nasihat today

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan musibah apapun yang menimpamu, maka itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri.” (As Syura 30).

Wednesday, 3 February 2016

makalah asam absisat



BAB I
PENDAHULUAN


A.         Latar Belakang
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan dan sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu).
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar tumbuhan. Faktor dalam adalah semua faktor yang terdapat dalam tubuh tumbuhan antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon. Gen berfungsi mengatur sintesis enzim untuk mengendalikan proses kimia dalam sel. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, hormon merupakan senyawa organik tumbuhan yang mampu menimbulkan respon fisiologi pada tumbuhan. .
Hormon yang telah kita pelajari sejauh ini yaitu auksin,sitokinin dan giberelin, umumnya merangsang pertumbuhan tumbuhan.sebaliknya, terdapat masa pada kehidupan tumbuhan yang sangat menguntungkan apabila tumbuhan memperlambat pertumbuhan dan mengambil suatu keadaan dorman (istirahat). Yaitu Hormon asam absisat, Hormon asam abisat (Abscisic acid, ABA), yang dihasilkan pada tunas terminal, akan memperlambat pertumbuhan dan mengarahkan primordial daun untuk berkembang menjadi sisik yang akan melindungi tunas yang dorman pada musim dingin. Hormon tersebut juga menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.

B.              Rumusan Masalah
1.               Apa pengertian dan struktur hormon asam absisat ?
2.               Bagaimana proses biosintesis dan metabolisme dari  hormon asam absisat?
3.               Bagaimana cara kerja hormon asam absisat ?
4.               Apa saja peranan hormon asam absisat ?

C.             Tujuan
1.                  Untuk mengetahui pengertian dan struktur dari hormon asam absisat
2.                  Untuk mengetahui proses biosintesis dan metabolisme  dari hormon asam   absisat.
3.                  Untuk mengetahui cara kerja pada hormon asam absisat.
4.                  Untuk mengetahui peranan dari hormon asam absisat.


















BAB II
PEMBAHASAN


A.             Pengertian asam Absisat (ABA)
Asam absisat adalah  molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang  merupakan  salah satu hormon  tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil  mengisolasi senyawa absisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut.Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9.   Senyawa tersebut merupakan inhibitor B kompleks.  Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. 
 Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat (ABA).   Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992). Menurut Salisbury dan Ross (1995) ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalona  zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman  disebut juga hormon tanaman.  Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan diantaranya yaitu ABA.  Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air,  tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas.  ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
Menurut Crellman (1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara  tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid.  ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan giberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.  

1)               Struktur Asam Absisat ( ABA ) :

Gambar :  struktur asam absisat (ABA)

B.              Biosintesis dan Metabolisme Asam Absisat
Biosintesis ABA pada sebagian besar ( mungkin semua) tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu  (40 karbon) yang ada di plastid ( ditelaah oleh Zeevaart dan Creelman, 1988, dan oleh Creelman 1989). Bukti  yang  lebih muktahir mengenai proses ini berasal dari hasil peneltian yang dilakukan oleh dua kelompok peneliti yang giat, yaitu pimpinan  Jan AD Zeevaart di Michigan State University of New York di Syracuse. Kloroplas daun mengandung karatoneid yang menjadi bahan dasar ABA, sementara diakar, buah, embrio biji, serta bagian tumbuhan tertentu lainnya, karatoneid penting berada di kromoplas lain, leukoplas, atau proplastid. Hanya beberapa reaksi saja dalam lintasan, dari karatoneid menjadi ABA , yang telah berhasil dikenali namun lintasan semua reaksi yang membentuk xantoksin mungkin berlangsung di plastid, tapi tahap berikutnya mungkin terjadi di suatu tempat di sitosol.
Metabolisme ada dua jalur yang dapat ditempuh untuk menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA) dan jalur metileritritol fosfat (MEP). Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA. Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat.7
Rangkaian pose secara kimia, yaitu
a.       Jalur Asam mevalonat : Asam mevalonat → farnesylpyrofosfat → ABA
b.      Jalur Violaxanthin : Violaxanthin → Xanthoxin → ABA  -  Cahaya


C.             Cara kerja Asam Absisat
Cara kerja dari asam absisat ini seperti merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air, mempertahankan dormansi dan biasanya terdapat di daun, batang, akar, buah berwarna hijau. Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik di xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun. Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi). Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya. Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.
Daun dan  buah pada tumbuhan dapat menjadi rontok karena adanya pengaruh kerja hormon Asam Absisat (ABA). hormon ini menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel. karena itu, jika hormon ini bekerja, proses yag terjadi di dalam sel akan berkurang dan kelamaan akan berhenti. berhentinya aktivitas sel, berarti juga berhentinya asupan nutrisi ke dalam sel tumbuhan tersebut, sehingga, bagian tumbuhan seperti daun akan kekurangan nutrisi, dan kering karena penguapan terus terjadi, namun tidak ada asupan air, dan kelamaan daun akan rontok.
Hormon ini dapat menutup stomata pada daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan sel turgor. Akibatnya, cairan tanaman hilang yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah  kehilangan air dari tanaman dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air  melalui akar. Selain untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi. Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar.. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder. Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.

C. Letak Asam Absisat dan Transpornya pada Tanaman

Tempat produksi atau lokasi hormon asam absisat pada tumbuhan yaitu di daun, batang, akar dan buah hijau. Fungsi utama asam absisat yaitu menghambat pertumbuhan, menutup stomata selama kekurangan air, menghambat pemutusan dormansi.
Pada daun, ABA berada pada 3 bagian sel yang berbeda, yakni : (1) pada sitosol, dimana  disintesis, (2) pada kloroplas dimana ABA diakumulasikan, dan (3) pada dinding sel. Para ahli fisiologi berpendapat bahwa ABA dapat merangsang penutupan stomata adalah ABA yang berada pada dinding sel. ABA pada dinding sel ini berasal dari  sel-sel mesofil daun tempat di mana ABA ini disintesis.
Asam Absisat diangkut oleh tumbuhan secara alami melalui xilem floem dan parenkim baik itu naik atau turun, proses pengangkutan menuju daun dalam penutupan stomata dari akar menuju floem yang dekonsentrasi pada daun yang dapat dipengaruhi oleh tingkat kegaraman yang tinggi. Begitupun dari daun menuju akar dan menuju batang dalam penghambatan penambahan panjang dan lebar batang pada tanaman.

D.             Peranan Hormon Asam Absisat
Asam absisat berperan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji. Dalam keadaan dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis berhenti sementara. Proses dormansi biji ini penting untuk menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki. Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwi musim yang bijinya memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas panjang. Tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan.
1.      Peranan Asam absisat ,  kondisi cekaman lingkungan
ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti kekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel4. Akibatnya, kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi. Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.

2.      Peranan Asam absisat dan pengguguran
Peranan ABA dalam menyebabkan gugur daun, bunga dan buah masih dipertentangkan. Para penilai mengevaluasi data yang sudah diterbitkan, dari berbagai sudut pandang Addicot (1983) melakukan penelitian yang serius untuk membuktikan peranan penting etilen. Milborrow (1984) menyimpulkan bahwa ABA eksogen menyebabkan pengguran, tapi kurang efektif dibandingkan dengan etilen eksogen. Belum lama ini, Osborre (1989) menelaah efek etilen dan ABA pada proses pengguran dan menyimpulkan bahwa  ABA mungkin tidak berperan langsung, sebaliknya ABA bekerja secara tak langsung dengan menyebabkan penuaan premature pada sel organ yang akan gugur, dan itu mendorong naiknya produksi etilen. Menurut Osborne, etinlah, bukan ABA, yang jelas mengawali proses pengguran sebenarya.

3.      Peranan efek Asam absisat pada dormansi
Hasil awal penelitian Wareing dan beberapa kawan nya yang telah  menuntun kearah penemuan dormin (ABA) memperlihatkan bahwa senyawa ini meningkat tajam pada daun dan kuncup, yaitu saat dormansi kuncup terjadi ketika hari mulai pendek  diakhir musim panas.  Mereka juga menemukan bahwa pemberian ABA langsung pada kuncup yang tidak dorman dapat menyebabkan dormansi, Pengamatan itu menunjukan bahwa ABA adalah hormone-dormansi kuncup, yang disintesis di daun yang mampu mengenali panjang hari dan dipindahkan kekuncup untuk menginduksi dormansi. Tapi, penelitian lanjutan dengan tumbuhan berkayu lainnya menyangkal peranan hormon yang demikian itu.
Barangkali, penelitian yang paling myakinkan adalah bahwa pemberian ABA langsung pada kuncup dapat memperlambat atau menghentikan pertumbuhan, dan tidak menyebabkan perkembangan sisik kuncup dan ciri lain pada kuncup dorman. Hasil penelitian lain dengan menggunakan ABA bertanda 14C menunjukan bahwa ABA dalam jumlah kecil bergerak dari daun ke kuncup saat dormansi mulai. Selanjutnya, perlakuan hari pendek yang menginduksi dormansi pada berbagai spesies tidak menyebabkan naiknya tingkat ABA pada kuncup beberapa spesies.
Dalam dua dasawarsa ini telah dilakukan banyak kajian mengenai kemungkinan pentingnya ABA dalam menyebabkan dormansi biji (diulas oleh Bewley dan Black, 1982 serta oleh Berrie 1984). ABA eksogen merupakan penghambat kuat bagi perkecambahan biji banyak spesies. Selanjutnya, beberapa kajian menunjukn bahwa tingkat ABA menurun di sel biji, ketika dormansi berakhir oleh suatu cahaya atau suhu rendah, kajian lain terhadap spesies lain tidak menunjukan penurunan seperti itu.






4.      Peranan ABA ,  menginduksi penutupan stomata
Pentingnya peranan ABA sebagai hormone yang menekan pertumbuhan dikemukakan untuk pertama kali oleh STC Wright dan RWP Hiron di Wye Colleg, London University, pada tahun 1969. Mereka menemukan bahwa kandungan ABA dalam daun gandum meningkat 40 kali lipat dalam setengah jam pertama masa pelayuan. Banyak peneliti kemudian memperlihatkan bahwa pemberian ABA pada daun akan menyebabkan penutupan stomata pada banyak spesies. Stomata akan tetap tertutup, dalam keadaan terang atau gelap selama beberapa hari, yang barangkali tergantung pada lamanya waktu yang telah dibutuhkan oleh tumbuhan tersebut untuk memetabolismekan ABA (ditelaah oleh Raschke, 1987).
Kandungan ABA dalam daun monokotil dan dikotil meningkat beberapa kali lipat jika daun mengalami keadaan rawan air, baik daun tersebut dipisahkan dari akarnya maupun dibiarkan utuh. Baru-baru ini telah dimungkinkan untuk mengukur konsentrasi ABA dalam sel penjaga saja, dengan menggunakan sel yang dipisahkan dan prosedur uji-imun yang berkaitan dengan enzim (Harris dan Outlaw, 1990). Keadaan rawan air meningkatkan kandungan ABA paling sedikit 20 kali lipat, sampai 8 femtogram per sel (1 fg = 10-15 g). diketahui pula bahwa akar yang mengalami rawan air juga membentuk ABA lebih banyak dan bahwa ABA ini diangkat melalui xylem menuju daun, untuk menutup stomata.
kini terbukti bahwa ABA yang dipasok oleh akar sebagian berasal dari ujung akar dangkal yang mengalami rawan air dan bahwa ABA berlaku sebagai isyarat bagi daun apabila air tanah mulai habis (Davies dan Mansfield, 1988; Zhang dan Davies, 1989). Stomata menutup sebagai responsnya terhadap ABA yang berasal dari daun atau akar, sehingga terlindung dari kekeringan. Tentu saja, karena fotosintesis hampir berhenti, pertumbuhan tajuk terhambat (untuk mengurangi hilangnya air lebih lanjut), tapi pertumbuhan akar yang lebih dalam dapat berlanjut sampai merekapun menjadi kering. ABA menyebabkan stomata menutup dengan cara menghambat pompa proton yang kerjanya bergantung pada ATP di membrane plasma sel penjaga, sehingga menyebabkan terjadinya aliran masuk cepat dan penimbunan K+, kemudian terjadi penyerapan air secara osmotic serta pembukaan stomata. Tapi, ABA yang bekerja diruang-bebas pada permukaan luar membrane plasma sel penjaga membatasi masuknya K+, sehingga K+ dan air merembas keluar, turgor berkurang dan stomata menutup.
                  Gambar :  pengaruh ABA pada penutupan stomata

Bagaimana sesungguhnya keadaan rawan air bisa menyebabkan ABA dihasilkan di daun, sudah diteliti dengan cukup cermat. Tampaknya, hilangnya turgor, bukan potensial osmotic yang semakin negative, merupakan isyarat utamanya (ditelaah oleh Zeevaart dan Greelman, 1988). Kehilangan turgor ini barangkali menyebabkan munculnya isyarat tak dikenal dari membrane plasma untuk mengaktifkan beberapa gen inti tertentu yang kemudian mendorong sintesis ABA. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa membrane plasmalah yang member respons terhadap penurunan turgor dan bahwa hal itu terjadi dengan cara mengangkat Ca2+ ke dalam sel dengan laju yang lebih cepat (Lynch dkk, 1989). Ulasan Owen (1988) dan dari Skriver dan Mundy (1990) secara logis mengemukakan bahwa Ca2+ dan tosfoinositol kemudian bekerja dalam rantai tranduksi-isyaratuntuk mengaktifkan gen yang diperlukan untuk mensintesis ABA. Selanjutnya, Ca2+ dan tosfoinositol tampaknya juga terlihat dalam peranan ABA saat senyawa itu menyebabkan penutupan stomata dengan cepat, namun disini pengaktifkan gen tidak terjadi.
Penelitian dengan menggunakan beberapa mutan yang tak mampu membentuk ABA dalam jumlah cukup (mutan sintesis ABA) menunjukan bahwa beberapa gen dan enzim  diperlukan untuk mensintesis ABA (ditelaah oleh Zeevaart dan Creelman, 1988 dan Skriver  serta Mundy, 1990; baca juga Walker-Simmons dkk, 1989). Hambatan untuk mensintesis pada mutan  jelas terletak pada ketidakmampuan  mengubah ABA aldehid mrnjadi ABA (Duckmah dkk, 1989). Tiga mutan jagung kahat ABA memiliki hambatan dalam biosintesis karotenoid; mutan tersebut albino, yang tak mempunyai sintesis perlindungan terhadap fotooksidasi klorofil. Mutan willy (wil) pada kapri dan mutan Ambidopsis (aba) masing-masing mempunyai tingkat ABA yang rendah, namun tahapan dalam sintesis ABA yang terpengaruh belum dapat dikenali. Ketiga mutan pada tomat dan mutan droopy pada kentang akan layu bila mengalami rawan air yang ringan sekalipun, sebab ABA yang sedikit itu menyebabkan penutupan stomata, siang maupun malam; bila daun mutan ini disemprot dengan ABA, pelayuan dapat dikurangi.

5.      Peranan ABA, pelindung terhadap keadaan rawan garam dan rawan dingin
Kini terdapat banyak sekli bukti yang menunjukkan bahwa tingkat ABA naik bukan saja ketika tumbuhan mengalami tekanan akibat pasokan air yang tak mencukupi, tapi juga akibat tanah yang beragam, suhu dingin, suhu beku, dan pada beberapa spesies, akibat suhu tinggi. Pada  sebagian besar (mungkin semua) contoh ini, keadaan yang sering terjadi adalah kekahatan air dalam protoplas. Telah disebutkan diatas bahwa rawan air menyebabkan hilangnya turgor dan ini mengaktifkan gen yang mengatur sintesis ABA. Barangkali keadaan rawan lainnya juga mendorong sintesis ABA melalui efeknya pada transkripsi. Pada banyak kasus, pemberian ABA dapat juga mengurangi reaksi tumbuhan terhadap factor rawan. Contohnya, ABA “memperkuat” tumbuhan dalam menghadapi kerusakan akibat suhu beku (ditelaah oleh Guy, 1990 dan oleh tanino dkk, 1990) dan akibat kelebihan garam (ditelaah oleh Skriver dan Mundy 1990).
Dalam salah satu kajian yang paling cermat terhadap rawan garam Ray A Berssan, Paul M Hasegawa, dan beberapa kawan mereka di Purdue University menguji peranan garam  (NaCl) dan ABA pada biakan sel tembakau dan tumbuhan utuhnya (baca misalnya, Singh dkk, 1987; Hasegawa dkk 1987; Iraki dkk, 1989; Scnapp dkk, 1990). Rawan garam menyebabkan terbentuknya beberapa protein baru, khususnya protein berbobot molekul rendah bernama osmotin, yang tertimbun banyak sekali dan diduga membantu melindungi diri dari keadaan rawan. Osmotin juga terbentuk pada spesies lain, ketika mengalami rawan garam. Pada tembakau, rawan garam dan ABA mendorong pembentukan osmotin melalui efeknya pada transkripsi. Garam dibutuhkan untuk mempertahankan sintesis osmotin, tapi dengan adanya ABA eksogen dan tak ada garam, tingkat osmotin tinggi itu hanya berlangsung sebentar.

6.      Peranan efek ABA pada perkembangan embrio dalam biji
Perkembangan embrio sesudah penyerbukan telah banyak sekali diteliti dengan cara mengambil embrio yang belum matang dan menumbuhkannya dalam biakan jaringan. Efek hormone dan genetic pada perkembangan embrio ditelaah oleh Quatrano (1987), Skriver dan Mandy (1990), serta Bewley dan Marens (1990). Perkembangan embrio dapat dibagi menjadi tiga tahap utama: mitosis dan diferensial sel; pembesaran sel dan penimbunan cadangan makanan (protein, lemak, pati dan sebagainya); dan pematangan, yaitu mana biji mongering dan memasuki keadaan istirahat atau dorman. Jika embrio berbagai spesies diambil dari tumbuhan induknya pada umur setengah matang, dan dibiakkan invitro, embrio tersebut mampu berkecambah  serta berkembang menjadi kecambah. Lalu, timbul pertanyaan yang menarik, apa yang menyebabkan embrio tak mampu berkecambah dalam buahnya yang lembab pada tumbuhan induk (seperti vivipar) sebelum embrio itu mulai mongering dan matang. Ada pendekatan yang telah digunakan untuk menguji keterlibatan ABA:
1.         Mengukur efek ABA eksogen terhadap perkecambahan dan pertumbuhan biakan embrio.
2.         Menentukan tingkat ABA endogen pada beberapa selang waktu selama masa perkembangan
3.         Mengkaji tingkat ABA dalam biji vivipari jagung dan pada muatan sintesis ABA jagung, Arabidopsis yang mempunyai tingkat ABA sangat rendah diseluruh bagian tumbuhan.
            Selain peranan yang diatas tadi terdapat peranan dari asam absisat yang lain,  yaitu :
1.          Mempengaruhi pembungaan tanaman
2.           Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian
3.          Memacu pengguguran daun pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan air
4.           Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan gas etilen
5.           Menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
6.          Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh





















BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
            Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
            Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satu hormon tumbuhan yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dengasn cara tertentu.
            Cara kerja dari asam absisat ini seperti merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air dan ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder. Fungsi asam absisat, yaitu: Menghambat perkecambahan biji, Mempengaruhi pembungaan tanaman, Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian, Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi, untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan, untuk menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi, menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
            Asam absisat memiliki hubungan dengan hormone tumbuhan lainnya, contohnya hormone giberelin. Dimana hormon-hormon ini saling menguntungkan di kondisi lingkungan yang berbeda namun sama-sama dalam tahap mempetahankan tumbuh tumbuhan tersebut.
            Pengguguran daun yang dilakukan oleh hormon asam absisat ketika terjadi kekeringan. Telah kita ketahui fungsi dan cara kerja dari asam absisat tersebut beserta kegunaannya. Begitu pula yang terjadi pada pohon jati. Daun pohon jati akan tumbuh kembali ketika musim hujan.

DAFTAR PUSTAKA
Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB
Campbell, et al,2005. Biologi Edisi kelima Jilid 2, Erlangga, Jakarta
 Emanuel, A.P.,1997. Biologi, PT Galaxy Puspa Mega, Jakarta


No comments:

Post a Comment