BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reproduksi tumbuhan dibagi atas reproduksi vegetatif dan reproduksi
generatif. Reproduksi vegetatif terjadi secara alami dan buatan. Reproduksi
generatif terbagi menjadi dua yaitu pada Gymnospermae dan Angiospermae. Reproduksi vegetatif pada tumbuhan di atas terjadi secara alami. Tumbuhan
juga dapat dikembangbiakkan secara buatan dengan cara: mencangkok, stek,
okulasi, merunduk, kultur jaringan dan lain-lain.
Reproduksi seksual pada tumbuhan terjadi pada Gymnospermae (tumbuhan berbiji
terbuka, misalnya pinus, cemara, melinjo, damar, dan pakis haji), dan
Angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup yaitu monokotil dan dikotil). Kegiatan
berkembangbiak pada tumbuhan dapat dilakukan secara tidak kawin atau tanpa
melalui perkawinan antara sel kelamin jantan betina atau kepala putik dengan
benang sari (Pratiwi 2007:
191).
Gametogenesis adalah peristiwa pembentukan gamet (sel kelamin). Pembentukan
spermatozoid disebut dengan Mikrosporogenesis, sedang pembentukan ovum disebut dengan Megasporogenesis. Mikrosporogenesis pada tumbuhan
adalah proses pembentukan serbuk sari yang berlangsung di kepala sari dan Megasporogenesis berlangsung di ruang bakal buah (putik). Penyerbukan
adalah jatuhnya serbuk sari di kepala putik untuk tumbuhan Angiospermae sedang
untuk Gymnospermae langsung pada bakal biji. Reproduksi pada tumbuhan dari sel generatif dapat terjadi dengan
pembuahan (amfimiksis), atau
tanpa melalui pembuahan (apomiksis). Reproduksi (perkembangbiakan) ini merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Dengan reproduksi maka
makhluk hidup dapat mempertahankan kelangsungan jenisnya (spesies) sehingga
tidak punah. Pembuahan pada angiospermae disebut pembuahan ganda sebab terjadi
2 kali pembuahan (Pratiwi 2004: 193).
Sama seperti
halnya mahluk hidup lain, tumbuhan juga bereproduksi untuk mempertahankan
kelangsungan spesiesnya. Tumbuhan berbunga melakukan reproduksi dengan cara
membentuk biji. Biji terbentuk dengan jalan reproduksi seksual yaitu bergabungnya
sel kelamin jantan dari serbuk sari dengan sel kelamin betina dari bakal buah. Baik benang sari maupun
putik dilindungi oleh kelopak bunga dan daun mahkota. Keduanya membentuk
mahkota bunga. Polinasi atau penyerbukan terjadi ketika butir sel jantan dari
benang sari masuk
ke kepala putik bunga lalu turun ke tangkai putik untuk bergabung dengan bakal
biji. Ada juga tumbuhan yang bisa dikembangkan tanpa pembuahan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa saja organ reproduktif tumbuhan?
2.
Apa saja jenis reproduksi pada tumbuhan ?
3.
Apa yang dimaksud dengan gametogenesis ?
4.
Bagaimanakah tahapan proses gametogenesis
pada tumbuhan?
5.
Apa yang dimaksud dengan fertilisasi ?
6.
Bagaimanakah proses fertilisasi pada tumbuhan?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui organ reproduktif tumbuhan.
2.
Untuk mengetahui jenis reproduksi tumbuhan
3.
Untuk mengetahui proses gametogenesis dan
fertilisasi pada tumbuhan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Organ Reproduksi Tumbuhan
Bunga
merupakan organ reproduksi pada tumbuhan, organ ini bukanlah organ pokok dan
rnerupakan modifikasi (perubahan bentuk) dari organ utama yaitu batang dan daun
yang bentuk, susunan, dan warnanya telah disesuaikan dengan fungsinya sebagai
alat perkembangbiakan pada tumbuhan. Jika kita memperhatikan bagian dasar bunga
dan tangkai bunga, bagian ini merupakan modifikasi dari batang, sedangkan
kelopak dan mahkota bunga merupakan modifikasi dari daun yang bentuk dan
warnanya berubah. Sebagian masih tetap bersifat seperti daun, sedangkan
sebagian lagi akan mengalami metamorfosis membentuk bagian yang berperan dalam
proses reproduksi.
Kelopak
bunga merupakan bagian bunga yang masih mempertahankan sifat daun. Kelopak
bunga berfungsi untuk melindungi kuncup bunga sebelum bunga mekar. Mahkota
bunga biasanya memiliki warna dan bentuk yang menarik jika dibandingkan dengan
kelopak bunga. Mahkota bunga ini berperan dalam menarik serangga dan agen
penyerbukan yang lain. Benang sari merupakan bagian yang berperan sebagai alat
reproduksi jantan pada bunga, benang sari terdiri atas kepala sari yang
merupakan tempat berkembangnya serbuk sari (gametofit jantan) dan suatu tangkai
yang disebut filamen (tangkai sari).
Putik
merupakan alat reproduksi betina pada bunga. Pada putik terdapat kepala putik
yang biasanya memiliki permukaan yang lengket sebagai tempat menempelnya serbuk
sari. Selain itu, putik memiliki saluran yang disebut tangkai putik. Saluran
ini menuju ke ovarium pada dasar bunga yang mengandung bakal
buah tempat sel telur (gametofit betina).
buah tempat sel telur (gametofit betina).
Gambar: Struktur organ repreoduksi
bunga
2.2
Reproduksi pada Tumbuhan
Reproduksi adalah
suatu proses biologis di mana individu organisme baru diproduksi . Reproduksi adalah cara dasar
mempertahankan diri yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan, setiap individu
organisme ada sebagai hasil dari suatu proses reproduksi oleh pendahulunya.
Cara reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis: seksual dan aseksual.
Reproduksi pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi reproduksi
aseksual (vegetatif) dan reproduksi seksual (generatif).
1. Reproduksi Aseksual/Vegetatif
Reproduksi aseksual/vegetatif
merupakan cara reproduksi (perbanyakan diri) tanpa melewati proses peleburan
dua gamet. Artinya, satu induk tumbuhan dapat memperbanyak diri menghasilkan
keturunan yang memiliki sifat identik dengan induk. Reproduksi vegetatif dapat
terjadi secara alami dan buatan (artifisial).
Cara reproduksi yang
dilakukan oleh organ vegetatif tumbuhan tanpa bantuan manusia.Organ
vegetatif yang berperan antara lain :
a) Rhizoma
(rimpang/akar tinggal)
Rhizoma yaitu batang yang
menjalar secara horisontal dalam tanah, dari batang yang mendatar
tersebut akan muncul akar dan batang baru yang akan menjadi individu baru.
Misal : bunga tasbih, kunyit, jahe, alang-alang.
b) Stolon
(geragih)
Stolon
yaitu batang yang menjalar di atas tanah dari batang utama. Dari batang
tersebut akan muncul akar dan tunas baru sehingga tumbuh menjadi individu baru.
Misal : arbei (stroberi), daun kaki kuda (Centela
asiatica)
c) Umbi
Lapis (Bulbus)
Umbi lapis yaitu batang berukuran
pendek yang dikelilingi daun berlapis-lapis yang tumbuh di bawah tanah. Bentuk
umbi lapis menggelembung, berair, dan memiliki sisik-sisik daun yang berfungsi
sebagai cadangan makanan. Umbi lapis memilliki tunas samping (anak umbi lapis)
yang tumbuh di antara daun. Tunas samping akan tumbuh menjadi individu baru dan
memisahkan diri dari induknya. Misal: bawang merah (Allium cepa).
d)
Umbi Batang
Umbi batang yaitu batang yang membengkak
atau menggelembung di dalam tanah. Umbi batang berisi cadangan makanan. Pada
umbi batang terdapat mata tunas-mata tunas yang kelak tumbuh menjadi tumbuhan
baru. Misal : ubi jalar, kentang
e)
Tunas
Biasanya tunas muncul pada tumbuhan yang
telah dewasa (tua). Tunas ini dapat muncul dari akar, batang, atau daun.
Pembentukan tunas batang misalnya terjadi pada tumbuhan bamboo, tebu, dan
pisang. Tunas akar misalnya pada tumbuhan cemara, sukun, kesemek. Tunas daun
pada tumbuhan cocor bebek. Tunas-tunas yang muncul selain pada batang dinamakan
tunas adventif (liar).
f)
Kormus
Kormus yaitu pangkal batang yang membesar
dan memiliki beberapa kuncup. Misal : bunga tasbih, gladiol
Vegetatif
buatan dengan Cara (a) merunduk, (b) meyambung, dan menempel (okulasi)
a)
Merunduk
Pada teknik merunduk, akar akan
tumbuh dari tumbuhan dari batang yang masih terhubung dengan tumbuhan
induk. Pada teknik ini, cabang dibengkokkan hingga menyentuh tanah. Cabang yang
menyentuh tanah tersebut ditutupi oleh tanah. Dari cabang yang ditutupi tanah
tersebut akan tumbuh akar. Individu baru dapat diperoleh dengan cara memotong
cabang tersebut.
b)
setek
Setek merupakan teknik reproduksi
vegetatif buatan yang paling mudah dilakukan. Pada teknik ini, daun dan batang
dipotong dan diletakkan di air atau di tanam di dalam tanah. Dari potongan
batang atau daun tersebut akan tumbuh akar sehingga tumbuh menjadi individu
baru.
c)
Menempel
Pada teknik menempel (okulasi), tunas dari
satu tumbuhan ditempelkan ke tumbuhan lainnya. Kulit kayu tumbuhan yang akan
ditempeli tunas diiris membentuk huruf T. Tunas akan tumbuh menjadi
batang. Bagian tumbuhan di atas tunas baru tersebut harus dipotong agar bagian
tunas tersebut menjadi ujung meristem dari tumbuhan tersebut.
d)
Mencakok
Cangkok adalah cara
perkembangbiakan dengan membuang sebagian kulit dan kambium secara melingkar
pada cabang batang, lalu ditutup dengan tanah yang kemudian dibungkus dengan
pembalut (sabut atau pelastik). Setelah akar tumbuh, batang dipotong kemudian
ditanam. Cangkok hanya dapat dilakukan pada tumbuhan yang tergolong dikotil,
terutama buah-buahan.
2. Reproduksi Seksual/Generatif
Reproduksi seksual/generatif
merupakan cara reproduksi yang melibatkan proses peleburan gamet jantan dan
gamet betina. Proses peleburan dua gamet induk ini biasa disebut pembuahan.
Reproduksi generatif terjadi pada tumbuhan berbiji , baik gimnospermae (berbiji
terbuka) maupun angiospermae (berbiji tertutup)
2.3
Gametogenesis
A.
Pentingnya Proses Gametogenesis
Setiap makhluk hidup pasti mempunyai kemampuan untuk melakukan proses
reproduksi, dapat secara seksual ataupun aseksual. Bagi hewan dan manusia,
proses reproduksi seksual meliputi bertemunya sel sperma dan sel telur.
Ketika keduanya telah bertemu, akan
terjadi proses pembuahan. Setiap pembuahan akan menghasilkan sel hasil
peleburan yang disebut zigot. Zigot inilah yang kemudian tumbuh menjadi
individu.
Adapun pada tumbuhan, proses
reproduksi seksual dilakukan dengan penyerbukan dan pembuahan. Berbeda dengan
hewan dan manusia, organ kelamin jantan pada tumbuhan yaitu serbuk sari dan
organ kelamin betinanya yaitu putik. Masing-masing organ mengandung sel gamet,
baik jantan maupun betina. Proses perkembangan gamet jantan dan betina
khususnya pada tumbuhan disebut dengan gametogenesis tumbuhan.
B.
Gametogenesis
Gametogenesis
tumbuhan merupakan proses dari sel kelamin yang mengandung kromosom berjumlah
diploid (2n) dan haploid (n) yang kemudian mengalami pembelahan sel dan
diferensiasi.
Adapun tujuan
dari proses gametogenesis tumbuhan ialah untuk membentuk gamet haploid (n)
dewasa yang siap untuk melakukan peleburan dengan gamet dari versus jenisnya,
serta membentuk individu tumbuhan baru.
Hasil akhir
dari meiosis tidak langsung berupa gamet, melainkan memerlukan sedikit waktu
untuk berkembang menjadi gamet proses ini disebut maturasi.
C. Gametogenesis pada
Tumbuhan Tingkat Tinggi
Sebelum menjadi gamet, hasil akhir
meiosis pada gametogenesis mengalami perkembangan terlebih dahulu melalui
proses yang disebut maturasi. Pada tumbuhan berbunga, gametogenesis diperlukan
dalam pembentukan gamet jantan dan pembentukan gamet betina. Pembentukan gamet
jantan disebut mikrosporogenesis, sedangkan pembentukan gamet betina disebut
megasporogenesis. Mari kita pelajari pengertian kedua macam gametogenesis
tersebut.
1.
Mikrosporogenesis
Mikrosporogenesis berlangsung di
dalam benang sari, yaitu pada bagian kepala sari atau anthera. Kepala sari ini
menghasilkan serbuk sari, yang mengandung sel sperma. Pembentukan sel
sperma dimulai dari sebuah sel induk mikrospora diploid yang disebut mikros
porosit di dalam anthera. Mikrosporosit ini mengalami meiosis I menghasilkan
sepasang sel haploid. Selanjutnya, sel ini mengalami meiosis II dan menghasilkan
4 mikrospora yang haploid. Keempat mikrospora ini berkelompok menjadi satu sehingga
disebut sebagai tetrad . Setiap mikrospora mengalami pembelahan mitosis.
Pembelahan ini menghasilkan dua sel, yaitu sel generatif dan sel vegetatif. Sel
vegetatif ini mempunyai ukuran yang lebih besar daripada sel generatif.
Struktur bersel dua ini terbungkus dalam dinding sel yang tebal. Kedua sel dan
dinding sel ini bersama-sama membentuk sebuah butiran serbuk sari yang belum
dewasa.
Setelah terbentuk serbuk sari, inti
generatif membelah secara mitosis tanpa disertai sitokinesis, sehingga
terbentuklah dua inti sel sperma. Sementara itu, inti vegetatifnya tidak
membelah. Pembentukan sel sperma ini dapat terjadi sebelum serbuk sari keluar dari
anthera atau pada saat serbuk sari sampai di kepala putik (stigma). Pada
saat inilah, tangkai serbuk sari mulai tumbuh. Pada umumnya, pembe-lahan
mitosis sel generatif terjadi setelah buluh serbuk sari menembus stigma atau
mencapai kantung embrio di dalam bakal biji (ovulum).
Gambar: mikrosporogenesis.
Gambar:pemebentukan gametofit
jantan.
2.
Megasporogenesis
Megasporogenesis merupakan proses
pembentukan gamet betina. Proses ini terjadi di dalam bagian betina
bunga, yaitu bakal biji (ovulum) yang dibungkus oleh bakal buah (ovarium)
pada pangkal putik. Di dalam bakal biji terdapat sporangium yang mengandung
megasporofit yang bersifat diploid. Selanjutnya, megasporofit mengalami meiosis
menghasilkan 4 megaspora haploid yang letaknya berderet. Tiga buah megaspora
mengalami degenerasi dan mati, tinggal sebuah megaspora yang masih hidup. Megaspora
yang hidup ini mengalami pembelahan kromosom secara mitosis 3 kali
berturut-turut, tanpa diikuti pembelahan sitoplasma. Hasilnya berupa sebuah sel
besar yang disebut kandung lembaga muda yang mengandung delapan inti haploid.
Kandung lembaga ini dikelilingi kulit (integumen). Di ujungnya terdapat sebuah
lubang (mikropil) sebagai tempat masuknya saluran serbuk sari ke dalam kandung
lembaga.
Selanjutnya, tiga dari delapan inti
tadi menempatkan diri di dekat mikropil. Dua di antara tiga inti yang merupakan
sel sinergid mengalami degenerasi. Sementara itu, inti yang ketiga berkembang
menjadi sel telur. Tiga buah inti lainnya (antipoda) bergerak ke arah yang
berlawanan, tetapi kemudian mengalami degenerasi pula. Ketiga inti ini
dinamakan inti antipoda. Sisanya, dua inti yang disebut inti kutub, bersatu di
tengah kandung lembaga dan terjadilah sebuah inti diploid (2n). Inti ini
disebut inti kandung lembaga sekunder . Ini berarti kandung lembaga telah
masak, yang disebut megagametofit dan siap untuk dibuahi.
2.4 Penyerbukan pada Tumbuhan
Proses
reproduksi seksual memerlukan gamet jantan dan betina. Proses perkawinan
tumbuhan berbiji diawali oleh proses penyerbukan dan dilanjutkan dengan proses
pembuahan.
Penyerbukan
atau polinasi merupakan proses awal sebelum terjadinya pembuahan. Pada
angiospermae, penyerbukan adalah proses melekatnya serbuk sari di kepala putik,
sedangkan pada gymnospermae merupakan peristiwa melekatnya serbuk sari pada bakal
biji
Macam
penyerbukan dapat dibedakan berdasarkan asal serbuk sari dan faktor yang
membantu proses penyerbukan.
Penyerbukan
berdasarkan asal serbuk sari. Serbuk sari dapat berasal dari beberapa sumber.
Berdasarkan asal serbuk sari, penyerbukan pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu sebagai berikut :
1. Otogami
Otogami
merupakan proses penyerbukan oleh serbuk sari yang berasal dari bunga yang sama
(satu bunga). Pada saat otogami, dapat saja terjadi beberapa gangguan yang
menghalangi pertemuan antara serbuk sari dan putik. Berikut ini beberapa istilah
atau bentuk gangguan yang menghalangi penyerbukan. Protandri, yaitu peristiwa
serbuk sari yang matang lebih dulu dari pada putik. Protagini, yaitu peristiwa
putik yang matang lebih dulu daripada serbuk sari. Serbuk sari tidak dapat
sampai di kepala putik.
2. Kleistogami
Kleistogami
merupakan bagian dari otogami yang terjadi pada saat bunga belum mekar.
3. Geistonogami
Geistonogami
merupakan proses penyerbukan oleh serbuk sari yang berasal dari bunga lain,
tetapi masih dalam satu individu. Geistonogami disebut juga penyerbukan
tetangga.
4. Alogami
Alogami
atau xenogami merupakan proses penyerbukan oleh serbuk sari yang berasal dari
individu lain, namun masih dalam satu jenis. Alogami disebut juga penyerbukan
silang.
Gambar: alogami
5. Penyerbukan bastar
Penyerbukan
bastar terjadi jika serbuk sari berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang
berbeda jenisnya, atau sekurang-kurangnya mempunyai satu sifat berbeda. Macam
bastar : Bastar antar kultivar (varietas). Contohnya antara mangga golek dengan
mangga gadung.; Bastar antar jenis (spesies). Contoh antara mangga dengan
kweni.; Bastar antar mangga (genus). Contoh cabai dengan terong.
Penyerbukan
berdasarkan faktor penyebab sampainya serbuk sari di kepala putik, penyerbukan
dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Anemogami
Anemogami
adalah penyerbukan dengan bantuan angin. Anemogami terjadi pada tumbuhan yang
memiliki bunga dengan ciri-ciri: bunga berukuran kecil; tidak mempunyai mahkota
bunga atau mahkota bunganya berukuran kecil, mahkota bunga tidak berrvarna
menarik atau berwarna seperti daun; tidak mempunyai kelenjar madu; tangkai bunga panjang. bunga
terletak jauh di atas daun; serbuk sari kecil, sangat banyak, dan ringan sehingga
mudah diterbangkan angin; kedudukan benang sari bergantungan, serbuk sarinya
berhamburan jika digoyang; kepala putik besar, berbulu, tangkai putik terjulur
ke luar, kepala putik menyembul keluar dari bunga sehingga mudah menangkap
serbuk sari. Anemogami clapat terjadi pada
rumput-rumputan,
padi, dan jagung.
gambar : anemogami
2. Hidrogami
Hidrogami
adalah penyerbukan dengan bantuan air. Hidrogami dapat terjadi pada Hydrilla
sp,eceng gondok, Penyerbukan dengan bantuan air akan terjadi jika tubuh tanarnan
terendam dalam air.
3. Zoidiogami
Zoidiogami
adalah penyerbukan dengan bantuan hewan. Zoidiogami terjadi pada tumbuhan yang
memiliki bunga dengan ciri-ciri: bunga berukuran besar; mahkota bunga berwarna
mencolok dengan aroma khas; memiliki kelenjar madu; serbuk sari bersifat
lengket (mudah melekat). Zoidiogami dapat terjadi pada jambu, mangga, jeruk,
dan pepaya. Zoidiogami dibedakan berdasarkan jenis hewan yang membantu
penyerbukan. Entomogami (penyerbukan dengan bantuan serangga, antara lain lalat,
kumbang, dan lebah); Malakogami (penyerbukan dengan bantuan siput/bekicot), dan
kiropterogani (penyerbukan dengan bantuan kelelawar).
Gambar: zoidiogami
2.5 Fertilisasi
Ada
tumbuhan berbiji dikenal ada dua macam pembuahan, yaitu pembuahan tunggal pada
Gymnospermae, dan pembuahan ganda pada Angiospermae.
1. Pembuahan
tunggal contoh proses pembuahan tunggal pada Pinus (Gymnospermae).
Terjadi
pada tumbuhan Gymnospermae atau tumbuhan berbiji terbuka. Serbuk sari akan
sampai pada tetes penyerbukan, kemudian dengan mengeringnya tetes penyerbukan,
serbuk sari yang telah jatuh di dalamnya akan diserap masuk ke ruang serbuk
sari melalui mikrofil. Serbuk sari ini sesungguhnya terdiri atas dua sel, yaitu
sel generatif atau yang kecil dan sel vegetatif yang besar, hampir menyelubungi
sel generatif. Serbuk sari ini kemudian tumbuh membentuk buluh serbuk sari,
yang kemudian bergerak ke ruang arkegonium. Karena pembentukan buluh serbuk
sari maka sel-sel yang terdapat di antara ruang serbuk sari dan ruang arkegonium
terdesak ke samping akan terlarut. Sementara itu di dalam buluh ini sel
generatif membelah menjadi dua dan menghasilkan sel dinding atau sel
dislokator, dan sel spermatogen atau calon spermatozoid. Sel spermatogen
kemudian membelah menjadi dua sel permatozoid.
Setelah
sampai di ruang arkegonium, sel vegetatif lenyap, dan kedua sel spermatozoid
lepas ke dalam ruang arkegonium yang berisi cairan, sehingga spermatozoid dapat
berenang di dalamnya. Pada ruang arkegonium terdapat sejumlah sel telur yang
besar. Tiap sel telur bersatu dengan satu spermatozoid, sehingga pembuahan pada
Gymnospermae selalu mengasilkan zigot yang kemudian tumbuh dan berkembang
menjadi embrio. Pembuahan tunggal seperti ini misalnya terjadi pada pohon
Pinus.
Gambar: pembuahan tunggal
2.
Pembuahan Ganda
1. Perkembangan serbuk sari
Serbuk sari yang jatuh di kepala
putih terdiri atas satu sel dengan dua dinding pembungkus, yaitu: eksin
(selaput luar) dan intin (selaput dalam). Eksin pecah, kemudian intin tumbuh
memanjang membuat buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari ini akan tumbuh menuju
ke ruang bakal biji. Bersamaan dengan ini inti sel serbuk sari membelah menjadi
2, yang besar didepan adalah inti
vegetatif sebagai penunjuk jalan, dan yang kecil di belakang adalah inti
generatif. Inti generatif membelah lagi menjadi dua inti generatif atau
spermatozoid, yaitu inti generatif 1
dan inti generatif 2.
2. Pembentukan sel telur
Bersamaan dengan perkembangan serbuk sari dalam buluh serbuk
sari, di dalam ruang bakal biji sel
induk megaspora (megasporosit/makrosporosit) membelah secara meiosis
menjadi 4 sel. Tiga di antaranya mati dan yang satu tumbuh menjadi sel megaspora/makrospora (inti kandung
lembaga primer). Inti sel megaspora ini selanjutnya membelah mitosis 3x,
sehingga terbentuklah 8 inti. Ke-8 inti tersebut kemudian masing-masing akan
terbungkus membran sehingga menjadi sel yang terpisah. Karena itu sel-sel di
dalam bakal biji sering disebut multigamet.
Langkah berikutnya, 8 sel tersebut membentuk formasi di
dalam bakal biji. Tiga sel menempatkan diri di bagian atas bakal biji disebut antipoda. Yang di bagian bawah dekat
mikrofil, 3 sel menempatkan diri berdekatan. Yang tengah adalah ovum, sedang mengapitnya sebelah kanan
dan kiri adalah sinergid. Dua
sel yang tersisa bergerak ke tengah bakal biji dan bersatu melebur membentuk inti kandung lembaga sekunder sehingga
menjadi sel yang diploid (2n).
Jika terjadi pembuahan inti generatif 1 membuahi ovum
membentuk zigot, sedang inti generatif 2 membuahi inti kandung lembaga sekunder
menghasilkan endosperm (3n) sebagai cadangan makanan untuk zigot. Inilah yang
dinamakan pembuahan ganda. Sementara itu inti vegetatif akan mati setelah
sampai di bakal biji.
- inti generatif 1 (n) + ovum (n) —–> zigot (2n)
- inti generatif 2 (n) + inti kandung lembaga sekunder (2n) —–> endosperm (3n)
Masuknya
inti generatif ke dalam ruang bakal biji ada beberapa cara, yaitu:
- Porogami : bila dalam pembuahan masuknya spermatozoid melalui mikrofil.
- Aporogami : bila masuknya spermatozoid tidak melalui mikrofil. Bila masuknya spermatozoid melalui kalaza, maka disebut kalazogami.
Embrio
pada tumbuhan berbiji dapat terjadi karena:
a)
Amfiksis (amfmiksis), yaitu terjadinya embrio melalui peleburan antara ovum dan
sel spermatozoid.
b)
Apomiksis,embrio terjadi bukan dari peleburan sel telur dengan sel
spermatozoid. Apomiksis dapat terjadi karena:
- Partenogenesis, yaitu pembentukan embrio dari sel telur tanpa adanya pembuahan.
- Apogami, yaitu embrio yang terjadi dari bagian lain dari kandung lembaga tanpa adanya pembuahan, misalnya dari sinergid atau antipoda.
- Embrioni adventif, yaitu embrio yang terjadi dari selain kandung lembaga. Misalnya, dari sel nuselus.
Terjadinya
amfimiksis dan apomiksis secara bersama-sama menyebabkan terdapatnya lebih dari
satu embrio dalam satu biji. Peristiwa ini disebut poliembrioni.
Poliembrioni sering dijumpai pada jeruk, mangga, nangka, dan sebagainya
.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alat
reproduksi pada tumbuhan adalah benang sari dan putik. Benang sari merupakan
bagian yang berperan sebagai alat reproduksi jantan pada bunga, benang sari
terdiri atas kepala sari yang merupakan tempat berkembangnya serbuk sari
(gametofit jantan) dan suatu tangkai yang disebut filamen (tangkai sari). Putik
merupakan alat reproduksi betina pada bunga. Pada putik terdapat kepala putik
yang biasanya memiliki permukaan yang lengket sebagai tempat menempelnya serbuk
sari. Sedangkan jenis reproduksi tumbuhan ada
dua macam antara lain secara vegetatif dan generatif.
Gametogenesis
tumbuhan merupakan proses dari sel kelamin yang mengandung kromosom berjumlah
diploid (2n) dan haploid (n) yang kemudian mengalami pembelahan sel dan
diferensiasi. Pada tumbuhan berbunga, gametogenesis diperlukan dalam
pembentukan gamet jantan dan pembentukan gamet betina. Pembentukan gamet jantan
disebut mikrosporogenesis, sedangkan pembentukan gamet betina disebut
megasporogenesis
Pada tahap
fertilisasi serbuk sari biasanya jatuh di atas kepala putik dengan perantara
angin, serangga, atau dengan perantara lainya, untuk melakukan pembuahan antar
sel sperma dan sel telur untuk membentuk zigot yang kemudian membentuk embrio,
untuk menhasilkan individu baru.
3.2 Saran
Untuk lebih memahami semua tentang
organ reproduksi tumbuhan, gametogenesis, fertilisasi, disarankan para pembaca
mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini.
Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini bisa memperoleh wawasan dan
pengetahuan yang baru. Selain itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
Campbell,
N.A., J.B. Reece, & L. G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi ke-5. Terj. Dari: Biology. 5th ed. oleh Manulu, W. Jakarta: Erlangga.
Ir. Suryo.
2001. Genetika strata 1. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Mader, S.S.
2004. Biology. Boston: McGraw-Hill.
Mulyani
G.S., Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : Kanisius
Pratiwi,
D.A., dkk. 2006, Biologi. Jakarta:
Erlangga.
Susanto
Agung Hery. 2011. Genetika. Graha Ilmu. Yogyakarta
No comments:
Post a Comment