BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seperti yang telah dipelajari materi sebelumnya
tentang sub topik ekosistem (bagian
topik ekologi) yang merupakan hubungan timbal balik antara komponen biotik dan
abiotik saling berkesinambungan untuk membentuk suatu sistem yang seimbang.
Pada ekologi memiliki hirarki/tingkatan komponen yang
terdiri atas individu, populasi, komunitas,
ekosistem, biosfer dan bioma. Ekosistem di alam ini memiliki pola
penyesuaian untuk mempertahankan stabilitasnya yaitu dengan mengalami suatu
perubahan.
Pada prinsipnya semua bentuk ekosistem akan
mengalami perubahan bentuk baik struktur maupun fungsinya dalam perjalanan
waktu. Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi lokal yang kecil
sifatnya, sehingga tidak memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya
mungkin sangat besar/kuat sehingga mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
Kajian perubahan ekosistem dan stabilitasnya
memerlukan perhatian yang tidak sederhana, ini meliputi aspek-aspek yang sangat
luas seperti siklus materi/nutrisi, produktivitas, konsep energi, kaitannya
dengan masalah pertanian juga dengan masalah konservasi. Perubahan ekosistem
ini pada dasarnya dapat disebabkan oleh berbagai penyebab utama, yaitu:
1.
Akibat perubahan iklim
2.
Pengaruh dari faktor luar
3.
Karakteristika dalam sistem
sendiri (Syafei, 1990 : 81)
Selain itu perubahan ekosistem juga berdampak
pada perubahan lingkungan hidup dan masalah konservasi lingkungan hidup.Untuk
itu perlu di kaji mengenai pengetahuan akan konsep dasar suksesi, kajiaan pendekatan
tentang suksesi, permasalahan dan contoh-contoh suksesi, dan cara
penanggulangan dan aplikasi solusi dari masalah- masalah suksesi tersebut. Hal
ini bertujuan agar insan biologi dapat menerapkan sedikit pengetahuannya akan
suksesi untuk mengurangi dampak negatif akibat suksesi yang telah terjadi.
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian latar
belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
Pengertian Dan Konsep Suksesi?
2. Bagaimana
Tahapan – tahapan suksesi?
3. Apa
saja Tipe-tipe suksesi?
4. Apa
saja Faktor yang memengaruhi proses suksesi?
5. Bagaimana
Pendekatan Dalam Kajian Suksesi?
6. Bagaimana
Konsep Klimaks dalam suksesi?
7. Apa
saja Permasalahan Konsep Suksesi?
8. Bagaimana
Pergantian Dari Jenis Oportunis Oleh Jenis Keseimbangan?
9. Apa
saja Contoh Suksesi?
10. Bagaimana
hubungan Suksesi dan
Pertanian?
11. Bagaimana
Dampak
Negatif Dan Positif Dari Suksesi?
C.
Tujuan
Penulisan
Dari perumusan masalah
di atas dapat dirumuskan tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui
Pengertian Dan Konsep Suksesi.
2. Mengetahui
Tahapan – tahapan suksesi.
3. Mengetahui
Tipe-tipe suksesi.
4. Mengetahui
Faktor yang memengaruhi proses suksesi.
5. Mengetahui
Pendekatan Dalam Kajian Suksesi.
6. Mengetahui
Konsep Klimaks dalam suksesi.
7. Mengetahui
Permasalahan Konsep Suksesi.
8. Mengetahui
Pergantian Dari Jenis Oportunis Oleh Jenis Keseimbangan.
9. Mengetahui
Contoh Suksesi.
10. Mengetahui
hubungan Suksesi dan
Pertanian.
11. Mengetahui
Dampak
Negatif Dan Positif Dari Suksesi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Konsep Suksesi
1.
Pengertian
Suksesi
Sudah di ketahui secara meluas bahwa apabila suatu
kebun tidak di pelihara ,atau lapangan rumput yang tidak pernah di potong
secara teratur maka vegetasinya akan mengalami perubahan yang tidak tetap terus menerus. Berbagai tumbuhan liar akan hidup
atau tumbuh dan mengubah sama sekali karakteristika dari vegetasi asalnya. Demikian
juga suatu lahan pertanian
yang tidak di garap,maka herba,perdu dan pohon liar
akan tumbuh menguasai daerah atau lahan tersebut, dan apabila kondisi tanahnya
memungkinkan vegetasi akan berkembang membentuk komunitas hutan.
Perubahan yang sama akan terjadi pula pada lahan
lahan yang terbentuk secara alami,seperti delta,bukit pasir,daerah aliran lahar
atau lava ,pada permulaannya tanah belum matang,Nutrisi organic belum ada ,permukaan
sangat terbuka dan kondisinya belum menunjang kehidupan di atasnya.Akan tetapi
apabila di ber waktu yang cukup lama, lahan lama kelamaan
akan tertutup koloni-koloni tumbuhan yang kemudian ekosistem ini berkembang.
Suatu komunitas tumbuhan akibat adanya
longsor, banjir, letusan gunung berapi
dan
atau pengaruh kegiatan manusia akan mengalami gangguan atau kerusakan yang
parah. hancurnya komunitas tumbuhan ini akan menimbulkan situasi terbukanya
permukaan tanah, yang tadinya rimbun tertutup lapisan vegetasi / komunitas
tumbuhan.keadaan ini merupakan habitat baru yang bias di gunakan sebagai tempat
hidup tumbuhan liar baik cepat maupun lambat.
Yang pertama kali masuk biasanya berupa
tumbuhan pelopor atau pionir yaitu tumbuhan yang berkemampuan tinggi untuk
hidup pada keadaan lingkungan yang serba ke atas atau mempunyai berbagai factor
pembatas, seperti
kesuburan tanah yang rendah sekali.
Kekurangan atau ketiadaan air dalam tanah intensitas cahaya yang terlalu berlebihan / tinggi dan sebagainya.
Kehadiran kelompok pionir ini akan
menciptakan kondisi lingkungan tertentu yang memberikan kemungkinan untuk hidup
tumbuhan lainnya. Koloni tumbuhan pionir ini akan menghasilkan proses
pembentukan lapisan tanah . memecah batuan dengan akarnya dan membebaskan materi
organic ketika terjadi pelapukan dari tumbuhan yang mati.
Proses akan berkembang sesuai dengan
perubahan waktu dan akan menciptakan
komunitas tumbuhan yang semakin lama semakin padat dan kompleks, mengarah pada
pematangan bentuk komunitas tumbuhannya. Seluruh proses pematangan bentuk
komunitas atau ekosistem ini disebut suksesi.
Skema
: Tanaman Pioner
Suksesi adalah suatu
proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu
komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga
terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan
perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak
seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. (Arianto Sam, 2008)
Pengertian suksesi adalah proses perubahan ekosistem
dalam kurun waktu tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan
stabil. Proses suksesi akan berakhir apabila lingkungan tersebut telah mencapai
keadaan yang stabil atau telah mencapai klimaks. Ekosistem yang klimaks dapat
dikatakan telah memiliki homeostatis, sehingga mampu mempertahankan kestabilan
internalnya.(Admin,2010)
Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai
berikut:suksesi adalah perubahan yang perlahan lahan dari komunitas tumbuhan
dalam suatu dareah tertentu di mana terjadi pengalihan dari satu jenis tumbuhan
oleh jenis tumbuhan lainnya pada tingkat populasi.
Clements (1916) menuliskan pendapat-pendapatnya yang
sangat persuasive, ia menyatakan bahwa vegetasi dapat di sejalankan dengan
“organism super” mampu memperbaiki atau mengelola dirinya sendiri bila terjadi
gangguan atau kerusakan, ia juga mengenalkan adanya enam unsur yang akan
terjadi sehubungan dengan proses suksesi yaitu:
· Penggundulan
yang mengakibatkan terjadinya sibstrat baru
· Migrasi
kehadiran migrula atau organ pembiak tumbuhan.
· Eksesis
perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, dan penyebaran
· Kompetisi,
persaingan sehingga pengusiran satu spesies oleh species lainnya
· Reaksi,perubahan
pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan
· Stabilisasi,Yang
menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang matang.
Perubahan komunitas tumbuhan atau
vegetasi yang di kemukakan atas dasar
menggambarkan
bertambah kayanya suatu daerah oleh berbagai jenis tumbuhan yang hidup di
atasnya, proses perubahan ini di sebut suksesi progresesif.
Perubahan vegetasi dapat pula mengarah
pada penurunan jumlah
jenis tumbuhan, penurunan
kompleksitas struktur komunitas tumbuhan.
Hal
ini terjadi biasanya akibat penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi habitat. Perubahan
komunitas tumbuhan mengarah ke yang lebih sederhana ini di sebut suksessi retrogresif atau suksesi regresif.
Dalam hal suksesi retrogresif ini
seluruh unsur perubahan yang di kemukakan
oleh Clements tetap berlaku, tetapi dengan arah yang berlawanan.
Gams (1918) mengemukakan bahwa suksesi
bisa
terjadi secara alami , tetapi bisa juga timbul karena perbuatan manusia. keduanya tidak berbeda secara mendasar. Hutan yang yang hancur karena di
tebang oleh manusia atau di hancurkan akibat longsor atau angin topan, proses suksesi yang terjadi akan
relative sama.
Gams
mengkategorikan suksesi ini dalam tiga keadaan yaitu
a. Suksesi
dengan urutan normal, yang berasal dari adanya pengaruh terhadap vegetasi yang
terus menerus dan cepat. misalnya vegetasi rumput yang selalu terinjak-injak
ternak,dimamah biak,di jadikan tempat beristirahat ternak ,atau tempat
guling-gulingan ternak. kondisi vegetasi akan mengalami fasa perubahan masa
ternak tetap berada di tempat itu.
b. Suksesi
dengan urutan berirama yang berasal dari gangguan berulang-ulang, mugkin
siklis tetapi mempunyai interval waktu
satu gangguan dengan gangguan berikutnya. misalnya terjadi perubahan vegetasi
karena adanya proses rotasi dalam pemanfaatan lahan pertanian.
c. Suksesi
dengan urutan katastrofik, yang terjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak berirama, seperti meletusnya gunung merapi, gempa bumi, kebakaran, penebangan, pengeringan habitat akuatika yang
kesemuanya ini bisa menimbulkan dampak katastrofik pada komunitas tumbuhan, yang
kemudian cepat atau lambat akan diikuti oleh suatu proses suksesi tumbuhan.
Perubahan
vegetasi di alam sebenarnya bisa di bedakan dalam tiga bentuk umum yaitu:
a. Perubahan fenologis
yang tidak saja terjadi karena adanya masa-masa berbunga, berubah biji, berumbi,
gugur daun dan sebagainya, tetapi juga terjadi pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan
tertentu dalam perjalanan waktu atau musim yang memperkaya komunitas tumbuhan
itu.misalnya pada habitat padang pasir dengan hadirnya tumbuhan setahun dan
geofita setelah hujan turun, dan ini terjadi satu kali untuk beberapa tahun.
b. Perubahan
suksesi sekunder yakni perubahan yang vegetasi yang non fenologis dan terjadi dalam
ekosistem yang telah matang.ini termasuk suksesi normal, berirama dan
katastrofik seperti yang di klasifikasikan oleh gams. suatu suksesi sekunder
berasal hanya dari suatu kerusakan ekosistem secara tidak menyeluruh atau tidak
total kerusakannya. Misalnya pada daerah pertanian setelah terjadi panenan. juga
pada daerah hutan akiubat terjadinya pohon tumbang. Pada suksesi sekunder ini
dapat bersifat satu arah atau siklik.
c. Perubahan
suksesi primer, berlainan
dengan suksesi sekunder, pembentukan
komunitas
tumbuhan pada suksesi primer ini berasal dari suatu substrat yang sebelumnya
tidak pernah mendukung komunitas tumbuhan.
Substrat baru yang
terbentuk bisa berasal dari system air sebagai hasil dari proses pendangkalan, suksesi
yang terjadi di sebut suksesi hidroseres(clements)atau hidrark (cooper).bila
substrat baru berasal dari system darat, batuan, pasir, dan sebagainya maka
suksesinya di sebut suksesi xeroseres atau xerark.
2. Konsep
Suksesi
a. Sere
Seluruh seri komunitas yang terbentuk pada keadaan/waktu tertentu
b. Suksesi
Suatu seri perubahan berurutan dan bertahap dari komunitas pada suatu
wilayah ekosistem tertentu
c. Klimaks
Suatu
keadaan seimbang-dinamis dari populasi yang menentukan dalam perjalanan suksesi
ekologis yang optimum.
Pada prinsipnya semua bentuk ekosistem akan
mengalami perubahan baik struktur maupun fungsinya dalam perjalanan waktu. Beberapa
perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi local kecil sifatnya, sehingga
tidak memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya mungkin sangat besar atau
kuat sehingga mempengaruhi system secara keseluruhan.
Kajian perubahan ekosistem dan
stabilitasnya memerlukan perhatian yang tidak sederhana, ini meliputi
aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus materi / nutrisi , produktivitas, konsep
energy, kaitannya dengan masalah pertanian dan juga dengan masalah konservasi.
Perubahan ekosistem ini pada
dasarnya dapat di sebabkan berbagai penyebab utama yaitu:
a.
Akibat perubahan iklim
Perubahan atau
fluktuasi iklim dalam skala dunia yang meliputi ribuan tahun telah memberikan reaksi
penyusuaian dari ekosistem di dunia ini. Bentuk perubahan ini meliputi
perubahan dalam perioda waktu yang lama dari penyebaran tumbuhan dan juga
hewan. yang akhirnya sampai pada bentuk-bentuk ekosistem sekarang.
b. Suksesi allogenik
( karena pengaruh dari
luar)
Faktor luar seperti
api, penginjakan, atau polusi dapat menginduksi perubahan ekosistem baik untuk
sementara maupun waktu yang relative lama.
c.
Suksesi autogenik (karena pengaruh dari
dalam)
Ini
merupakan suksesi ekologi,yang dapat di artikan sebagai perubahan dalam
ekosistem yang berkembang kearah pemasakan atau pematangan atau “ Steady state
“.
Seperti
yang di pahami bahwa ekosistem merupakan system yang terbuka, mempunyai
kapasitas untuk pengaturan diri oleh system umpan balik negative. artinya
ekosistem mengarah pada keseimbangannya, berupa ekosistem yang stabil.
Suksesi tidak hanya terjadi di
daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya di danau dan rawa. Danau dan
rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh
air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik.
Telah dijelaskan bahwa akhir
suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat
terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :
·
Hidroser
yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.
·
Haloser
yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau
·
xeroser
yaitu suksesi yang terbentuk di daerah gurun.
B. Tahapan – tahapan suksesi
Proses suksesi dapat terjadi melalui
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Kolonisasi
Tahap awal dari suksesi adalah
kolonisasi, selama tahap tersebut habitat yang kosong dipenuhi oleh oragisme –
organisme. Kolonisasi ini memerlukan : pertama, bahwa organisme tersebut sampai
dilokasi dan kedua, organisme tersebut
menjadi mantap disana. Kemampuan organisme untuk sampai pada suatu tempat
tergantung pada kemampuan dispersal individu tersebut dan isolasi yang ada pada
daerah tersebut.
2. Modifikasi
Tempat
Dari tahap kolonisasi, organisme –
organisme yang berdiam didaerah itu akan mengubah sifat – sifat tempat
tersebut. Koloni awal dari suksesi primer pada daerah terestial biasanya adalah
mikroorganisme – mikroorganisme tanah seperti misalnya lichens (lumut kerak)
yang meruakan kolonis permulaan dari bebatuan vulkanik. Organisme ini akan
mempengaruhi sifat – sifat batuan yang didiami. Merupakan pengubahan
sifat-sifat tempat (habitat) yang dilakukan oleh koloni makhluk hidup.
3. Variabilitas Ruang
Tahap berikut dari modifikasi ruang adalah
peningkatan variablitas ruang (spasial)
habitat. Contohnya adalah Dryas drummndii
adalah tanaman pembentuk hutan yang terpenting pada suksesi awal di Alaska.
Tumbuhan ini menghasilkan gradient sifat tanah. Bahan organik tanah brvariasi
pada bagian tengah hutan dan pada bagian tepi hutan.
Penutupan vegetasi umumnya berpengaruh
pada perbaikan temperature, cahaya dan evaporasi. Oleh karena transpirasi hutan
akan cenderung menciptakan kelembapan internal yang tinggi, kehilangan air dari
organisme yang ada dihutan mungkin akan berkurang. Temperature udara akan lebih
rendah dalam tegakan suksesi suksesi yang lebih tua.
Gambar: Proses suksesi
Dari proses-proses suksesi diatas
menimbulkan keanekaragaman spesies produksi dan biomasa, pada dasarnya spesies
hidup pada lingkungan habitat yang sangat gersang. Jenis pionering merupakan
jenis generalis dengan relung yang lebar, mampu bertahan terhadap faktor
abiotik yang tidak melemah karena pengaruh kekuatan intrakomunitas. Produksi
primer dan biomasa komunitas pionering ternyata rendah jadi rasio produksi
terhadap biomasa terjadi maksimum pada stadium awal suksesi.
Keanekaragaman komunitas pionering
memang rendah, jadi jaringan pakan kurang berkembang, dan onteraksi
interspesifik terjadi minimal. Apabila dalam peredaran waktu tidak terjadi
perubahan ekosistem, komunitas pionir akan tetap ada selamanya. Namun dengan
berkembangnya suksesi kegersangan ekosistem berkurang hasil kinerja jenis-jenis
pionir itu sendiri atau karena adanya pasokan nutrisi dari luar yang memperbiki
kegersangan. Proses suksesi demikian merupakan dinamika komunitas yang
berlanjut memperbaiki ekosistem dalam perjalanan menemukan wujud puncak
komunitas, yaitu klimaks. Penjelasan tersebut telah tertera pada bagan berikut.
Gambar: keanekaragaman spesies produksi dan
biomasa pada proses suksesi
Untuk memperjelas proses suksesi keanekaragaman
spesies produksi dan biomasa dapat dirinci dengan gambar seperti berikut ini.
Gambar: proses suksesi keanekaragaman spesies
produksi dan biomasa pada proses suksesi
C.
Tipe-tipe
suksesi
1.
suksesi
primer versus sekunder
Pada Suksesi terdapat dua jenis yaitu yang dikenal
dengan suksesi primer dan suksesi sekunder, yang membedakan antara suksesi
primter dan suksesi sekunder terletak pada kondisi habitat pada awal proses
suksesi terjadi, dibawah ini penjelasan mengenai suksesi primer dan suksesi
sekunder :
a. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi ketika komunitas awal
terganggu dan mengakibatkan hilangnya komunitas awal tersebut secara total
sehingga di tempat komunitas asal tersebut akan terbentuk substrat dan habitat baru.
1) Gangguan ini dapat terjadi secara
alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru
di muara sungai, dan endapan pasir di pantai.
2) Gangguan dapat pula karena perbuatan
manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
Contoh
yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang
pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau
mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang
tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai
mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah
sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai.
Zat yang terbentuk karna aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan
lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini,
biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput
yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh
menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya.Kondisi demikian tidak
menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.
Sementara
itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus mengadakan pelapukan lahan. Bagian
tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih
tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka
terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon
mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem
disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni
perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem
itu.
Gambar : Suksesi primer pada Pulau Anak Krakatau
Perubahan yang terjadi selam proses
suksesi :
a)
Perkembangan sifat substrat/tanah
b)
Pertambahan kepadatan komunitas
c)
Peningkatan pemanfaatan SDL
d)
Perubahan iklim mikro
e)
Komunitas menjadi lebih kompleks
Skema: Proses suksesi primer
b. Suksesi Sekunder
Apabila dalam suatu ekosistem alami mengalami gangguan,
baik secara alami ataupun buatan (karena manusia), dan gangguan tersebut tidak
merusak total tempat tumbuh organisme yang ada sehingga dalam ekosistem
tersebut substrat lama dan kehidupan lama masih ada. Contohnya, gangguan alami
misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan
seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja. Contoh
komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan,
padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak
terurus.
Gambar 2.1.4A : Suksesi sekunder karena penebangan
hutan
Kebakaran sering kali terjadi
seiring dengan datangnya musim kering atau yang dikenal juga dengan musim
kemarau. Kebakaran dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor baik yang disebabakan
oleh kesalahan manusia maupun faktor kondisi alam, kebakaran yang terjadi
karena gejala alam sering terjadi di musim kemarau dengan suhu panas yang
tinggi memudahkan bahan organik kering mudah terbakar jika tersulut dengan api,
bencana kebakaran pun lebih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi
setelahnya dan bahkan menimbulkan kerugian material. Kebakaran tidak hanya
terjadi di pemukinaan masyarakat, kebakaran hutan juga sering kali terjadi di
sebagian wilayah Indonesia, bencana ini dapat melenyapkan ekosistem didalamnya.
Tidak hanya hilangnya vegetasi hutan, kerusakan habitat satwa dan sumber
pakannnya juga mengakibatkan mereka harus bergerak ke habitat lain.
Kebakaran pada tahun 2006 yang
terjadi kawasan Taman Nasional Tanjung Puting menghabiskan hampir 1/5 kawasan
SPTN III, Resort Tanjung Harapan daerah Beguruh yang sebagian besar vegetasinya
hutan rawa gambut. Selain didaerah Beguruh kebakaran sering terjadi di SPTN I,
Resort Pondok Ambung yang berbatasan dengan perkebunan sawit. Kebakaran yang
terjadi dibelakang Stasiun Penelitian Pondok Ambung tujuh tahun yang lalu,
tepatnya tanggal 20 Februari 2008 menyebabkan hilangnya vegetasi yang ada di
sana, bencana yang menyebabkan hilangnya vegetasi seluas 6,6 ha yang terjadi
akibat dari kelalaian manusia yang didukung dengan kondisi cuaca.
Kebakaran yang terjadi dapat
dikendalikan dan api berhasil dipadamkan dengan kerjasama oleh berbagai pihak
yang terkait dalam kurun waktu 5 jam, dalam proses pemadaman kendala yang
dihadapi terkait dengan peralatan yang digunakan untuk pemadaman api. Dengan
berjalannya waktu, hutan yang telah habis terbakar tersebut secara perlahan
akan terjadi proses suksesi sekunder dimana jenis-jenis vegetasi pioneer akan
tumbuh menggantikan vegetasi sebelumnya yang telah musnah, seiring dengan
tumbuhnya vegetasi pioner ini menggundang satwaliar seperti rusa untuk datang
dan memakan daun muda dan rumput yang terdapat disana. Proses suksesi akan
terjadi bertahun-tahun untuk mengembalikankondisi hutan dengan tumbuh
jenis-jenis yang toleran terhadap cahaya.
2.
autogenik versus allogenik
kekuatan yang ada dalam suksesi adalah pengaruh tumbuhan
terhadap habitat. Tumbuhan dapat menaungi tumbuhan di bawahnya, menambah
serasah menyebabkan fruktuasi tempartur, meningkatkan kelembapan, dan akarnya
mengubah struktur dan kimia tanah. Modifikasi ini dapat mempengaruhi anakan
yang tidak teadaptasi terhadap teduh kalah dalam kompetisi. Dalam kondisi
seperti ini spesies lain akan mendominasi kawasan itu.suksesi yang terjadi
seperti ini oleh Tanslay (1935) disebut suksesi autogenik (biotik).
Di pihak lain, suksesi allogenik disebabkan oleh perubahan
lingkungan. Perubahan pantai dapat memukinkan terjadinya invasi spesies lain.
Ini sebagai awal dari suksesi allogenik.
3.
progresif versus retrogresif
suksesi
seringn menujun arah komunitas yang lebih besar dan kompleks dan biomasa yang
meningkat serta habitat menjadi lembab. Suksesi tipe ini disebut suksesi
progresif.
suksesi
retrogresif menuju keararah yang berlawanan menjadi sederhana dan dapat menuju
kearah habitat basah atau habitat kering. Misalnya penggembalan besar-besaran
terhadap kawasan menjadikan komunitas menjadi sederhana.
4.
Siklik versus terarah
Kita
telah membicarakan suksesi terarah yang ditandai dengan akumulasi perubahan yang
mengarah pada perubahan besar komunitas. Namun di komunitas klimaks sekalipun
akan terjadi perubahan, namun bersifat suksesi siklik pada skala lokal. Ini
nterjadi karena lama hidup tumbuhan penutup adalah tertentu, dan tidak adanya
tumbuhan penutup akan membuka kemungkinan terjadinya invasi tumbuhan lain pada
komunitas klimaks anakan tumbuhan penutup teradaptasi secara baik dibawah
induknya dan bila induknya mati, mereka akan menggantikan iduknya. Dalam hal
ini akan terjadi suksesi siklik.
D. Faktor yang memengaruhi
proses suksesi
Faktor yang memengaruhi proses suksesi yaitu:
1.
Luasnya habitat asal yang
mengalami kerusakan.
2.
Jenis-jenis tumbuhan di sekitar
ekosistem yang terganggu.
3.
Kecepatan pemencaran biji atau benih
dalam ekosistem tersebut.
4.
Iklim, terutama arah dan
kecepatan angin yang membawa biji, spora. dan benih lain serta curah hujan yang
sangat berpengaruh dalam proses perkecambahan.
5.
Jenis substrat baru yang
terbentuk.
6.
Iklim, terutama
arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih serta
curah hujan.
7.
Sifat – sifat jenis tumbuhan
E. Pendekatan Dalam Kajian Suksesi
Sejalan
dengan perkembangan dari ekologi umumnya maka dalam kajian suksesi ini pun
mengalami perkembangan,dan dapat di bagi dua periode pendekatan, yaitu
pendekatan secara lama atau tradisional di satu fihak dan pendekatan yang di
tujukan untuk melengkapi atau mengoreksi pendekatan lama berdasarkan
konsep-konsep ekosistem yang mendasarinya di fihak lain
1. Pendekatan
Kajian Suksesi Lama /Tradisional
Teori suksesi pola
pendekatan lama di dasarkan pada beberapa pemikiran yaitu:
a. Suksesi
adalah suatu proses perkembangan komunitas yang teratur dan meliputi perubahan
komposisi jenis dan fungsi ekosistem melalui waktu tertentu,suksei merupakan
proses yang progresip dan dapat di perkirakan.
b. Fase
awal dari suksesi struktur komunitas serhanan.dan di kuasai oleh tumbuhan
berumur pendek.sere breikutnya menjadi lebih progresif ,lebih kompleks dan di
kuasai oleh tumbuhan berumur panjang.
c. Suksesi
berkulminasi dalam komunitas klimaks ,yang paling besar ,paling efisien dan
komunitas paling kompleks dari habitat yang mendukungnya.komunitas klimaks
adalah stabil dan mandiri.
d. Suksesi
dari habitat yang berbeda dapat mengarah pada komunitas klimaks yang
sama.pemikiran ini di sebut kesamaan akhir “equifinality” jadi baik hidroseres
maupun xeroseres akan berkembang menjadi komunitas klimaks berupa hutans
e. Faktor
penting yang berpengaruh terhadap bentuk komunitas klimaks adalah iklim.cowles
dan clements berpendapat bahwa untuk setiap daerah iklim akan mempunyai satu
bentuk komunitas klimaks.pendapat ini d sebut teori monoklomaks .variasi local
dari komunitas klimaks akan di tentukan oleh tanah,dan apabila di beri waktu
yangcukup akan berkembang mengarah ke bentuk klimaks regional.
Teori suksesi tradisional / lama ini
sangat kaku,lebih di tekankan pada pola berpikir deduktif dan pembuktian yang
bersifat relative sangat
sedikit kasus suksesi telah di kaji secara rinci karena perubahan meliputi
waktu yang panjang beberapa decade dan sulit mengelola penelitian lapangan
untuk waktu yang lama ini.
2. Pola
Pendekatan Suksesi Modern
Akhir-akhir
ini timbul suatu pemikiran bahwa dalam kajian suksesi harus di perhitungkan
pula segala aspek dari ekosistem untuk menggambarkan perubahan struktur dan
fungsi ekosistem suksesi ini.
a. Pola
aliran energy
Selama suksesi mencapai
klimaks pola energy dalam ekosistem berubah secara mendasar.perubahan ini di
refleksikan dalam besaran standing crop dalam system.
1) Selama
fase seral awal masukan energy ke ekosistem lebih besar dari yang
hilang.tumbuhan dan hewan komunitasnya berkembang ,mengakumulasi energy sebagai
biomasa.bebereapa standing crop atau tegakan yang ada meningkat selama suksesi.
2) Ketika
komunitas klimaks di kembangkan maka steady state tercapai.dalam keadaan ini
masukan energy ke ekosistem sama dengan energy yang hilang.hasilnya perubahan
tegakan adalah kecil. aliran energy melalui sistempada fase klimaks adalah
maksimum.
3) Bila
ekosistem terganggu oleh factor luar, misalnya kebakaran energi yang hilang
mugkin lebih besar dari masukan energy dalam hal ini besaran tegakan dalam
system menurun.
4) Akumulasi
energy sebagai biomasa selama suksesi paling besar dalam ekosistem daratan, tumbuhan
terbesar membentuk komunitas klimaks .tegakkan berada dalam maksimumnya
meskipun ada sedikit fluktuasi.
5) Di
ekosistem perairan, terutama laut, komuntias kliamkas mungkin di nyatakan oleh fitiplankton
.ukurannya yang kecil berarti standing crcopnya relative rendah / kecil, mungkin
akumulasi dalam ekosistem rendah. tetapi laju metabolism tinggi sehingga
memungkinkan untuk mempunyai produktivitas kotor yang tinggi.
b. Produktivitas
Produktivitas kotor
dari ekosistem meningkat selam suksesi sampai klimaksnya. peningkatan ini
sebanding dengan keadaan standing cropnya. prosentase dari produktivitas kotor
yang terfiksasi sebagai produktivitas bersih tidak terus meningkat sampai klimaksnya,
hal ini akibat beberapa keadaan.
1) Dalam
fase seral awal tumbuhna dominan berkecenderungan untuk menjadi kecil dan
berumur pendek. bentuk tumbuhan ini meliputi tumbuhan setahun, produktivitas
bersihnya tinggi. Tumbuhnya yang kecil memerlukan energy yang relative sedikit
untuk pengelolannya.
2) Dalam
fase seral akhir tumbuhan dominan berkecenderungan besar dan berumur panjang, seperti pohon. ketika
tumbuh sempurna memerlukan bagian yang besar dari produktivitas kotornya untuk
respirasi dalam pengelolaan tumbuhnya. organisme muda berada dalam laju pertumbuhan
maksimum dan dikarakterisasi oleh penurunan produktivitas bersih ketika dewasa.
akibatnya tumbuhan besar dan berumur panjang mempunyai periode kehidupan dalam
keadaan relative tidak produktif. hal ini terefleksikan dalam produktivitas
dari ekosistem secara keseluruhan.
c. Efisiensi
Ekologi
Teori suksesi lama menyatakan bahwa
proses suksesi
membawa suatu komunitas untuk mencapai efesiensi konversi energy yang maksimum.
energi merupakan sumber pembatas yang ekstrim bagi ekosistem, sehingga sangat
logis apabila orang menduga bahwa kematangan akan tercapai pada saat
ketersediaan energy berada dalam keadaan terbaik untuk bisa di manfaatkan. Padahal pemikiran ini bertentangan
dengan apa yang di ketahui tentang pola aliran energy dan produktiviotas.
Telah dinyatakan bahwa dalam suatu
suksesi primer , produktivitas kotor di mulai dengan nol kemudian meningkat, tetapi peningkatannya tidak dapat
tanpa batasnya apabila produktivitas bersih menurun sampai mencapai klimaks, efesiensi
konversi energy menurun dalam fase seral akhir.
Penurunan efesiensi ekologi dari suatu
ekosistem yang matang adalah fungsi dari pola produktivitas dari tumbuhan
besar, yang hidup dalam komunitas klimaks. tumbuhan mempunyai adaptasi yang
tinggi untuk dapat tumbuh dengan cepat ketika muda dan peka, apabila telah
besar dan mandiri maka rendahnya produktivitas bersih tidak menjadi masalah
lagi.
d. Struktur
Trofik
Fase seral awal ada alternative mempunyai rantai makanan yang
pendek. kerusakan dapat terjadi dengan mudah, apabila salah satu rantai hilang
maka tidak ada alternative pengaliran air lagi energy. begitu pelapisan dari
ekosistem terbentuk dan versitas jenis
meningkat maka struktur trofilmenjadi lebih kompleks dan terbentuk jaring
makanan.
Struktur trofil yang lebih kompleks
menghasilkan ekosistem yang stabil. Berbagai kemungkinan aliran energy tidak lagi menjadi
masalah apabila salah satu dari mata rantai rusak atau terganggu .rantai
makanan detritus memegan peranan penting pada ekosistem matang ini.
e. Perubahan
siklus Nutrisi
Teori lama memperkirakan bahwa suksesi
menghasilkan komunitas yang stabil dan siklus materi yang lebih efisien. Hal ini adalah benar untuk
kebanyakan ekosistem daratan, tetapi tidaklah demikian untuk ekosistem
perairan.
Dalam setiap proses suksesi jumlah
nutrisi yang bersiklus dalam setiap fase awal adalah kecil. penimbunan dalam
ekosistem juga kecil. Pertukaran nutrisi antara komponen biotic dan abiotik
terjadi cepat karena umur organismenya pendek. peranan detritus dalam
regenerasi dalam nutrisi kurang penting.f asa organic dari siklus kurang
berkembang akibatnya nutrisi dapat bergerak ke dalam dan keluar dari system dengan mudah , maka
siklus nutrisinya terbuka.
Meningkatnya biomasa pada fase seral
akhir berarti tingginya jumlah nutrisi yang di simpan dalam system. Laju siklus
nutrisi menjadi lambat akibat system di domonasi oleh organism yang umur
panjang. Jumlah nutrisi yang di perlukan pada fase seral akhir ini besar. tumbuhan
besar dari komunitas klimaks mempunyai system akar yang luar biasa yang sangat
efektif dalam menyerap nutrisi. peranan detritus dalam regenerasi nutrisi
adalah penting.
Karaktersitika ini berarti bahwa system
yang matang mempunyai kemampuan untuk menahan nutrisi untuk waktu yang lama. masa
organik dari nutrisi adalah berkembang dengan baik sehingga tidak banyak
nutrisi di keluarkan dari perbatasan ekosistem. siklus nutrisi menjadi lebih
tertutup dan sempurna hal ini relative efisien dan keseimbangan akan
terbentuk.jumlah dan laju siklus nutrisi dalam suksesi di lautan dan biasanya
sampai menurun sampai klimaks, dengan demikian serekarekteristika ini berkembang
sebagai hasil dari pengembalian nutrisi dari dasar yang tidak efisien. nutrisi
di lepas dari organic mati ke dasar perairan dan tidak di kembalikan ke
permukaan yang produktif.
f. Struktur
dan Keaneragaman
1) Stratifikasi
Sere
awal
biasanya terdiri dari kelompok-kelompok tumbuhan pendek yang tidak merata
penyebarannya dan dengan pelapisan yang sederhana. suksesi berjalan terus , tumbuhan
yang lebih tinggi bentuk lapisan tambahan dan terjadi peneduhan .Koloni
tumbuhan lama menyingkir dari keteduhan dan diganti dengan jenis tumbuhan bawah
lainnya yang biasa hidup dibawah naungan perdu, suatu formasi hutan klimaks
akhirnya terbentuk dengan identifikasinya yang kompleks .untuk hutan tropika
misalnya di kenal dengan pelapisan dari kanopi pohon, lapisan perdu, dan
lapisan dasar yang terdiri dari lumut.
Pengecualian-pengecualian untuk
terbentuknya stratifikasi kompleks ini memang juga bisa terjadi, misalnya pada
hutan , lapisan kanopi pohon yang kerap dan mengakibatkan energy cahaya tidak
memungkinkan untuk menunjang vegetasi dasar. fenomena ini dapat diketemukan di
hutan alami yang padat atau rapat kanopinya, baik di tropika maupun di temperate.
Meningkatnya kekomplekkan struktur
vertical dari ekosistem didikuti oleh agregasispasial dari fungsi di antara
lapisan, contoh yang baik adalah di hutan, fotosintesis terjadi di lapisan
kanopi pohon, penguraian berada di lapisan dasar atau permukaan tanah, dan
batang-batang pohon mengangkut kembali nutrisi ke kanopi.
Pelapisan yang sama dari struktur dan fungsi
terjadi selama suksesi di lautan dan danau. produksi terjadi di lapisan
permukaan sedangkan pengeruaian lebih banyak terjadi pada dasar perairan. nutrisi
di kembalikan ke permukaan akibat pengadukan oleh arus atau angin. Dengan
demikian meskipun ada perbedaan dalam pengendalian nutrisi ,rupanya untuk semua
ekosistem berkembang pelapisan dari struktur dan fungsi selama suksesi.
2) Keaneragaman
Jenis
Peningkatan yang cepat dari jumlah jenis
merupakan gambaran pada fasa awal suksesi ,banyak tumbuhan yang berkoloni
.Gambaran pertama dari suksesi , peningkatan
diversitas jenis cepat .dan fasa berikutnya laju peningkatan berjalan lambat. jumlah
jenis yang berbeda dalam ekosistem mungkin meningkat terusa sampai terbentuknya
komunitas klimaks. tetapi banyak pula terjadi penurunan keaneragaman sampai
akhir dari suksesi.
Penurunan keaneragaman ini terjadi akibat
kompetisi , tumbuhan yang dominan pada seral akhir besar-besar dan lebih
kompleks, sejarah pertumbuhannya daripada tumbuhan pada seral awal. Dengan
demikian hasil dari kompetesi tidak banyak terbentuk ragam dari jenis.pada
suksesi dengan hasil akhir hanya terdiri dari beberapa jenis dominan, seral
intermedier mengandung jumlah yang maksimum.
Keaneragaman jenis dapat meningkat terus
sebagai komunitas klimaks, apabila struktur dan energy yang tersedia
mendukungnya. contoh yang baik adalah di tropika, hutan penghujan tropika
mempunyai struktur yang kompleks dan di dominasi berbagai jenis tumbuhan serta
di suplai oleh sejumlah energy yang melimpah berbagai habitat tercipta dan
terpakai sampai terbentuk klimaks.
F. Konsep Klimaks
Skema: konsep klimaks
1.
Teori-teori
dalam klimaks
Teori tradisional menyatakan bahwa
suksesi ekologi mengarah kepada suatu komunitas akhir yang stabil yaitu
klimaks. Fasa
klimaks ini mempunyai sifat-sifat tertentu ,dan yang terpenting adalah :
a. Fase
klimaks merupakan system yang stabil
dalam keseimbangannya antara lingkungan biologi dengan lingkungan non
biologinya.
b. Komposisi
jenis pada fasa klimaks relative tetap atau tidak berubah
c. Pada
fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari materi organic
,sehingga tidak ada perubahan yang tidak berarti.
d. Fasa
klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.
Pembentukkan
komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan biasanya komposisinya
bercirikan spesies yang dominan. Berdasarkan pengaruh musim terhadap bentuknya
komunitas klimaks, terdapat dua teori sebagai berikut :
1)
Teori monoklimaks
Dalam teorinya pada
tahun 1916 clements menyatakan bahwa komunitas klimaks untuk suatu kawasan
semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada waktu
yang cukup dan bebas dari
berbagai, pengaruh
gangguan luar suatu bentuk umum mengatasi klimaks yang sama akan terbentuk
untuk setiap daerah iklimyang sama . dengan demikian iklim sangat yang
menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini di fahami sebagai
teori monoklimaks dan di terima secara luas oleh para pakar botani pada
pertengahan awal dari abad ini.
Clements dan para
pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat kenyataan bahwa banyak
sekali variasi lokal
dalam suatu vegetasi yang telah berada dalam suatu bentuk klimaks di suatu
daerah iklim tertentu.
Variasi-variasi
ini oleh clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan stabil. clements
menganut teori klimaks ini di dasarkan pada keyakinan dan waktu yang panjang, di
mana perbedaan-perbedaan local dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan
tetap berubah menjadi bentuk vegetasi regiolnya apabila di beri waktu cukup
lama.
Penanaman-penanaman
khusus di berikan untuk menggambarkan perbedaan-perbedaan vegetasi local ini. istilah
subklimaks di pergunakan untuk suatu fase seral akhir yang berkepanjangan yang
akhirnya akan berkembang juga ke bentuk klimaksnya. sedangkan istilah
“Disklimaks” di pakai untuk komunitas tumbuhan yang menggantikan bentuk klimaks
setelah terjadi kerusakan.
Skema:
Proses terjadinya vegetasi klimaks paham monoklimaks
2) Teori
Poliklimaks
Beberapa pakar biologi berpendapat bahwa
teori monoklimaks terlalu kaku .Tidak memberikan kemungkinan untuk menerangkan
variasi lokal
dalam suatu komunitas tumbuhan.
Dalam tahun 1939 Tansley ,seorang pakar
botani dari inggris ,mengusulkan suatu alternative yaitu teori poliklimaks, dengan
teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaic Dari bentuk klimaks dari setiap
daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya dengan
berbagai factor yang mempengaruhinya yaitu meliputi tanah, drainase ,dan berbagai factor lainnya .teori poliklimaks
mengenai kepentingan dari iklim. tetapi factor-faktor lain hendaknya jangan di
pandang sebagai fenomena yang bersifat temporal.
Teori poloklimaks mempunyai keuntungan
yang besar, dalam
memandang semua komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap sebagai
bentuk klimaks. Teori poliklimaks ini ternyata pendekatannya tidak bersifat
kaku, sehingga dapat di terima di kalangan pakar secara luas.
3) Teori
Potensi Biotik atau pola Klimaks Hipotetis
Dalam tiga decade terakhir para pakar
menyadari bahwa komunitas klimaks tidak di tentukan oleh hanya satu atau
beberapa factor pengontrol. Setiap komunitas merupakan fungsi dari semua factor
lingkungan yang berinteraksi terhadapnya.seperti iklim, tanah, topografi dsb. Dengan
demikian sekian banyak bentuk klimaks akan terjadi akibat kombinasi dari
kondisi-kondisi tadi. perhatikan konsep factor holosinotik atau holismal.
Pemikran ini pertama-tama di
formulasikan oleh R.H WHITAKER tahun 1990an . Ia menekankan bahwa komunitas
alami teadaptasi terhadap seluruh pola dari factor lingkungan.dan komunitas
klimaks itu akan bervariasi secara teratur meliputi suatu region dan
merefleksikan perubahan factor-faktor (suhu, tanah, bentuk lahan dsb) secar
gradual, klimaks dari sewtiap itu. Pemikiran ini di kenal sebagai pola klimaks
hipotesis atau teori potensial biuotik.
Pendekatan ini
sedikit lebih abstrak dari pada teori monoklimaks dan poloklimaks. Pendekatan
ini member kemungkinan untuk penelahan yang lebih realistic dari komunitas
klimaks.
Pada dewasa ini timbul
tantangan-tantangan baru terhadap konsep-konsep klimaks ini. Berbagai ahll percaya bahwa suksesi
berkecenderungan membentuk ekosistem yang kompleks dan lebih stabil, tetapi
mereka merasakan bahwa karakteristika dari hasil akhir perlu untuk dikaji
kembali. Ini merupakan tantangan untuk
kemajuan ekologi, dimana pada dewasa ini telah masuk dalam kajian yang modern
dan tidak terbelenggu dalam pola pemikiran yang bersifat filosofis serta
deskriptif lagi.
2.
Polemik
tentang klimaks
Teori klimaks yang dikembangan oleh F.E.
Clement (1916) banyak disanggah oleh banyak pakar. Menurut teori itu proses
suksesi menuju klimaks sepenuhnya dikendalikan oleh iklim hingga arah dan
akhirnya akan dapat diperhitungkan. Klimaks demikian itu disebut iklim klimaks
(climatic climax).
Pelopor teori baru (Whittaker, 1953)
mengatakan bahwa bukan hanya iklim yang mengendalikan suksesi, juga faktor lain
yang mempengaruhi variasi alami lingkungan abiotik seperti heterogenitas
lingkungan setempat variasi topografi yang lebih luas, dan variasi tanah.
Dengan demikian puncak dinamika suksesi sesungguhnya tidak dapat diduga, tidak
jelas arah dan hasilnya karena banyak contoh klimaks yang berbentuk sama sekali
bukan iklim klimaks.
Contoh yang seringkali diajukan oleh
pakar baru misalnya komunitas yang diterjang erosi attau kebakaran. Hanya
populasi spesies yang tahan erosi dan kebakaran yang bertahan dan membangun klimaks sendiri yang
stabil walaupun terjadi di lingkungan iklim yang sama.
Contoh lain dikemukakan dari California
pada komunitas spesies Douglas-fir yang didesak oleh spesies kayu keras dan
membentuk komunitas baru yan stabil juga dalam lingkungan iklim yang sama.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berusaha menciptakan komunitasnya
untuk pertanian, pemancingan atau perberuan, yang dapat mengembangkan, secara
alami komunitas baru yang spesisnya tidak diinginkan manusia.
3.
Komunitas
klimaks dan iklim regional
Iklim regional tidak konstan. Data fosil
cukup cermat dari perubahan ekosistem timur laut amerika serikat dan tenggara
Canada menguraikan situasi itu. Selama 14.000 tahun ditempat itu jelas
kelihatan perubahannya pada waktu terjadi sururtnya gunung-gunung es dikutub,
yang menyebabkan iklim lebih hangat dan kemudian berangsur –angsur mendingin
kembali sampai sekarang. Bertolak dari surutnya zaman es, wilayah itu ditumbuhi
hutan tundra yang sekitar 9.500 tahun yang lalu berubah menjadi hutan-hutan
campuran dan didominasi jenis-jenis pinus, yang sekitar 7.000 tahun yang lalu
berangsur-angsur menjadi hutan campuran kayu keras yang berlangsung sampai
6.700 tahun yang lalu. Selama 300 tahun yang lalu sampai searang hutan hutan
kayu keras itu didesak oleh kegiatan manusia yang membakar hutan untuk
pertanian.
Data tersebut memang menunjukan pengaruh
iklim regional terhadap berbagai klimaks komunitas yang berlangsung sangat
lambat, tetapi dapat terlihat bahwa klimaks itu terwujud lebih banyak karena
proses suksesi dan kekuatan seleksi alam dari organisme itu sendiri.
Bahwa proses seleksi sangat sangat
mengemuka turut menentukan klimaks suatu komunitas diperkuat oleh analisis
evolusi komunitas organisme terestis yang telah diterima luas oleh para pakar.
Tipe jaringan pakan modern dapat
dikatakan terwujud 250 juta tahun yang lalu pada awal tampil mengisi
relung-relungnya. Selama 100 juta tahun sebelumnya sejak 350 tahun yang lalu
jenis-jenis amfibi yang merupakan organisme akuatik yang hidup dari ikan dan
invertebrate (gambar 7.14a) memasuki
daratan mencari serangga karena amfibi adalah karnifora dan kembali ke
perairan. Dengan demikian amfibi bukan organisme terestis pertama, tetapi jenis
reptilia yang sebenarnya mulai muncul selama 100 juta tahun sejak 250 juta
tahun lalu, yang kemudian menjadi kenyataan pada 250 juta tahun yang lalu.
Tepatnya pada 300 juta tahun yang lalu reptilia pertama tampil sebagai
invertebrata terestis tetapi belum juga dapat mengisi seluruh relung karnivora
terestis hingga arus energy masih diteruskan melalui jalur akuatik (gambar 7.14b). jalur rantai pakan pada
kurun waktu ini adalah tumbuhan akuatik → invertebrate akuatik → vertebrata
akuatik pemekan invertebrate → predator semiakuatik →predator terestis.
Vertebrata herbivora terestis dapat dikatakan makin dewasa pada 250 juta tahun
yang lalu sejak itu jaringan pakan modern dapat dikatakan terwujud di mana
relung-relungya terisi vertebrata dan invertebrate (gambar 7.14c). tentu saja banyak faktor yang memadukan evolusi
komunitas yang terjadi itu. Iklim regional memang berperan, misalnya terjadi
secara menonjol dan mendorong interaksi dinamik antar populasi yang merupakan
kekuatan nyata. Disisi lain dinamika interaksi populasi terbukti menjadi
pendorong utama proses suksesi yang membuktikan pula bahwa komunitas-komunitas
merupakan satuan-satuan yang selalu dalam dinamika.
Gambar: Bagan Komunitas klimaks dan iklim regional
G.
Beberapa
Permasalahan Konsep Suksesi
1. Stabilitas
Konsep klimaks lama menyatakan secara
tidak langsung suatu keadaan keseimbangan dengan lingkungan, terutama yang di
anggap penting adalah factor iklim.pendekata ini8 adalah lemah ,karena iklim
sepertidi ketahui adalah teratur dan berfluktuasi , terutama di daerah
temperatur. Dengan demikian akan tidak mungkin untuk untuk suatu vegetasi
menjadi benar-benar sesuai dengan keadaan iklim itu, lain halnya dengan situasi
di daerah katulistiwa , perubahan iklim relative tidak banyak terjadi. dengan
demikian konsep ini masih bisa di terima. Meskipun demikian untuk daerah iklim
yang relatip stabil inipun keseimbangan komunitas klimaks tidaklah absolute
sifatnya,masih terjadi perubahan-perubahan komposisi jenis akibat adanya
migrasi atau perubahan anggota populasi.
Berdasarkan keadaan ini , akan lebih
realistis untuk menganggap fasa klimaks dari suatu komunitas mencapai
kestabilan yang relatip. perubahan-perubahan masih tetap akan terjadi
berdasarkan arah tertentu , dalam hal ini mengikuti arah perubahan iklim.
Perbedaan yang penting antara fasa
klimaks dengan fasa-fasa sebelumnya dalam laju perubahnnya, dalam fasa seral
laju perubahan adalah cepat , sedangkan dalam fasa klimaks terjadi perubahan
minimal.
2. Kemantapan
Kemantapan adalah pusat perhatian pola
berfikir konsep lama fasa klimaks.sangat sedikit komunitas yang benar-benar terllihat
mantap baik struktur maupun komposisi jenisnya. Mereka
berkecenderungan menjadi terbatas atau di batasi oleh kondisi-kondisi
lingkungan yang kurang menunjang,seperti di padang pasir.
Komunitas klimaks umumnya mantap dalam
hal strukturnya tetapi tidak dalam komposisi jenisnya. misalnya formasi hutan
seluruh berada di suatu daerah untuk ribuan tahun, tetapi campuran dari
pohon-pohon dominan dan asosiasi ktumbuhan dasarnya akan merubah merefleksikan
perubahan iklim
Beberapa komunitas klimaks jelas-jelas
tidak mantap, mengalami perkembangan siklis. Pohon yang dominan pada suatu
komunitas klimaks sering tidak mau melakukan regenerasi secara langsung di
bawah naungan pohon induknya. Hal ini disebabkan kondisi tanah yang tercipta
tidak cocok untuk anakan pohon tadi. sehingga di bawah naungan pohon dominan
tadi akan tumbuh jenis –jenis pohon lainnya termasuk , mungkin jenis seral, Dengan
demikian akan terjadi perubahan struktur dan kompiosisi dari komunitas klimaks
ini, ada kemungkinan komunitas klimaks akan berubah menjadi bentuk seral
kembali. tetapi kondisi baru ini akan memungkinkan untuk tumbuhnya anakabn
pohon yang dominan pada masa klimaks tadi
maka terjadilah perubahan siklis dalam perjalanan waktu.
3. Suksesi
dan
Keteraturan
Apabila pandangan tradisional tentang
komunitas klimaks mempermasalahkan, pertanyaan harus di lanjutkan apakah pendapat bahwa
suksesi sebagai suatu proses teratur yang menbgarah pada suatu bentuk akhir
dari komunitas yang dapat di perkireakan perlu di kaji kembali?
H.
Suksesi
Sebagai Pergantian Dari Jenis Oportunis Oleh Jenis Keseimbangan
1. Jenis
keseimbangan
Suksesi ekologi nampaknya sebagai hasil
dari penyebaran dan pemantapan dari individu-individu tumbuhan. hal ini akan
lebih mudah di pahami bila di kaitkan dengan strategi-strategi secara
individual dari jenis-jenis tumbuhan dalam kehidupannya.
Strategi-strategi ini dapat di bagi
dalam dua kelompok utama , yaitu kelompok oportunis, teradaptasi untuk menguasai daerah
terbuka dan dalam
ekosistem yang masih dalam perkembangannya. Kelompok lainnya adalah kelompok
keseimbangan.
a.
Strategi
Opertunis
1)
Tumbuhan
Pioner adalah Opertunis, teradaptasi untuk menguasai daerah terbuka, menghasilkan
sejumlah besar biji-biji yang mudah sekali menyebar.untuk itu mereka harus
produktif sekali dan pemanfaatan energinya ditujukan untuk penyebaran.
2)
Jenis oportunis adalah kecil ,hal ini di
sebabkan produktivitas bersihnya diutamakan untuk produksi biji, juga bagi
mereka tidak di perlukan tumbuh menjadi besar bentuknya.kompetisi di antara
individu tumbuhan adalah minimal pada daerah yang terbuka inbi.bentuk-bentuk
yang tinggi tidak bermanfaat untuk habita seperti ini.
3)
Jenis oportunis berumur pendek, Berupa tumbuhans etahun ,siklus
hisdupnya dilengkapi dalam satu musim tumbuhan, memungkinkan mereka untuk menyimpan
sejumlah energy dalm oragan produksi dan sebagian daripadanya dirubah untuk
menghasilkan tumbuhnya,Misalkan menghasilkan umbi, rimpang dll.yang tahan
terhadap perubahan lingkungan.
4)
Jenis oportunis adalah generalis dapat
bertleransi luas terhadap berbagai kondisi lingkungan. terutama terhadap bentuk
tanha, suhu, dan kelembapan.tetapi biasanya memerlukan habitat terbuka dan
tidak terlalu toleran terhadap peneduhan.
b.
Strategi keseimbangan
1) Jenis
keseimbangan merupakan jenis-jenis yang tumbuh dari fasa-fasa akhir dari
suksesi dan fasa klimaks .beradaptasi untuk hidup pada lingkungan ,yang stabil
dan dapat diperkirakan.
2) Jenis
keseimbangan dapat bersaing secara efektif melawan klimaks lainnya.untuk itu
harus merupakan jenis dominan.tumbuh tinggi dan berumur panjang.,tumbuhan
perennial jenis keseimbangan menyalurkan
sebagian besar dari hasil produktivitas bersihnya untuk membentuk dan
mengelola tubuhnya yang besar.
3) Jenis Keseimbangan biasanya mempunyai kemampuan
yang berupa dalm penyebaran,menghasilkan sedikit biji yang relative
besar-besar.dengan demikian perluasan daerah penyebarannya rapat.
4) Jenis
Keseimbangan
adalah spesialis meguasai kondisi lingkungan tertentu ,mereka akan mengan dalam
kompetisi di lingkungan tertentu ,tetapi tidak dapat bertoleransi untuk
kondisi-kondisi lainnya.
I.
Beberapa
Contoh Suksesi
Beberapa contoh dinbawah ini akan
memberikan gambaran dari proses suksesi ,baik hidrosere maupun xerosere,dan
memperlihatkan bagaiman terjadinya perubahan struktur dan komposisi komunitas dari yang sederhana ke
bentuk yang lebih kompleks.
1. Danau
gatun di terusan Panama ,amerika tengah
a.
Komunitas tumbuhan air terapung ,terdiri
dari Salvia
aiuriculate, pistiastratioites,
Eichorniaazurea,
Utriculariamixta,
Jussieua catans.
b.
Komunitas teratai, Nymphaeaampla
bercampur
dengan jenis-jenis di atas.
c.
Komunitas tumbuhan air
menjulang,yang terbanyak adalah Thypa
angsutifolia, Acrostychum
danaeifolium, Crinum erubescens, Hibiscus
sororius dan Saqitaria
lancifolia.
d.
Komunitas rawa buluh ,terdiri dari Cyperus qiqnteus, Scirpus
cubensis dan jenis-jenis Cyperaceae lainnya.bersama-sama
dengan rumput rumput besar seperti Phraqmites
communis dan Gynerium sagittatum,yang
juga terdapat Jussieuasuffruticosa (herba
dikotil) dan paku-pakuan.
e.
Komunitas rawa belukar terdiri dari
Dalbergia castophylla dan keladi
tinggi Montrichardia
arborescens.
2. Danau
Victoria di Afrika timur
a. Vegetasi
tumbuhan terapung dan terendam, Nymphaea, Ceratophyllu,
Trapa
dan lain-lain
b. Komunitas
paku-pakuan dan Cyperaceae merupakan campuran antara
paku-pakuan, Cyperaceae, Poaceae dan herba.
c. Rawa
lymnophyton,di kuasai oleh Cyperus
papyrus dan rumput Mischanthidium
violaceum dengan Lymnophyton
obtusitolium sebagai subdominant.
d. Rawa
papyrus ,yang dominan hanya Cyperus
Papyrus di serai oleh jenis lainnya sebagai tambahan.
e.
Rawa palm phoenix ,banyak pohon-pohon
yang tingginya 6-9m, di
antaranya Phoenix reclinata dan Mitraqyna Stipulosa.
f. Hutan
hujan Tropis
Contoh suksesi yang bersifat xerosere di
ambil dari letusan berapi yaitu dari gunung berapi di hawai dan di kemukakan
oleh Doty tahun 1967dan Atkinson pada tahun 1970.dan gunung Krakatau yang di
kemukakan oleh Richard pada tahun 1964 dan juga sebelumnya oleh Van borsum W th
1950 serta gunung Helens
th 1980.
Gambar: Gunung St. Helens Ketika Meletus (1980)
J.
Suksesi
dan
Pertanian
Konsep suksesi mempunyai hubungan
langsung terhadap berbagai kegiatan manusia.Yang paling penting adalah dalam
bidang pertanian
untuk mendapatkan produksi maksimal yang di dasarkan pada pertentangan-pertentangan
yang bersifat ekologi.
Tanaman peliharaan umunya merupakan
tumbuhan yang mampu mempergunakan kesempatan dalam memanfaatkan lingkungan yang
belum stabil, dalam konsep suksesi di kenal dengan jenis oportunis yang biasanya
hidup pada fasa-fasa awal sampai fasa tengah dari sesenya.tumbuhan ini hidup
cepat pada daerah yang terbuka, menyuimpan sebagian hasil produktivitasnya pada
struktur-struktur reproduksi seperti biji.Dengan demikian dapat di pergunakan
sebagai sumber makanan bagi manusia.
Beberapa tanaman pertanian dapat di
kelompokkan dalam jenis-jenis pos-pionir .misalnya ubi jalar ,mempunyai oragan
penimbun dalam tanah .ini merupakan karakteristika jenis tumbuhan yang berada
pada fasa-fasa awal suksesi.kemudian umumnya pohon merupakan karakteristika
dari fasa seral tengah,dan manusia dapat memanfaatkannya berupa buahnya atau
kayunya.kesemua jenis tanaman ini mempunyai produktivitas bersih yang tinggi
dan hidupnya relative pendek.
Selama ekosistem pertanian menyerupai
fasa seral awal,maka kurang stabil.Dengan demikian komunitas yang yang tidak
stabil ini harus dikelola oleh manusia,secra ekologi di sebut pengelolaan
buatan yang bersifat non alami. Penegelolaan
buatan ini misalnya perumputan,penyemprotan untuk menjaga dari hama dan
penyakit,,dengan demikian memerlukan sejumlah subsidi energy.
Siklus nutrisi dari komunitas
seral,seperti kegiatan pertanian ,merupakan suiklus yang terbuka,dengan
demikian kehilangan sejumlah nutrisi yang keluar dari system merupakan jarak karakteristiknya,akibatnya
penambahan sejumlah nutrisi ke dalam system adalah mutlak di perlukan ,yaitu
berupa pemupukan dan masukan materi lainnya.
Kegiatan pertanian memerlukan lahan-lahan
baru ,membuka lahan baru ini berarti mengembalikan komunitas ke fasa awal
lagi.akibatnya tidak saja kehilangan jenis-jenis yang sudah beradaptasi dengan
baik terhadap dengan baik terhadap kondisi lingkungan yang ada.tetapi juga
menganggu siklus nutrisi yang di kembangkan oleh system secara skala besar,yang
akhirnya menganggu kematangan dari komunitas tersebut.
K. Dampak Negatif Dan Positif Dari
Suksesi
1. Dampak
Negatif :
a.
Berbagai
tumbuhan liar akan hidup atau tumbuh dan mengubah semua karakteristika dari vegetasi
asalnya.
b.
Penurunan
kadar zat hara dari tanah, misalnya
akibat degradasi habitat.
c.
Suatu komunitas tumbuhan akibat adanya
longsor, banjir, letusan gunung berapi dan atau pengaruh kegiatan manusia
akan mengalami gangguan atau kerusakan yang parah. Mengakibatkan tanah gersang, kehilangan nutrisi organik, permukaan
sangat terbuka dan kondisinya belum menunjang kehidupan di atasnya.
2. Dampak
Positif :
a.
Terjadinya
suksesi proses
perubahan ekosistem dalam kurun waktu tertentu menuju ke arah lingkungan yang
lebih teratur dan stabil,
Komunitas
menjadi lebih kompleks.
b.
Bagi
Tumbuhan pioner, tumbuhan ini akan menciptakan kondisi lingkungan
tertentu yang memberikan kemungkinan untuk hidup tumbuhan lainnya. Koloni tumbuhan pionir ini akan
menghasilkan proses pembentukan lapisan tanah memecah
batuan dengan akarnya dan membebaskan materi organic ketika terjadi pelapukan
dari tumbuhan yang mati.
BAB
III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Suksesi adalah
suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada
suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu
hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Perubahan
ekosistem ini pada dasarnya dapat di
sebabkan sebagai penyebab utama yaitu:
1.
Akibat perubahan iklim
2.
suksesi allogenik ( karena pengaruh dari
luar)
3. suksesi autogenik (karena pengaruh dari
dalam)
Proses suksesi
berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah
tercapai keadaan seimbang (homeostatis). Di alam ini terdapat dua
macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi juga
berkaitan dengan pertanian dimana komunitas yang yang
tidak stabil dikelola oleh manusia,secara
ekologi di sebut pengelolaan buatan yang bersifat non alami. Dampak dari adanya suksesi yaitu Mengakibatkan
tanah gersang,
kehilangan nutrisi organik, permukaan
sangat terbuka dan kondisinya belum menunjang kehidupan di atasnya. Namun suksesi dalam kurun waktu
tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan stabil, komunitas menjadi lebih kompleks.
B. Saran
Dari uraian
yang telah dijelaskan diatas dapat diambil refleksi yang ditujukan pada pembaca
agar mengaplikasi konsep suksesi untuk diterapkan pada kehidupan kita
sehari-hari agar dapat meminimalisir dampak kerusakan alam.
DAFTAR
PUSTAKA
Subroto, Trisno Hadi.1990. Ekologi Dasar. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Syafei, Surasana Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
No comments:
Post a Comment