BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan metode ilmiah dalam
kegiatan keilmuan. Penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu
menguji kecocokan antara teori dengan fakta empirik di dunia nyata. Hubungan
nyata ini lazim dibaca dan dipaparkan dengan bersandar kepada variabel,
sedangkan hubungan nyata lazim dibaca dengan memperhatikan data tentang
variabel itu.
Penelitian ilmiah yang mengukur variabel dalam penelitiannya adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantutatif dilaksanakan untuk menjelaskan,
menguji hubungan-hubungan antar fenomena, menentukan kausalitas dari
variabel-variabel. Pendekatan penelitian semacam ini bermaslahat untuk menguji
teori. Hal ini dilakukan melalui pengujian validitas hubungan variabel-variabel
dalam rangka menguji atau mengubah teori.
Hal ini tentulah sangat menarik untuk diulas. Oleh karena itu, tulisan ini
hadir karena penulis menyadari bahwa pengetahuan tentang variabel dan hipotesis
penelitian sangat penting untuk dimiliki para mahasiswa. Sehingga penulis
merasa bahwa tugas mata kuliah metode penelitian menjadi salah satu latar
belakang yang sangat besar pengaruhnya terhadap hadirnya tulisan ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
metode penelitian kuantitatif ?
2.
Bagaimanakah
proses penelitian kuantitatif ?
3.
Apa yang dimaksud dengan masalah, dan
perumusan masalah dalam penelitian?
4.
Bagaimanakah
variabel penelitian kuantitatif ?
5.
Apa yang di maksud dengan paradigma penelitian
?
6.
Bagaiamanakah
menemukan masalah dalam penelitian kuantitatif ?
1.3 Tujuan penulisan
1.
Untuk mengetahui
metode penelitian kuantitatif, termasuk proses penelitian, masalah, rumusan
masalah, variabel penelitian, paradigma penelitian serta menemukan masalah
dalam penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode
Penelitian Kuantitatif
Metode
penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur
dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain
menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut
penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan
penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau
tampilan lainnya.
Menurut
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitianyang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Metode kuantitatif sering
juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode
discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini
sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan
pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah
(scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga
disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena
data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian
kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value
free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan
prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui
penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti
yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat
membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika
dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh
dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35).
Selain itu
metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih menekankan
pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat
melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa
komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di
ukur dengan memberikan simbol-simbol angka yang berbeda–beda sesuai dengan
kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan
simbol–simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik
dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum
di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan
suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu
kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah
yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi
dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum
berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan
berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya
yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang
diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering
disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan
ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu.
Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta
dan menguji teori-teori yang timbul.
2.2 Proses Penelitian Kuantitatif
Penelitian
kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti. Masalah
harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris, sehingga
peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai refrensi. Selanjutnya
masalah dirumuskan secara spesifik. Untuk menjawab masalah yang bersifat
sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca refrensi teoritis yang
relevan. Kemudian untuk menguji hipotesis peneliti dapat memilih
metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Setelah metode
penelitian yang sesuai dipilih maka peneliti dapat menyusun instrumen
penelitian. Dan hendaknya instrumen penelitian terlebih dahulu diuji validitas
dan realiabilitasnya. Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dilakukan
pada objek tertentu baik populasi maupun sampel. Jika peneliti akan membuat
generalisasi terhadap temuanya, maka sampel yang diambil harus respensif
(mewakili). Setelah data terkumpul, selanjutnya dianalisi untuk menjawab
rumusan masalah dan menguji hipotesis. Dalam analisis akan ditemukan apakah
hipotesis ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan
hipotesis yang dajukan atau tidak. Kesimpulanya berdasarkan metode penelitian
kuantitatif maka penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas,
mulai dari rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis
data, serta kesimpulan dan saran.
2.3 Masalah
Seperti
telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan
masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat
dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni
maupaun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian
terapan, hasilnya langsung dapat digunakan unruk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih
masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian
(Tuckman, 1985). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang
betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah
selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan
yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan
penelitian akan segera dapat dilakukan. (Prof. Dr. Sugiyono: 52)
Masalah
berhubungan dengan kesenjangan (gap) yang harus diisiatau sekurangnya
dipersempit. Masalah menimbulkan celah (void) ruang ketidaktahuan.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das
sein), antara keebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what
should be) dengan yang ada (what it is) (Suryabrata, 1994:
60). Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can be).
Kesenjangan
masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya dengan mencari jawaban atas
pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan
dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari sesuatu jawaban yang
belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang
belum ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya
memperkecil kesenjangan. (Purwanto, M. Pd : 108-109)
- Sumber masalah
Masalah dapat diartikan
sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar
terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dan pelaksanaan, antara
rencana dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah
dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman
dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya
pengaduan, dan kompetisi.
a) Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan
kenyataan.
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan,
namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena
akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pemimpin pada
bidang pemerintahan harus berubah ke bidang pendidikan. Hal ini pada awalnya
tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola
pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau
dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah. Orang
biasanya menulis menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer,
maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan.
Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi
sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga
kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah
masalahnya setelah terjadi perubahan?
b) Terdapat penyimpangan antara apa yang telah
direncanakan dengan kenyataan.
Suatu rencana
yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana
tersebut, maka tentu ada masalah. Mungkin masih ingat bahwa pada era orde baru
direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal lantas tetapi
ternyata tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan
harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan
dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan menjadi penurunan dalam
jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul masalah. Dengan kebijakan
MBS, kualitas pendidikan akan meningkat, tetapi ternyata belum terlihat. Apakah
masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan.
Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya
penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.
c) Adanya pengaduan.
Dalam suatu
organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada
pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka
timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran
atau majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga
pendidikan, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media
sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas
pelayanan yang diberikan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau
tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh
sekelompok orang terhadap suatu sekolah atau perguruan tinggi juga dapat
menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan
cara menganalisis isi pendaduan.
d) Ada kompetisi.
Adanya
saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat
memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahan Pos dan Giro merasa mempunyai masalah
setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada hand
phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahan Kereta
Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga
menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah karena
tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel,
tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). Dalam
pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam negeri,
akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di
Indonesia.
Dalam
proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya
penelitian tentang SDM, maka masalah SDM, harus ditunjukkan dengan data.
Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbata, jenjang pendidikan yang rendah,
kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh
dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau
dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan
akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel
penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5
variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa menunjukkan data,
maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.
Pada tabel
2.1 berikut diberikan contoh data tentang masalah SDM di Indonesia, yang menduduki
rangking 110 dari 179 negara. Ini menjadi masalah karena yang diharapkan SDM
yang berkualitas tinggi tetapi kenyataannya SDM yang ada kualitasnya lebih
rendah bila dibandingkan dari negara-negara lain.
Human development
index asean + 3 negara
No.
|
Country
|
Life expectancy
(years)
|
Adult
literacy rate (%)
|
Gros enrolment
ratio (%)
|
GDP Per-capita
(PPP US$)
|
HDI Rank
|
1.
|
Singapure
|
78,7
|
92,5
|
87
|
24,481
|
25
|
2.
|
Brunei
|
76.4
|
92,7
|
74
|
19,210
|
33
|
3.
|
Malaysia
|
73,2
|
88,7
|
71
|
9,512
|
61
|
4.
|
Thailand
|
70,0
|
92,6
|
73
|
7,595
|
73
|
5.
|
Philippanes
|
70,4
|
92,6
|
82
|
4,321
|
84
|
6.
|
Vietnam
|
70,5
|
90,3
|
64
|
2,490
|
108
|
7.
|
Indonesia
|
66,8
|
87,9
|
66
|
3,361
|
110
|
8.
|
Myanmar
|
60,2
|
89,7
|
48
|
1,027
|
129
|
9.
|
Cambodia
|
56,2
|
73,6
|
59
|
2,078
|
130
|
10.
|
Lao
pdr
|
54,7
|
68,7
|
61
|
1,759
|
133
|
11.
|
Japan
|
82,0
|
–
|
84
|
27,967
|
11
|
12.
|
Korea
|
77,0
|
97,9
|
93
|
17,971
|
28
|
13.
|
China
|
71,6
|
90,9
|
69
|
5,003
|
85
|
Source: UNDP – Human Development Report 2005.
(Prof. Dr. Sugiyono:52-55)
2.4 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
tingkat eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga
jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi
(Sugiyono, 1994: 36-39, Arikunto (1993: 28-31).
- a. Permasalahan deskriptif
Permasalahan
deskriptif merupakan suatu permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri,
baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi
dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada
sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.
Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif
Contoh permasalahan deskriptif:
1. Seberapa
baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
2.
Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan
Hukum?
3. Seberapa
tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?
4. Seberapa
tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pelayanan pemerintah
daerah di bidang pendidikan?
5. Seberapa
tinggi tingkat produktifitas dan keuntungan finansial Unit
Produksi pada Sekolah-sekolah kejuruan?
6. Seberapa
tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid
sekolah di Indonesia?
Dari beberapa
contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan
satu variabel atau lebih secara mandiri( bandingkan dengan masalah komparatif
dan asosiatif).
Penelitian
yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap
masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan MBS,
tingkat produktivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada
Sekolah-sekolah Kejuruan; minat baca dan lama belajar rata-rata per hari
murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.
1.
Permasalahan
Komparatif
Permasalahan
Komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu
variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu
yang berbeda. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1) Adakah perbedaan prestasi
belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian
adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)
2) Adakah perbedaan disiplin
kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel)
3) Adakah perbedaan,
motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari
keluarga Guru, Pegawai Swasta dan Pedagang? (dua variabel tiga sampel)
4) Adakah perbedaan kompetensi
profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA. (satu
variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
5) Adakah perbedaan daya
tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan
Sekolah Menengah Atas.
6) Adakah perbedaan produktivitas
karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (satu variabel dua
sampel).
2.
Permasalahan
Asosiatif
Permasalahan
Asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan
antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan
simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.
1)
Hubungan simetris
Hubungan
simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan
munculnya bersama. Jadi bukan hubunngan kausal maupun interaktif., contoh
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
- Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah? (variabel pertama adalah penjualan es dan ke dua adalah kejahatan) Hal ini berarti yang menyebabkan kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkin logikanya adalah sebagai berikut. Pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.
- Adakah hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak?
- Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah?
- Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah?
- e. Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah ?
Contoh judul penelitiannya
adalah sebagai berikut.
- Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah.
- Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak.
- Hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah.
- Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah.
2)
Hubungan kausal
Hubungan
kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:
a) Adakah
pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar
anak? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel
dependen).
b) Seberapa besar
pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan
memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan
memperoleh pekerjaan variabel dependen).
c) Seberapa
besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi penbelajaran di
SMA?
d) Seberapa besar
pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap
kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan
kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel
dependen).
Contoh judul penelitiannya:
a)
Pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi
belajar anak di SD Kabupaten Alengkapura.
b)
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan
lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Provinsi Indrakila.
c)
Pengaruh kurikulum, media pendidikan dan
kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu
sekolah.
3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan
interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui
mana variabel independen dan dependen, contoh:
1) Hubungan antara motivasi
dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan
motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi
motivasi.
2) Hubungan antara kecerdasan
dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyababkan kaya, demikian juga orang
yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi. (Prof. Dr.
Sugiyono: 55-60)
2.5 Variabel Penelitian
Sebagian besar para ahli mendefinisikan
variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan,
dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut , kemudian di tarik kesimpulan . Dari dua
pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi
faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.
Variabel
penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan
oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu
penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel
yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan.
Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian
yang akan digunakan
Dalam
ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui
karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu
sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita.
Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas
dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
2015)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :
1.
Hatch & Farhady (1981)
Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau
obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek
dengan obyek yang lain.
2.
Kerlinger (1973)
Variable adalah konstruk (constructs) atau
sifat yang akan dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan,
status social, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dll. Variable
dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda
(different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang
bervariasi.
3.
Kidder (1981)
Variable adalah suatu
kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya.
4.
Bhisma Murti (1996)
Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai
variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau
kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif.
5.
Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian
yang berubah dari satu subyek ke subyek lainnya.
6.
Dr. Ahmad Watik
Pratiknya (2007)
Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah
penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa
apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai
variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
bervariasi.
7.
Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)
Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota
– anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang
lain. Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu. Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dsb.
A. Definisi Operasional
Definisi
operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi
operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi operasional yang diukur,
ataupun definisi operasional eksperimental.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan
diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan
kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian
hipotesis.
Dari
keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga buah pola dalam
memberikan definisi operasional dalam suatu variabel . Ketiga pola tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Definisi yang disusun atas dasar
kegiatan lain yang terjadi, yang harus dilakukan atau yang tidak dilakukan
untuk memperoleh variabel yang didefinisikan.
b. Definisi yang disusun berdasarkan
bagaimana sifat serta cara beroperasinya hal-hal yang didefinisikan.
c. Definisi yang disusun atas dasar
bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul.
B. Macam-Macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
a. Variabel independen
Variabel ini sering disebut
sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering
di sebut variabel bebas .Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
sebab perubahanya atau timbilnya variabel dependen (terikat)
b.
Variabel Dependen
Sering disebut dengan variabel
output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat . Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabal bebas
Contoh
gambar : hubungan variabel independen – dependen.
c. Variabel moderator
Variabel moderator adalah
variabel yang mempengaruhi ( memperkuat dan memper lemah ) hubungan antara
variabel independen dengan ependen . Variabel ini di sebut juga variabel
independen ke dua .Contoh dari variabel moderator adalah hubungan perilaku
suami dan istri akan semangkin baik kalau mempunyai anak, dan akan menjadi
renggang kalau ada fihak ke tiga ikut mencampuri
Contoh gambar: hubungan variabel independen, dependen,
dan moderator.
d. Variabel Intervening
Dalam hal ini Tuckman(1988)
menyatakan variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen menjadi hubungan
yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan di ukur. Contohnya berupa gaya
hidup seseorang.
Contoh gambar : hubungan variabel independen ,
moderator-intervening, dependen .
e. Variabel Kontrol
Merupakan variabel yang di
kendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap
dependen tidak di penggaruhi oleh faktor luar yang tidak di teliti. Variabel
kontrol sering di gunakan oeh peneliti
bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Contohnya : penggaruh jenis pendidikan terhadap
keterampilan dan mengetik.
Contoh gambar : hubungan Independen-Kontrol, Dependen.
Untuk
dapat menentukan kedudukan variabel independen, dan dependan, moderator,
intervening atau variabel yang lain , harus di lihat konsteknya dengan
dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari penggamatan yang
empiris di tempat penelitian , untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa
yang akan di teliti.
C. Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan
menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu
1. Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota –
anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari
anggota himpunan yang lain. Misalnya :
Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
Ras
: dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
Suku
Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan
atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan
apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari
kategori yang lain.
2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan,
pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau
diberi peringkat. Skala Ordinal adalah
Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain
tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih
tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh :
1.
Tingkat Pendidikan :
dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
2.
Pendapatan : Tinggi,
Sedang, Rendah
3.
Tingkat Keganasan Kanker
: dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa :
Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada
Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan
keparahan itu.
4.
Sikap (yang diukur
dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.
3. Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu
dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau
perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat
diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat
dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil,
dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan secara Matematis, oleh
karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
1.
Temperature / Suhu Tubuh
: sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240
Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas
daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut
(=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).
2.
Tingkat Kecerdasan,
3.
Jarak, dsb.
4.
Skala Rasio = Skala
Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga
variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL
ABSOLUT ).Misalnya :
1.
Tinggi Badan : sebagai
Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm
terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan
180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
2.
Denyut Nadi : nilai 0
dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.
3.
Berat Badan
4.
Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal
berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang
kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval,
ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala
ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala
nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi
skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal
sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat
menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data
dalam bentuk ordinal atau nominal.
Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval
atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy
Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki
dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai /
hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak
dari laki – laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori
huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis
data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).
D. Korelasi antar Variabel
Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :
1. Korelasi
Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi
tidak ada mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
1.
Kebetulan. Misalnya :
Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
2.
Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang
sama (Sebagai akibat dari Variabel Bebas) Contoh : Hubungan antara
berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variable
terikat dari variable bebas yaitu “Pertumbuhan”.
3.
Sama – sama sebagai Indikator dari suatu
konsep yang sama. Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan
ketahanan kontraksi otot. Keduanya merupakan indikator “Kemampuan” Kontraksi
Otot.
2. Korelasi Asimatris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable yang
satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable
Terikat ) Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan
arterosklerosis.
3. Korelasi Timbal Balik
adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruh –
mempengaruhi. Contoh : Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi. Malabsorbsi
akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi
selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.
2.6 Paradigma Peelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga
menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian
sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo,
1999). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga
kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan
digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya:
(1) jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang
menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka
pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian
yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan
pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif,
dan
(2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya
luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih
tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail
khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik
digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika
peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation.
Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau
sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai
keunggulan-keunggulan.
Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang
dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, den
hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan
penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variable saja.
Pola
hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut
paradigma penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir
yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui
penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah
hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan digunakan. Berdasarkan hal
ini maka bentuk-bentuk paradigm atau model penelitian kuantitatif khususnya
untuk penelitian survey seperti gambar berikut:
1. Paradigma Sederhana
Paradigma
sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan dependen. Hal ini dapat
digambarkan seperti:
Gambar: paradigma sederhana
X: Kualitas Guru
Y: Pretasi Belajar Murid
Berdasarkan
paradigm tersebut, maka dapat ditentukan:
Jumlah
rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
·
Rumusan masalah deskriptif
(dua)
1.
Bagaimana X? (Kualitas
guru)
2.
Bagaimana Y? (Prestasi
belajar murid)
·
Rumusan masalah
asosiatif/hubungan (satu)
1.
Bagaimanakah hubungan atau
pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.
Teori
yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang
media pendidikan dan prestasi belajar. Hipotesis
dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif
(hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan). Dua hipotesis deskriptif:
(jarang dirumuskan dalam penelitian) Kualitas
media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai70% baik. Prestasi belajar siswa
lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan.
Hipotesis
asosiatif: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media
pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada
gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji
hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil)
·
Teknik analisis Data
Berdasarkan
rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan
teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis. Untuk dua hipotesis
deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka pengujian hipotesis
menggunakan t-test one sampel. Untuk
hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio,
maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment (lihat pedoman umum
memilih teknik statistic untuk pengujian hipotesis).
2. Paradigma Sederhana
Berurutan
Dalam paradigma
ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. Lihat
gambar.
Gambar: paradigma sederhana berurutan
Paradigma
sederhana menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu
variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1
dengan X2; X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi
sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atau
X3, dengan persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan contoh 1 tersebut , dapat
dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.
3. Paradigma Ganda
dengan Dua Variabel Independen
Dalam
paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigm
ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan masalah
asosiatif (tiga korelasi sederhana dan satu korelasi ganda). Perhatikan
gambar.
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua
Variabel Independen
Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel
dependen Y. Untuk mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y, menggunakan
teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama
terhadap Y menggunakan korelasi ganda.
4. Paradigma Ganda
dengan Tiga Variabel Independen
Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu
dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada empat dan rumusan masalah
asosiatif (hubungan) untuk yang sederhana ada enam dan yang ganda minimal satu.
gambar: Paradigma
Ganda dengan Tiga Variabel Independen
Gambar
diatas adalah paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu X1, X2, dan
X3. Untuk mencari besarnya hubungan anatara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan
Y; X1 dengan X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi
sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-sama dengan
X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana, dan ganda
serta korelasi parsial dapat digunakan untuk analisis dalam paradigma ini.
5. Paradigma Ganda
dengan Dua Variabel Dependen
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua
Variabel Dependen
Paradigma
ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk mencari besarnya
hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian
juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga dapat digunakan di sini.
6. Paradigma Ganda
dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
Dalam
Paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua variabel
dependen (Y1 dan Y2). Terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam
rumusan masalah
hubungan
sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan
antar variabel secara simultan.
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua
Variabel Independen dan Dua Dependen
paradigma
ganda dua variabel independen dan dua variabel dependen. Hubungan antar
variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana.
Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan X2
bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis
regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah
tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta Api.
7. Paradigma Jalur
Gambar: paradigma jalur
Paradigma
jalur. Teknik analisis statistic yang dipergunakan dinamakan path analysis
(analisis jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga
dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur
langsung, atau melaluivariabel intervening. Dalam paradigma itu terdapat empat
rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah hubungan.
Paradigma penelitian gambar diatas dinamakan paradigma jalur, karena
terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya
variabel antara lain, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk
mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung ke
sasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status sosial tertentu
X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33)
tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru
dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang
tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,57.
Contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger.
Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain cukup banyak, dan
contoh-contoh yang diberikan terutama dikaitkan dengan teknik statistic yang
dapat digunakan. Teknik statistik yang bersifat menguji perbedaan tidak
tercermin pada paradigma yang telah diberikan, tetapi akan lebih tampak pada
paradigma penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen misalnya akan
dapat diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas
kerja antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.
2.7 Menemukan Masalah
Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang
yang tidak mempunyai masalah akan dimasalahan oleh orang lain ( hanya orang
gila yang tidak mempunyai masalah namun seperi telah di kemukakan bahwa
menemukan masalah yang betul-betul masalah.
bukanlah pekerjan mudah. Oleh karena itu bila masalah penelitian telah
di temukan , maka pekerjaan penelitian telah 50 persen selesai.
Untuk menemukan masalah dapat dilakukan
dengan cara melekukan analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam
pohon masalah. Dengan analisis masalah , maka permasalahan dapat diketahui mana
masalah yang penting, yang kurang penting ,dan yang tidak penting.
Untuk dapat melakukan analisis masalah , maka
pertama-tama peneliti harus mampu mendudukan masalah dalam konteks keseluruhan
secara sistematis. Dalam konteks tersebut akan terlihat hubungan antar satu
masalah dengan masalah yang lain , baik masalah yang mempengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung.
Berikut contoh
analisis masalah tentang kualitas lulusan dalam suatu pendidikan tertentu.
(Pendidikan
sebagai suatu sistem , berguna untuk melakukan analisis masalah pendidikan.)
Rendahnya kualitas hasil pendidikan yang berupa kualitas
lulusan, secara langsung di penggaruhi oleh proses belajar menggajar dan
potensi dasar murid. Pengaruh yang langsung terhadap kualitas luusan adaah,
potensi dasar anak , peformance guru, kualitas kurikulum, ketersediaan sarana
dan prasarana pembelajaran, dan tata ruang kelas, dan kualitas evaluasi.
Berikut contoh cara menyusun paradigma penelitian , yang
berjudul Pengaruh kualitas input murid , kurikulum, sarana dan prasarana, guru,
serta sistem evaluasi terhadap kualitas lulusan .
Contoh gambar : Model penelitian , hasil dari analisis
masalah.
C.
Bentuk Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat
memandu penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan. Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka
secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah
deskriptif, komparatif dan asosiatif.
1. Rumusan
Masalah Deskriptif
Adalah
rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret
situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Contoh:
Bagaimanakah profil pendidikan di Indonesia?
2. Rumusan
Masalah Komparatif
Adalah
rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara koteks sosial
atau domain satu dibandingkan dengan yang lain. Contoh: adakah perbedaan
dinamika murid di kelas yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi?
3. Rumusan
Masalah Asosiatif atau Hubungan
Adalah
rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungsn antara
situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif
dibagi menjadi tiga yaitu, hubungan simetri, kausal dan reciprocal atau interaktif.
·
Hubungan simetris adalah
hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan
hubungan sebab akibat atau interaktif. Contoh: adakah hubungan antara kupu-kupu
yang datang ke rumah dengan kedatangan tamu? Adakah hubungan antara menabrak
kucing dengan kemungkinan mendapat kecelakaan? Dan lain sebagainya.
·
Hubungan kasual adalah
hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Hubungan ini merupakan salah satu
asumsi ilmu dalam metode kuantitatif, di mana segala sesuatu itu ada, karena
ada sebabnya. Dengan demikian dalam paradigma penelitian selalu ada variabel
independen sebagai penyebab dan variabel dependen sebagai akibat. Contoh:
adakah pengaruh insentif terhadap kinerja guru? Adakah pengaruh gaya
kepemimpinan dengan kedisiplinan murid?
·
Hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukan
adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif. Contoh: adakah
hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jenjang pendidikan masyarakat.
(hubungan ini merupakan hubungan interaktif, karena dengan adanya radio, maka
masyarakat lebih terbuka mendapat berbagai informasi. Dengan informasi ini,
maka aspirasi untuk memperoleh pendidikan semakin tinggi. Selanjutnya dengan
pendidikan yang lebih tinggi, akan mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang
memadai, sehingga dapat digunakan untuk membeli radio). Bagaimanakah antara
peran orang tua, guru dan murid dalam pembentukan kepribadian anak?
Dalam
penelitian kualitatif seperti yang telah dikemukakan, rumusan masalah yang
merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk lapangan atau
situasi sosial tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif
maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian
kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk lebih memahami gejala yang masih
remang-remang, tidak teramati, dinamis dan kompleks, sehingga setelah diteliti
menjadi lebih jelas apa yang ada dalam situasi sosial tersebut. Peneliti yang
menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan
belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan
ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data.
Proses seperti ini disebut “emergent design” (Lincoln dan Guba, 1985: 102)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitianyang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). berdasarkan metode penelitian kuantitatif maka
penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari
rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis data, serta
kesimpulan dan saran. pada
dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang
antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap
penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Berdasarkan tingkat
eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga jenis
bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi (Sugiyono, 2015), Arikunto (1993: 28-31). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2015).
Berdasarkan
hubungannya variabel dibagi menjadi enam yaitu variabel dependen atau variabel
tidak bebas Variabel Independen atau variabel bebas, variabel intervening,
variabel moderator, variabel control, variabel acak atau random. Sedangkan korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu : korelasi
simetris, korelasi asimatris, korelasi timbal balik dan
Yang tidak kalah penting dalam bagian ini adalah paradigma
penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan
bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma
terdiri dari paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma
ganda dengan dua variabel independen, paradigma ganda dengan tiga variabel
independen, paradigma ganda dengan dua variabel dependen, paradigma ganda
dengan dua variabel independen dan dua dependen, paradigma jalur.
Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara
melekukan analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon
masalah. Dengan analisis masalah , maka permasalahan dapat diketahui mana
masalah yang penting, yang kurang penting ,dan yang tidak penting.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi
PenelitianKedokteran dan Kesehatan,Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007.
Emzir, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif
& Kualitatif. PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta
Arikunto,
Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta,2002.
Kenglinger,
Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder
Loiuse. Research Methods Instrument Social Relation, Holt
Rinehart and Winston, 1981.
Sogiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta,
Bandung, 2015.
Metode
Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan
Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative
Research; Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno
Hadi. Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
Sedarmayanti
dan Hidayat .2011. Metodologi
Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju. Hal. 36.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan metode ilmiah dalam
kegiatan keilmuan. Penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu
menguji kecocokan antara teori dengan fakta empirik di dunia nyata. Hubungan
nyata ini lazim dibaca dan dipaparkan dengan bersandar kepada variabel,
sedangkan hubungan nyata lazim dibaca dengan memperhatikan data tentang
variabel itu.
Penelitian ilmiah yang mengukur variabel dalam penelitiannya adalah
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantutatif dilaksanakan untuk menjelaskan,
menguji hubungan-hubungan antar fenomena, menentukan kausalitas dari
variabel-variabel. Pendekatan penelitian semacam ini bermaslahat untuk menguji
teori. Hal ini dilakukan melalui pengujian validitas hubungan variabel-variabel
dalam rangka menguji atau mengubah teori.
Hal ini tentulah sangat menarik untuk diulas. Oleh karena itu, tulisan ini
hadir karena penulis menyadari bahwa pengetahuan tentang variabel dan hipotesis
penelitian sangat penting untuk dimiliki para mahasiswa. Sehingga penulis
merasa bahwa tugas mata kuliah metode penelitian menjadi salah satu latar
belakang yang sangat besar pengaruhnya terhadap hadirnya tulisan ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
metode penelitian kuantitatif ?
2.
Bagaimanakah
proses penelitian kuantitatif ?
3.
Apa yang dimaksud dengan masalah, dan
perumusan masalah dalam penelitian?
4.
Bagaimanakah
variabel penelitian kuantitatif ?
5.
Apa yang di maksud dengan paradigma penelitian
?
6.
Bagaiamanakah
menemukan masalah dalam penelitian kuantitatif ?
1.3 Tujuan penulisan
1.
Untuk mengetahui
metode penelitian kuantitatif, termasuk proses penelitian, masalah, rumusan
masalah, variabel penelitian, paradigma penelitian serta menemukan masalah
dalam penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode
Penelitian Kuantitatif
Metode
penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur
dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain
menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut
penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan
penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau
tampilan lainnya.
Menurut
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitianyang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). Metode kuantitatif sering
juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode
discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini
sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan
pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah
(scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga
disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena
data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Penelitian
kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value
free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan
prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui
penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti
yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat
membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika
dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh
dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35).
Selain itu
metode penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih menekankan
pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena sosial. Untuk dapat
melakukan pengukuran, setiap fenomena sosial di jabarkan kedalam beberapa
komponen masalah, variable dan indikator. Setiap variable yang di tentukan di
ukur dengan memberikan simbol-simbol angka yang berbeda–beda sesuai dengan
kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan
simbol–simbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik
dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum
di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan
suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu
kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah
yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi
dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum
berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan
berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya
yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang
diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering
disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan
ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu.
Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta
dan menguji teori-teori yang timbul.
2.2 Proses Penelitian Kuantitatif
Penelitian
kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti. Masalah
harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris, sehingga
peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai refrensi. Selanjutnya
masalah dirumuskan secara spesifik. Untuk menjawab masalah yang bersifat
sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca refrensi teoritis yang
relevan. Kemudian untuk menguji hipotesis peneliti dapat memilih
metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Setelah metode
penelitian yang sesuai dipilih maka peneliti dapat menyusun instrumen
penelitian. Dan hendaknya instrumen penelitian terlebih dahulu diuji validitas
dan realiabilitasnya. Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dilakukan
pada objek tertentu baik populasi maupun sampel. Jika peneliti akan membuat
generalisasi terhadap temuanya, maka sampel yang diambil harus respensif
(mewakili). Setelah data terkumpul, selanjutnya dianalisi untuk menjawab
rumusan masalah dan menguji hipotesis. Dalam analisis akan ditemukan apakah
hipotesis ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan
hipotesis yang dajukan atau tidak. Kesimpulanya berdasarkan metode penelitian
kuantitatif maka penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas,
mulai dari rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis
data, serta kesimpulan dan saran.
2.3 Masalah
Seperti
telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan
masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat
dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni
maupaun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian
terapan, hasilnya langsung dapat digunakan unruk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih
masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian
(Tuckman, 1985). Bila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang
betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah
selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan
yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan
penelitian akan segera dapat dilakukan. (Prof. Dr. Sugiyono: 52)
Masalah
berhubungan dengan kesenjangan (gap) yang harus diisiatau sekurangnya
dipersempit. Masalah menimbulkan celah (void) ruang ketidaktahuan.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das
sein), antara keebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what
should be) dengan yang ada (what it is) (Suryabrata, 1994:
60). Penelitian dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can be).
Kesenjangan
masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya dengan mencari jawaban atas
pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan. Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan
dengan penelitian. Dengan kata lain, penelitian mencari sesuatu jawaban yang
belum diketahui, memenuhi kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang
belum ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya
memperkecil kesenjangan. (Purwanto, M. Pd : 108-109)
- Sumber masalah
Masalah dapat diartikan
sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar
terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dan pelaksanaan, antara
rencana dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah
dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman
dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya
pengaduan, dan kompetisi.
a) Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan
kenyataan.
Di dunia ini yang tetap hanya perubahan,
namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena
akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pemimpin pada
bidang pemerintahan harus berubah ke bidang pendidikan. Hal ini pada awalnya
tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola
pendidikan dengan sistem sentralisasi lalu berubah menjadi desentralisasi, atau
dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) maka akan muncul masalah. Orang
biasanya menulis menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer,
maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu ada perubahan.
Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi, sehingga perlu berubah menjadi
sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga
kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? Apakah
masalahnya setelah terjadi perubahan?
b) Terdapat penyimpangan antara apa yang telah
direncanakan dengan kenyataan.
Suatu rencana
yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan tujuan dari rencana
tersebut, maka tentu ada masalah. Mungkin masih ingat bahwa pada era orde baru
direncanakan pada tahun 2000 Bangsa Indonesia akan tinggal lantas tetapi
ternyata tidak, sehingga muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan
harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan
dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan menjadi penurunan dalam
jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul masalah. Dengan kebijakan
MBS, kualitas pendidikan akan meningkat, tetapi ternyata belum terlihat. Apakah
masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan.
Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya
penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan.
c) Adanya pengaduan.
Dalam suatu
organisasi sekolah yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada
pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka
timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran
atau majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga
pendidikan, dapat dipandang sebagai masalah, karena diadukan lewat media
sehingga banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas
pelayanan yang diberikan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau
tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh
sekelompok orang terhadap suatu sekolah atau perguruan tinggi juga dapat
menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan
cara menganalisis isi pendaduan.
d) Ada kompetisi.
Adanya
saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat
memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahan Pos dan Giro merasa mempunyai masalah
setelah ada biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada hand
phone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahan Kereta
Api memandang angkutan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga
menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah karena
tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel,
tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). Dalam
pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan yang selama ini unggul di dalam negeri,
akan timbul masalah setelah ada perguruan tinggi asing boleh beroperasi di
Indonesia.
Dalam
proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya
penelitian tentang SDM, maka masalah SDM, harus ditunjukkan dengan data.
Masalah SDM misalnya, jumlah SDM yang terbata, jenjang pendidikan yang rendah,
kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh
dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau
dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan
akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel
penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan dengan 5
variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. Tanpa menunjukkan data,
maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.
Pada tabel
2.1 berikut diberikan contoh data tentang masalah SDM di Indonesia, yang menduduki
rangking 110 dari 179 negara. Ini menjadi masalah karena yang diharapkan SDM
yang berkualitas tinggi tetapi kenyataannya SDM yang ada kualitasnya lebih
rendah bila dibandingkan dari negara-negara lain.
Human development
index asean + 3 negara
No.
|
Country
|
Life expectancy
(years)
|
Adult
literacy rate (%)
|
Gros enrolment
ratio (%)
|
GDP Per-capita
(PPP US$)
|
HDI Rank
|
1.
|
Singapure
|
78,7
|
92,5
|
87
|
24,481
|
25
|
2.
|
Brunei
|
76.4
|
92,7
|
74
|
19,210
|
33
|
3.
|
Malaysia
|
73,2
|
88,7
|
71
|
9,512
|
61
|
4.
|
Thailand
|
70,0
|
92,6
|
73
|
7,595
|
73
|
5.
|
Philippanes
|
70,4
|
92,6
|
82
|
4,321
|
84
|
6.
|
Vietnam
|
70,5
|
90,3
|
64
|
2,490
|
108
|
7.
|
Indonesia
|
66,8
|
87,9
|
66
|
3,361
|
110
|
8.
|
Myanmar
|
60,2
|
89,7
|
48
|
1,027
|
129
|
9.
|
Cambodia
|
56,2
|
73,6
|
59
|
2,078
|
130
|
10.
|
Lao
pdr
|
54,7
|
68,7
|
61
|
1,759
|
133
|
11.
|
Japan
|
82,0
|
–
|
84
|
27,967
|
11
|
12.
|
Korea
|
77,0
|
97,9
|
93
|
17,971
|
28
|
13.
|
China
|
71,6
|
90,9
|
69
|
5,003
|
85
|
Source: UNDP – Human Development Report 2005.
(Prof. Dr. Sugiyono:52-55)
2.4 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
tingkat eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga
jenis bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi
(Sugiyono, 1994: 36-39, Arikunto (1993: 28-31).
- a. Permasalahan deskriptif
Permasalahan
deskriptif merupakan suatu permasalahan yang berkenaan dengan variabel mandiri,
baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi
dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada
sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.
Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif
Contoh permasalahan deskriptif:
1. Seberapa
baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional?
2.
Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri Berbadan
Hukum?
3. Seberapa
tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia?
4. Seberapa
tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pelayanan pemerintah
daerah di bidang pendidikan?
5. Seberapa
tinggi tingkat produktifitas dan keuntungan finansial Unit
Produksi pada Sekolah-sekolah kejuruan?
6. Seberapa
tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid
sekolah di Indonesia?
Dari beberapa
contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan
satu variabel atau lebih secara mandiri( bandingkan dengan masalah komparatif
dan asosiatif).
Penelitian
yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap
masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hukum, efektivitas kebijakan MBS,
tingkat produktivitas dan keuntungan finansial Unit Produksi pada
Sekolah-sekolah Kejuruan; minat baca dan lama belajar rata-rata per hari
murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.
1.
Permasalahan
Komparatif
Permasalahan
Komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu
variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu
yang berbeda. Contoh perumusan masalahnya adalah sebagai berikut.
1) Adakah perbedaan prestasi
belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? (variabel penelitian
adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta)
2) Adakah perbedaan disiplin
kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel)
3) Adakah perbedaan,
motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari
keluarga Guru, Pegawai Swasta dan Pedagang? (dua variabel tiga sampel)
4) Adakah perbedaan kompetensi
profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA. (satu
variabel untuk dua kelompok, pada tiga sampel)
5) Adakah perbedaan daya
tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan
Sekolah Menengah Atas.
6) Adakah perbedaan produktivitas
karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (satu variabel dua
sampel).
2.
Permasalahan
Asosiatif
Permasalahan
Asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan
antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan
simetris, hubungan kausal, dan interaktif/resiprocal/timbal balik.
1)
Hubungan simetris
Hubungan
simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan
munculnya bersama. Jadi bukan hubunngan kausal maupun interaktif., contoh
perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
- Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah? (variabel pertama adalah penjualan es dan ke dua adalah kejahatan) Hal ini berarti yang menyebabkan kejahatan bukan karena es yang terjual. Mungkin logikanya adalah sebagai berikut. Pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.
- Adakah hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak?
- Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah?
- Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah?
- e. Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah ?
Contoh judul penelitiannya
adalah sebagai berikut.
- Hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murid sekolah.
- Hubungan antara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak.
- Hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah.
- Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah penduduk yang sekolah.
2)
Hubungan kausal
Hubungan
kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel
independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh:
a) Adakah
pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi belajar
anak? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel
dependen).
b) Seberapa besar
pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan
memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan
memperoleh pekerjaan variabel dependen).
c) Seberapa
besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi penbelajaran di
SMA?
d) Seberapa besar
pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap
kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? (kurikulum, media, dan
kualitas guru sebagai variabel independen dan kualitas SDM sebagai variabel
dependen).
Contoh judul penelitiannya:
a)
Pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi-prestasi
belajar anak di SD Kabupaten Alengkapura.
b)
Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kecepatan
lulusan memperoleh pekerjaan pada SMK di Provinsi Indrakila.
c)
Pengaruh kurikulum, media pendidikan dan
kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu
sekolah.
3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan
interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui
mana variabel independen dan dependen, contoh:
1) Hubungan antara motivasi
dan prestasi belajar anak SD di kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan
motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi
motivasi.
2) Hubungan antara kecerdasan
dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyababkan kaya, demikian juga orang
yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi. (Prof. Dr.
Sugiyono: 55-60)
2.5 Variabel Penelitian
Sebagian besar para ahli mendefinisikan
variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan,
dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut , kemudian di tarik kesimpulan . Dari dua
pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi
faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.
Variabel
penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan
oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu
penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel
yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan.
Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian
yang akan digunakan
Dalam
ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui
karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu
sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita.
Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas
dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
2015)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :
1.
Hatch & Farhady (1981)
Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau
obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek
dengan obyek yang lain.
2.
Kerlinger (1973)
Variable adalah konstruk (constructs) atau
sifat yang akan dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan,
status social, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dll. Variable
dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda
(different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu yang
bervariasi.
3.
Kidder (1981)
Variable adalah suatu
kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan
darinya.
4.
Bhisma Murti (1996)
Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai
variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau
kuantitatif. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif.
5.
Sudigdo Sastroasmoro
Variable merupakan karakteristik subyek penelitian
yang berubah dari satu subyek ke subyek lainnya.
6.
Dr. Ahmad Watik
Pratiknya (2007)
Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah
penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa
apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai
variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
bervariasi.
7.
Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)
Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota
– anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang
lain. Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu. Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dsb.
A. Definisi Operasional
Definisi
operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi
operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi operasional yang diukur,
ataupun definisi operasional eksperimental.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan
diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan
kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian
hipotesis.
Dari
keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga buah pola dalam
memberikan definisi operasional dalam suatu variabel . Ketiga pola tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Definisi yang disusun atas dasar
kegiatan lain yang terjadi, yang harus dilakukan atau yang tidak dilakukan
untuk memperoleh variabel yang didefinisikan.
b. Definisi yang disusun berdasarkan
bagaimana sifat serta cara beroperasinya hal-hal yang didefinisikan.
c. Definisi yang disusun atas dasar
bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul.
B. Macam-Macam Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
a. Variabel independen
Variabel ini sering disebut
sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering
di sebut variabel bebas .Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
sebab perubahanya atau timbilnya variabel dependen (terikat)
b.
Variabel Dependen
Sering disebut dengan variabel
output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat . Variabel terikat merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabal bebas
Contoh
gambar : hubungan variabel independen – dependen.
c. Variabel moderator
Variabel moderator adalah
variabel yang mempengaruhi ( memperkuat dan memper lemah ) hubungan antara
variabel independen dengan ependen . Variabel ini di sebut juga variabel
independen ke dua .Contoh dari variabel moderator adalah hubungan perilaku
suami dan istri akan semangkin baik kalau mempunyai anak, dan akan menjadi
renggang kalau ada fihak ke tiga ikut mencampuri
Contoh gambar: hubungan variabel independen, dependen,
dan moderator.
d. Variabel Intervening
Dalam hal ini Tuckman(1988)
menyatakan variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel independen dan dependen menjadi hubungan
yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan di ukur. Contohnya berupa gaya
hidup seseorang.
Contoh gambar : hubungan variabel independen ,
moderator-intervening, dependen .
e. Variabel Kontrol
Merupakan variabel yang di
kendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap
dependen tidak di penggaruhi oleh faktor luar yang tidak di teliti. Variabel
kontrol sering di gunakan oeh peneliti
bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Contohnya : penggaruh jenis pendidikan terhadap
keterampilan dan mengetik.
Contoh gambar : hubungan Independen-Kontrol, Dependen.
Untuk
dapat menentukan kedudukan variabel independen, dan dependan, moderator,
intervening atau variabel yang lain , harus di lihat konsteknya dengan
dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari penggamatan yang
empiris di tempat penelitian , untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa
yang akan di teliti.
C. Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan
menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu
1. Skala Nominal
Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota –
anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari
anggota himpunan yang lain. Misalnya :
Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
Ras
: dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
Suku
Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan
atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan
apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari
kategori yang lain.
2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan.
Skala Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan,
pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau
diberi peringkat. Skala Ordinal adalah
Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain
tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih
tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh :
1.
Tingkat Pendidikan :
dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
2.
Pendapatan : Tinggi,
Sedang, Rendah
3.
Tingkat Keganasan Kanker
: dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa :
Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada
Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan
keparahan itu.
4.
Sikap (yang diukur
dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju.
3. Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu
dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau
perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat
diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat
dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil,
dsb), tetapi Nilai Mutlaknya Tidak Dapat Dibandingkan secara Matematis, oleh
karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
1.
Temperature / Suhu Tubuh
: sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas daripada suhu 240
Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali lebih panas
daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak Absolut
(=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu / Temperatur sama sekali).
2.
Tingkat Kecerdasan,
3.
Jarak, dsb.
4.
Skala Rasio = Skala
Perbandingan
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga
variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL
ABSOLUT ).Misalnya :
1.
Tinggi Badan : sebagai
Skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm
terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan
180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
2.
Denyut Nadi : nilai 0
dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.
3.
Berat Badan
4.
Dosis Obat, dsb
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal
berturut – turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang
kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat – sifat yang dimiliki skala interval,
ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri – ciri yang dimiliki skala
ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala
nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi
skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal
sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat
menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data
dalam bentuk ordinal atau nominal.
Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval
atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy
Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki – laki
dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai /
hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak
dari laki – laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori
huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis
data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).
D. Korelasi antar Variabel
Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu :
1. Korelasi
Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi
tidak ada mekanisme pengaruh – mempengaruhi ; masing – masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :
1.
Kebetulan. Misalnya :
Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
2.
Sama – sama merupakan akibat dari faktor yang
sama (Sebagai akibat dari Variabel Bebas) Contoh : Hubungan antara
berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variable
terikat dari variable bebas yaitu “Pertumbuhan”.
3.
Sama – sama sebagai Indikator dari suatu
konsep yang sama. Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan
ketahanan kontraksi otot. Keduanya merupakan indikator “Kemampuan” Kontraksi
Otot.
2. Korelasi Asimatris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable yang
satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable
Terikat ) Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan
arterosklerosis.
3. Korelasi Timbal Balik
adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruh –
mempengaruhi. Contoh : Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi. Malabsorbsi
akan mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi
selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.
2.6 Paradigma Peelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga
menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian
sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo,
1999). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga
kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan
digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya:
(1) jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang
menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka
pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian
yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan
pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif,
dan
(2) jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya
luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih
tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail
khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik
digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika
peneliti dapat menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut.
Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation.
Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau
sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai
keunggulan-keunggulan.
Dalam penelitian kuantitatif/positivistic, yang
dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, den
hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakukan
penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa variable saja.
Pola
hubungan antara variable yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut
paradigma penelitian. Jadi paradigma dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir
yang menunjukkan hubungan antara variable yang akan diteliti yang sekaligus
mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui
penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah
hipotesis, dan teknik analisa statistik yang akan digunakan. Berdasarkan hal
ini maka bentuk-bentuk paradigm atau model penelitian kuantitatif khususnya
untuk penelitian survey seperti gambar berikut:
1. Paradigma Sederhana
Paradigma
sederhana ini terdiri atas satu variable independen dan dependen. Hal ini dapat
digambarkan seperti:
Gambar: paradigma sederhana
X: Kualitas Guru
Y: Pretasi Belajar Murid
Berdasarkan
paradigm tersebut, maka dapat ditentukan:
Jumlah
rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu yaitu:
·
Rumusan masalah deskriptif
(dua)
1.
Bagaimana X? (Kualitas
guru)
2.
Bagaimana Y? (Prestasi
belajar murid)
·
Rumusan masalah
asosiatif/hubungan (satu)
1.
Bagaimanakah hubungan atau
pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan.
Teori
yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang
media pendidikan dan prestasi belajar. Hipotesis
dirumuskan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif
(hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan). Dua hipotesis deskriptif:
(jarang dirumuskan dalam penelitian) Kualitas
media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah mencapai70% baik. Prestasi belajar siswa
lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99% dari yang diharapkan.
Hipotesis
asosiatif: Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media
pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada
gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji
hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil)
·
Teknik analisis Data
Berdasarkan
rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan
teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesis. Untuk dua hipotesis
deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio, maka pengujian hipotesis
menggunakan t-test one sampel. Untuk
hipotesis asosiatif, bila data ke dua variabel berbentuk interval atau ratio,
maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment (lihat pedoman umum
memilih teknik statistic untuk pengujian hipotesis).
2. Paradigma Sederhana
Berurutan
Dalam paradigma
ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. Lihat
gambar.
Gambar: paradigma sederhana berurutan
Paradigma
sederhana menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu
variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel (X1
dengan X2; X2 dengan X3; X3 dengan Y) tersebut digunakan teknik korelasi
sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atau
X3, dengan persamaan Y = a + bX3. Berdasarkan contoh 1 tersebut , dapat
dihitung jumlah rumusan masalah, deskriptif dan asosiatif.
3. Paradigma Ganda
dengan Dua Variabel Independen
Dalam
paradigm ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigm
ini terdapat tiga rumusan masalah deskriptif, dan empat rumusan masalah
asosiatif (tiga korelasi sederhana dan satu korelasi ganda). Perhatikan
gambar.
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua
Variabel Independen
Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2, dan satu variabel
dependen Y. Untuk mencari hubungan X1 dangan Y dan X2 dengan Y, menggunakan
teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama
terhadap Y menggunakan korelasi ganda.
4. Paradigma Ganda
dengan Tiga Variabel Independen
Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu
dependen (Y). Rumusan masalah deskriptif ada empat dan rumusan masalah
asosiatif (hubungan) untuk yang sederhana ada enam dan yang ganda minimal satu.
gambar: Paradigma
Ganda dengan Tiga Variabel Independen
Gambar
diatas adalah paradigma ganda dengan tiga variabel independen yaitu X1, X2, dan
X3. Untuk mencari besarnya hubungan anatara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan
Y; X1 dengan X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelasi
sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-sama dengan
X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana, dan ganda
serta korelasi parsial dapat digunakan untuk analisis dalam paradigma ini.
5. Paradigma Ganda
dengan Dua Variabel Dependen
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua
Variabel Dependen
Paradigma
ganda dengan satu variabel independen dan dua dependen. Untuk mencari besarnya
hubungan antara X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian
juga untuk Y1 dengan Y2. Analisis regresi juga dapat digunakan di sini.
6. Paradigma Ganda
dengan Dua Variabel Independen dan Dua Dependen
Dalam
Paradigma ini terdapat dua variabel independen (X1, X2) dan dua variabel
dependen (Y1 dan Y2). Terdapat empat rumusan masalah deskriptif, dan enam
rumusan masalah
hubungan
sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan
antar variabel secara simultan.
Gambar: Paradigma Ganda dengan Dua
Variabel Independen dan Dua Dependen
paradigma
ganda dua variabel independen dan dua variabel dependen. Hubungan antar
variabel r1, r2, r3, r4, r5, dan r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana.
Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2 terhadap Y1 dan X1 dan X2
bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis
regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah
tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta Api.
7. Paradigma Jalur
Gambar: paradigma jalur
Paradigma
jalur. Teknik analisis statistic yang dipergunakan dinamakan path analysis
(analisis jalur). Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga
dapat diketahui untuk sampai pada variabel dependen terakhir, harus lewat jalur
langsung, atau melaluivariabel intervening. Dalam paradigma itu terdapat empat
rumusan masalah deskriptif, dan enam rumusan masalah hubungan.
Paradigma penelitian gambar diatas dinamakan paradigma jalur, karena
terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur antara (X3). Dengan adanya
variabel antara lain, akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk
mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung ke
sasaran akhir.
Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status sosial tertentu
X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33)
tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru
dapat mencapai prestasi Y (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang
tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,57.
Contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger.
Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain cukup banyak, dan
contoh-contoh yang diberikan terutama dikaitkan dengan teknik statistic yang
dapat digunakan. Teknik statistik yang bersifat menguji perbedaan tidak
tercermin pada paradigma yang telah diberikan, tetapi akan lebih tampak pada
paradigma penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen misalnya akan
dapat diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas
kerja antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.
2.7 Menemukan Masalah
Pada dasarnya setiap orang memiliki masalah, bahkan orang
yang tidak mempunyai masalah akan dimasalahan oleh orang lain ( hanya orang
gila yang tidak mempunyai masalah namun seperi telah di kemukakan bahwa
menemukan masalah yang betul-betul masalah.
bukanlah pekerjan mudah. Oleh karena itu bila masalah penelitian telah
di temukan , maka pekerjaan penelitian telah 50 persen selesai.
Untuk menemukan masalah dapat dilakukan
dengan cara melekukan analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam
pohon masalah. Dengan analisis masalah , maka permasalahan dapat diketahui mana
masalah yang penting, yang kurang penting ,dan yang tidak penting.
Untuk dapat melakukan analisis masalah , maka
pertama-tama peneliti harus mampu mendudukan masalah dalam konteks keseluruhan
secara sistematis. Dalam konteks tersebut akan terlihat hubungan antar satu
masalah dengan masalah yang lain , baik masalah yang mempengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung.
Berikut contoh
analisis masalah tentang kualitas lulusan dalam suatu pendidikan tertentu.
(Pendidikan
sebagai suatu sistem , berguna untuk melakukan analisis masalah pendidikan.)
Rendahnya kualitas hasil pendidikan yang berupa kualitas
lulusan, secara langsung di penggaruhi oleh proses belajar menggajar dan
potensi dasar murid. Pengaruh yang langsung terhadap kualitas luusan adaah,
potensi dasar anak , peformance guru, kualitas kurikulum, ketersediaan sarana
dan prasarana pembelajaran, dan tata ruang kelas, dan kualitas evaluasi.
Berikut contoh cara menyusun paradigma penelitian , yang
berjudul Pengaruh kualitas input murid , kurikulum, sarana dan prasarana, guru,
serta sistem evaluasi terhadap kualitas lulusan .
Contoh gambar : Model penelitian , hasil dari analisis
masalah.
C.
Bentuk Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan bentuk pertanyaan yang dapat
memandu penelitian untuk mengumpulkan data di lapangan. Berdasarkan level of explanation suatu gejala, maka
secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah
deskriptif, komparatif dan asosiatif.
1. Rumusan
Masalah Deskriptif
Adalah
rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret
situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Contoh:
Bagaimanakah profil pendidikan di Indonesia?
2. Rumusan
Masalah Komparatif
Adalah
rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara koteks sosial
atau domain satu dibandingkan dengan yang lain. Contoh: adakah perbedaan
dinamika murid di kelas yang diajar dengan metode ceramah dan demonstrasi?
3. Rumusan
Masalah Asosiatif atau Hubungan
Adalah
rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungsn antara
situasi sosial atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah asosiatif
dibagi menjadi tiga yaitu, hubungan simetri, kausal dan reciprocal atau interaktif.
·
Hubungan simetris adalah
hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan
hubungan sebab akibat atau interaktif. Contoh: adakah hubungan antara kupu-kupu
yang datang ke rumah dengan kedatangan tamu? Adakah hubungan antara menabrak
kucing dengan kemungkinan mendapat kecelakaan? Dan lain sebagainya.
·
Hubungan kasual adalah
hubungan yang bersifat sebab dan akibat. Hubungan ini merupakan salah satu
asumsi ilmu dalam metode kuantitatif, di mana segala sesuatu itu ada, karena
ada sebabnya. Dengan demikian dalam paradigma penelitian selalu ada variabel
independen sebagai penyebab dan variabel dependen sebagai akibat. Contoh:
adakah pengaruh insentif terhadap kinerja guru? Adakah pengaruh gaya
kepemimpinan dengan kedisiplinan murid?
·
Hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukan
adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif. Contoh: adakah
hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jenjang pendidikan masyarakat.
(hubungan ini merupakan hubungan interaktif, karena dengan adanya radio, maka
masyarakat lebih terbuka mendapat berbagai informasi. Dengan informasi ini,
maka aspirasi untuk memperoleh pendidikan semakin tinggi. Selanjutnya dengan
pendidikan yang lebih tinggi, akan mendapat pekerjaan dengan penghasilan yang
memadai, sehingga dapat digunakan untuk membeli radio). Bagaimanakah antara
peran orang tua, guru dan murid dalam pembentukan kepribadian anak?
Dalam
penelitian kualitatif seperti yang telah dikemukakan, rumusan masalah yang
merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti masuk lapangan atau
situasi sosial tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif
maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian
kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk lebih memahami gejala yang masih
remang-remang, tidak teramati, dinamis dan kompleks, sehingga setelah diteliti
menjadi lebih jelas apa yang ada dalam situasi sosial tersebut. Peneliti yang
menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan
belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan
ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data.
Proses seperti ini disebut “emergent design” (Lincoln dan Guba, 1985: 102)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut
Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitianyang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random,pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015). berdasarkan metode penelitian kuantitatif maka
penelitian ini bersifat linear, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai dari
rumusan masalah, berteoti, berhipotesis, pengumpulan data, analis data, serta
kesimpulan dan saran. pada
dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang
antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap
penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Berdasarkan tingkat
eksplarasinya, masalah penelitian bisa diklasifikasikan kedalam tiga jenis
bentuk masalah penelitian yaitu deskriptif, komparasi dan asosiasi (Sugiyono, 2015), Arikunto (1993: 28-31). Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2015).
Berdasarkan
hubungannya variabel dibagi menjadi enam yaitu variabel dependen atau variabel
tidak bebas Variabel Independen atau variabel bebas, variabel intervening,
variabel moderator, variabel control, variabel acak atau random. Sedangkan korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu : korelasi
simetris, korelasi asimatris, korelasi timbal balik dan
Yang tidak kalah penting dalam bagian ini adalah paradigma
penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan
bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Paradigma
terdiri dari paradigma sederhana, paradigma sederhana berurutan, paradigma
ganda dengan dua variabel independen, paradigma ganda dengan tiga variabel
independen, paradigma ganda dengan dua variabel dependen, paradigma ganda
dengan dua variabel independen dan dua dependen, paradigma jalur.
Untuk menemukan masalah dapat dilakukan dengan cara
melekukan analisis masalah, yaitu dengan bantuan menyusun ke dalam pohon
masalah. Dengan analisis masalah , maka permasalahan dapat diketahui mana
masalah yang penting, yang kurang penting ,dan yang tidak penting.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi
PenelitianKedokteran dan Kesehatan,Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007.
Emzir, 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif
& Kualitatif. PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta
Arikunto,
Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta,2002.
Kenglinger,
Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder
Loiuse. Research Methods Instrument Social Relation, Holt
Rinehart and Winston, 1981.
Sogiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta,
Bandung, 2015.
Metode
Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2011.
Susan
Stainback; William Stainback; Understanding & Conducting Qualitative
Research; Kendall/Hunt Publishing Company; Dubuque, Iowa; 1988.
Sutrisno
Hadi. Metodologi Research, Jilid 1, 2, UGM, 1986.
Sedarmayanti
dan Hidayat .2011. Metodologi
Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju. Hal. 36.
No comments:
Post a Comment