berarti yang menyebabkan kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkin logikanya adalah sebagai berikut. Pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.
  2. Adakah hubungan antara rumah yang dekat  rel kereta api dengan jumlah anak?
  3. Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah?
  4. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah?
  5. e.       Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah ?
Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut.
  1. Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah.
  2. Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak.
  3. Hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah.
  4. Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah.

2)      Hubungan kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:
a)    Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen).
b)   Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel dependen).
c)    Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi penbelajaran di SMA?
d)   Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel dependen).
Contoh judul penelitiannya:
a)      Pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar anak di SD Kabupaten Alengkapura.
b)      Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Provinsi Indrakila.
c)      Pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah.
3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh:
1)   Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
2)   Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyababkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi. (Prof. Dr. Sugiyono: 55-60)
 2.5 Variabel Penelitian
 Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut , kemudian di tarik kesimpulan . Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian yang akan digunakan
Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2015)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :
1.      Hatch & Farhady (1981)
Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
2.      Kerlinger (1973)
Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dll. Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang bervariasi.
3.      Kidder (1981)
Variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.
4.      Bhisma Murti (1996)
Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif.
5.      Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lainnya.
6.      Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)
Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.
7.      Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)
Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dsb. 

A. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional eksperimental.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga buah pola dalam memberikan definisi operasional dalam suatu variabel . Ketiga pola tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi, yang harus dilakukan atau yang tidak dilakukan untuk memperoleh variabel yang didefinisikan.
b.      Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara beroperasinya hal-hal yang didefinisikan.
c.       Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul.

B. Macam-Macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
a.       Variabel independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering di sebut variabel bebas .Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi sebab perubahanya atau timbilnya variabel dependen (terikat)
b.      Variabel Dependen
Sering disebut dengan variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel terikat . Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabal bebas
                                   
            Contoh gambar : hubungan variabel independen – dependen.
c.       Variabel moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi ( memperkuat dan memper lemah ) hubungan antara variabel independen dengan ependen . Variabel ini di sebut juga variabel independen ke dua .Contoh dari variabel moderator adalah hubungan perilaku suami dan istri akan semangkin baik kalau mempunyai anak, dan akan menjadi renggang kalau ada fihak ke tiga ikut mencampuri


Contoh gambar: hubungan variabel independen, dependen, dan moderator.
d.      Variabel Intervening
Dalam hal ini Tuckman(1988) menyatakan variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan di ukur. Contohnya berupa gaya hidup seseorang.
Contoh gambar : hubungan variabel independen , moderator-intervening, dependen .
e.       Variabel Kontrol
Merupakan variabel yang di kendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak di penggaruhi oleh faktor luar yang tidak di teliti. Variabel kontrol sering di gunakan oeh peneliti  bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Contohnya : penggaruh jenis pendidikan terhadap keterampilan dan mengetik.


Contoh gambar : hubungan Independen-Kontrol, Dependen.
            Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dan dependan, moderator, intervening atau variabel yang lain , harus di lihat konsteknya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari penggamatan yang empiris di tempat penelitian , untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan di teliti.

C. Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu
1.      Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Misalnya :
         Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
         Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
         Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
         Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
         Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.
2.      Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.  Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat.  Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh :
1.      Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
2.      Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
3.      Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu.
4.      Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.
3.      Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan secara Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
1.      Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut (=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).
2.      Tingkat Kecerdasan,
3.      Jarak, dsb.
4.      Skala Rasio = Skala Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ).Misalnya :
1.      Tinggi Badan : sebagai Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
2.      Denyut Nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.
3.      Berat Badan
4.      Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk ordinal atau nominal.
Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki – laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).





D. Korelasi antar Variabel
Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :
1.   Korelasi Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi tidak ada mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
1.      Kebetulan. Misalnya :  Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
2.       Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat dari Variabel Bebas) Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variable      terikat dari variable bebas yaitu “Pertumbuhan”.
3.       Sama – sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama. Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi otot. Keduanya merupakan indikator “Kemampuan” Kontraksi Otot.

2.      Korelasi Asimatris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable yang satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable Terikat ) Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan arterosklerosis.
3.      Korelasi Timbal Balik
adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruh – mempengaruhi. Contoh : Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi. Malabsorbsi akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.
2.6 Paradigma Peelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya:
(1)   jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan
(2)   jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan.
Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, den hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variable saja.
Pola hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigma penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk paradigm atau model penelitian kuantitatif khususnya untuk penelitian survey seperti gambar berikut:

1.      Paradigma Sederhana
Paradigma sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan dependen. Hal ini dapat digambarkan seperti:
Gambar: paradigma sederhana

X: Kualitas Guru                                                          Y: Pretasi Belajar Murid
Berdasarkan paradigm tersebut, maka dapat ditentukan:
Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
·         Rumusan masalah deskriptif (dua)
1.      Bagaimana X? (Kualitas guru)
2.      Bagaimana Y? (Prestasi belajar murid)
·         Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)
1.      Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.
Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan prestasi belajar. Hipotesis dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif (hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan). Dua hipotesis deskriptif: (jarang dirumuskan dalam penelitian) Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai70% baik. Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan.
Hipotesis asosiatif: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil)
·         Teknik analisis Data
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis. Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel. Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment (lihat pedoman umum memilih teknik statistic untuk pengujian hipotesis).

2.      Paradigma Sederhana Berurutan
Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. Lihat gambar.
Gambar: paradigma sederhana berurutan
Paradigma sederhana menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atau X3, dengan persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan contoh 1 tersebut , dapat dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.

3.      Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen
Dalam paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigm ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan masalah asosiatif (tiga  korelasi sederhana dan satu korelasi ganda). Perhatikan gambar.
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen

      Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel dependen Y. Untuk mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y, menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

4.      Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen
      Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada empat dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk yang sederhana ada enam dan yang ganda minimal satu.
gambar: Paradigma Ganda dengan Tiga Variabel Independen
Gambar diatas adalah paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu X1, X2, dan X3. Untuk mencari besarnya hubungan anatara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; X1 dengan X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana, dan ganda serta korelasi parsial dapat digunakan untuk analisis dalam paradigma ini.
5.      Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen
Paradigma ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk mencari besarnya hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga dapat digunakan di sini.

6.      Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
Dalam Paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua variabel dependen (Y1 dan Y2). Terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah
hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel secara simultan.
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
paradigma ganda dua variabel independen dan dua variabel dependen. Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta Api.

7.      Paradigma Jalur

 
Gambar: paradigma jalur
Paradigma jalur. Teknik analisis statistic yang dipergunakan dinamakan path analysis (analisis jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur langsung, atau melaluivariabel intervening. Dalam paradigma itu terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah hubungan.
Paradigma penelitian gambar diatas dinamakan paradigma jalur, karena terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya variabel antara lain, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung ke sasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status sosial tertentu X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33) tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,57. Contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger.
Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain cukup banyak, dan contoh-contoh yang diberikan terutama dikaitkan dengan teknik statistic yang dapat digunakan. Teknik statistik yang bersifat menguji perbedaan tidak tercermin pada paradigma yang telah diberikan, tetapi akan lebih tampak pada paradigma penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen misalnya akan dapat diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas kerja antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.

2.7 Menemukan Masalah
Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang yang tidak mempunyai masalah akan dimasalahan oleh orang lain ( hanya orang gila yang tidak mempunyai masalah namun seperi telah di kemukakan bahwa menemukan masalah yang betul-betul masalah.  bukanlah pekerjan mudah. Oleh karena itu bila masalah penelitian telah di temukan , maka pekerjaan penelitian telah 50 persen selesai.
            Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melekukan analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis masalah , maka permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting, yang kurang penting ,dan yang tidak penting.
Untuk dapat melakukan analisis masalah , maka pertama-tama peneliti harus mampu mendudukan masalah dalam konteks keseluruhan secara sistematis. Dalam konteks tersebut akan terlihat hubungan antar satu masalah dengan masalah yang lain , baik masalah yang mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
 Berikut contoh analisis masalah tentang kualitas lulusan dalam suatu pendidikan tertentu.

 (Pendidikan sebagai suatu sistem , berguna untuk melakukan analisis masalah pendidikan.)
Rendahnya kualitas hasil pendidikan yang berupa kualitas lulusan, secara langsung di penggaruhi oleh proses belajar menggajar dan potensi dasar murid. Pengaruh yang langsung terhadap kualitas luusan adaah, potensi dasar anak , peformance guru, kualitas kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, dan tata ruang kelas, dan kualitas evaluasi.
Berikut contoh cara menyusun paradigma penelitian , yang berjudul Pengaruh kualitas input murid , kurikulum, sarana dan prasarana, guru, serta sistem evaluasi terhadap kualitas lulusan .

Contoh gambar : Model penelitian , hasil dari analisis masalah.
C. Bentuk Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat memandu penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan. Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.
1.      Rumusan Masalah Deskriptif
Adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Contoh: Bagaimanakah profil pendidikan di Indonesia?
2.      Rumusan Masalah Komparatif
Adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara koteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang lain. Contoh: adakah perbedaan dinamika murid di kelas yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi?
3.      Rumusan Masalah Asosiatif atau Hubungan
Adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungsn antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif dibagi menjadi tiga yaitu, hubungan simetri, kausal dan reciprocal atau interaktif.
·           Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat atau interaktif. Contoh: adakah hubungan antara kupu-kupu yang datang ke rumah dengan kedatangan tamu? Adakah hubungan antara menabrak kucing dengan kemungkinan mendapat kecelakaan? Dan lain sebagainya.
·           Hubungan kasual adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Hubungan ini merupakan salah satu asumsi ilmu dalam metode kuantitatif, di mana segala sesuatu itu ada, karena ada sebabnya. Dengan demikian dalam paradigma penelitian selalu ada variabel independen sebagai penyebab dan variabel dependen sebagai akibat. Contoh: adakah pengaruh insentif terhadap kinerja guru? Adakah pengaruh gaya kepemimpinan dengan kedisiplinan murid?
·           Hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukan adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif. Contoh: adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jenjang pendidikan masyarakat. (hubungan ini merupakan hubungan interaktif, karena dengan adanya radio, maka masyarakat lebih terbuka mendapat berbagai informasi. Dengan informasi ini, maka aspirasi untuk memperoleh pendidikan semakin tinggi. Selanjutnya dengan pendidikan yang lebih tinggi, akan mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, sehingga dapat digunakan untuk membeli radio). Bagaimanakah antara peran orang tua, guru dan murid dalam pembentukan kepribadian anak?
Dalam penelitian kualitatif seperti yang telah dikemukakan, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah  peneliti masuk lapangan atau situasi sosial tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk lebih memahami gejala yang masih remang-remang, tidak teramati, dinamis dan kompleks, sehingga setelah diteliti menjadi lebih jelas apa yang ada dalam situasi sosial tersebut. Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini disebut “emergent design” (Lincoln dan Guba, 1985: 102)





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitianyang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). berdasarkan metode penelitian kuantitatif maka penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis data, serta kesimpulan dan saran. pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Berdasarkan tingkat eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi (Sugiyono, 2015), Arikunto (1993: 28-31). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2015).
Berdasarkan hubungannya variabel dibagi menjadi enam yaitu variabel dependen atau variabel tidak bebas Variabel Independen atau variabel bebas, variabel intervening, variabel moderator, variabel control,  variabel acak atau random.  Sedangkan korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu : korelasi simetris, korelasi asimatris, korelasi timbal balik dan
Yang tidak kalah penting dalam bagian ini adalah paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma terdiri dari paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma ganda dengan dua variabel independen, paradigma ganda dengan tiga variabel independen, paradigma ganda dengan dua variabel dependen, paradigma ganda dengan dua variabel independen dan dua dependen, paradigma jalur.
Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara melekukan analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon masalah. Dengan analisis masalah , maka permasalahan dapat diketahui mana masalah yang penting, yang kurang penting ,dan yang tidak penting.







DAFTAR PUSTAKA

Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi PenelitianKedokteran dan Kesehatan,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Emzir, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,2002.
Kenglinger, Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder Loiuse. Research Methods Instrument Social Relation, Holt Rinehart and Winston, 1981.
Sogiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta, Bandung, 2015.
Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative Research; Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno Hadi.  Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
Sedarmayanti dan Hidayat .2011. Metodologi Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju. Hal. 36.



No comments:

Post a Comment