nasihat today

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan musibah apapun yang menimpamu, maka itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri.” (As Syura 30).

Wednesday, 3 February 2016

makalah enzim



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sel hidup ibarat pabrik kimia yang bergantung pada energi dan harus mengikuti berbagai kaidah kimia. Reaksi kimia yang memungkinkan adanya kehidupan disebut metabolisme. Terdapat ribuan reaksi yang berkesinambungan yang terjadi didalam tiap sel, sel tumbuhan memiliki ragam senyawa yang dihasilkanya. Ribuan senyawa harus dibentuk untuk memproduksi organel dan struktur lain yang terdapat pada organisme hidup. Tumbuhan juga menghasilkan banyak senyawa kompleks yang dinamakan metabolit sekunder yang melindungi tumbuhan dari serangga, bakteri, cendawan, patogen dan lainya. Tumbuhan juga memproduksi vitamin yang diperlukan bagi tumbuhan sendiri dan kebetulan juga bagi manusia, serta hormon yang digunakan sel di berbagai bagian tumbuhan untuk mengendalikan dan mengatur proses perkembangan.
Sel dapat mengatur lintasan metabolik yang mana yang berjalan dan seberapa cepat, dengan cara memproduksi katalis yang tepat yang dinamakan enzim, dalam jumlah yang sesuai pada saat diperlukan. Hampir semua reaksi kimia  kehidupan berlangsung sangat lambat tanpa katalis, dan enzim merupakan katalis yang lebih khas dan lebih kuat dibandingkan dengan ion logam atau senyawa anorganik lainya yang dapat diserap tumbuhan dari tanah. Jadi, enzim umumnya meningkatkan kecepatan reaksi dengan faktor 10 pangkat 8 – sampai 10 pangkat 20. Dibandingkan dengan katalis  buatan manusia, enzim biasanya 10 pangkat 8 – 10 pangkat 9 kali lebih efektif. Enzim juga lebih spesifik dari pada katalis anorganik atau bahkan katalis organik sintetik dalam hal ragam reaksi yang dikatalis, sehingga ribuan reaksi dapat dikendalikan dengan terbentuknya senyawa tertentu yang dibutuhkan untuk kehidupan (tanpa terbentuk limbah beracun). Akhirnya, enzim tanggap terhadap perubahan lingkungan sehingga pengendalian tersebut memungkinkan tumbuhan hidup pada iklim yang beraneka. Kelebihan enzim ini disertai dengan kelemahan juga, yakni enzim merupakan molekul protein yang besar sehingga untuk membentuknya diperlukan energi yang besar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari enzim?
2.      Bagaimana penyebaran enzim didalam sel?
3.      Bagaimana sifat dan struktur enzim?
4.      Bagaimana nomenklatur enzim?
5.      Bagaimana klasifikasi enzim?
6.      Bagaimana mekanisme kerja enzim?
7.      Bagaimana  faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim?
8.      Bagaimana enzim alosterik dan pengendalian balik pada enzim?
9.      Bagaimana denaturasi pada enzim?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian dari enzim.
2.      Mengetahui sifat dan struktur enzim.
3.      Mengetahui penyebaran enzim didalam sel.
4.      Mengetahui nomenklatur enzim.
5.      Mengetahui klasifikasi enzim.
6.      Mengetahui mekanisme kerja enzim.
7.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim.
8.      Mengetahui enzim alosterik dan pengendalian balik pada enzim.
9.      Mengetahui denaturasi pada enzim.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Enzim
Reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis selalu melibatkan katalis. Katalis ini dikenal sebagai katalis biologis (biokatalisator) berupa protein yang sangat spesifik yang disebut enzim (Winarno, 1986), Enzim merupakan biokatalisator yang sangat efektif yang akan meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata, dimana reaksi ini tanpa enzim akan berlangsung lambat (Lehninger, 1995). Sifat-sifat istimewa enzim adalah kapasitas katalitik dan spesifisitasnya yang sangat tinggi. Disamping itu enzim mempunyai peran dalam transformasi berbagai jenis energi (Winarno,1986). Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh reaksi kimia dalam sistem biologis. Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein. Aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein. Enzim dapat mempercepat reaksi biologis, dari reaksi yang sederhana, sampai ke reaksi yang sangat rumit. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi sehingga mempercepat proses reaksi. Percepatan reaksi terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Enzim mengikat molekul substrat membentuk kompleks enzim substrat yang bersifat sementara dan lalu terurai membentuk enzim bebas dan produknya (Lehninger,1995).
Enzim memiliki keunggulan sifat, antara lain mempunyai aktivitas yang tinggi, efektif, spesifik dan ramah lingkungan (Lidya dan Djenar, 2000), sedangkan menurut (Saktiwansyah, 2001), enzim memiliki sifat yang khas, yaitu sangat aktif walaupun konsentrasinya amat rendah, sangat selektif dan bekerja pada kondisi yang ramah (mild), yaitu tanpa temperatur atau tekanan tinggi dan tanpa logam yang umumnya beracun. Hal inilah yang menyebabkan reaksi yang dikatalisis secara enzimatik menjadi lebih efisien dibandingkan dengan reaksi yang dikatalisis oleh katalis kimia (August, 2000). Enzim mempunyai kekhususan aktivitas, yaitu peranannya sebagai katalis hanya terhadap satu reaksi atau beberapa reaksi yang sejenis saja. Jadi dapat melibatkan beberapa jenis substrat (Winarno, 1986). Sifat spesifik (spesifisitas enzim) didefinisikan sebagai kemampuan suatu enzim untuk mendiskriminasikan substratnya berdasarkan perbedaan afinitas substrat-substrat untuk mencapai sisi aktif enzim (August, 2000).
B.     Sifat dan Struktur Enzim
1.      Sifat Enzim
a.      Enzim adalah Protein Sebagai protein enzim memiliki sifat seperti protein, yaitu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti suhu, pH, konsentrasi substrat). Jika lingkungannya tidak sesuai, maka enzim akan rusak atau tidak dapat bekerja dengan baik.
b.       Bekerja secara khusus/spesifik , Setiap enzim memiliki sisi aktif yang sesuai hanya dengan satu jenis substrat, artinya setiap enzim hanya dapat bekerja pada satu substrat yang cocok dengan sisi aktifnya.
c.       Berfungsi sebagai katalis , Meningkatkan kecepatan reaksi kimia tanpa merubah produk yang diharapkan tanpa ikut bereaksi dengan substratnya, dengan demikian energi yang dibutuhkan untuk menguraikan suatu substrat menjadi lebih sedikit.
d.      Diperlukan dalam jumlah sedikit , Reaksi enzimatis dalam metabolisme hanya membutuhkan sedikit sekali enzim untuk setiap kali reaksi.
e.       Bekerja bolak-balik Enzim tidak mempengaruhi arah reaksi, sehingga dapat bekerja dua arah (bolak-balik). Artinya enzim dapat menguraikan substrat menjadi senyawsederhana, dan sebaliknya enzim juga dapat menyusun senyawa-senyawa menjadi senyawa tertentu.





2.      Struktur Enzim
Gambar: struktur enzim
a.      Susunan Kimia Enzim
Protein merupakan bagian utama dari struktur setiap enzim, dan banyak enzim yang hanya mengandung protein saja, tetapi beberapa protein tidak mempunyai fungsi katalitis dan tidak digolongkan sebagai enzim. Sebagai contoh, protein mikrotubul (tubulin) dan protein mikrofilamen (aktin), serta beberapa protein di ribosom nampaknya fungsi struktural dan bukan fungsi katalis. Protein lain, misalnya sitokrom yang mengangkut elektron selama fotosintesis dan respirasi, yang bukan berfungsi sebagai katalis tetapi berfungsi sebagai pembawa elektron, selanjutnya beberapa protein dalam biji juga tidak memeiliki fungsi seperti enzim, melainkan berperan sebagai cadangan asam amino untuk bibit setelah berkecambah.
Protein terdiri atas satu atau lebih rantai polipeptida yang masing-masing tersusun atas asam amino, komposisi dan ukuran  tiap protein bergantung pada jenis dan jumlah sub unit asam aminonya. Umunya terdapat 18 sampai 20 jenis asam amino yang berbeda dan sebagian protein mempunyai secara lengkap 20 asam amino. Jumlah total sub unit asam amino sangat beragam pada protein yang berbeda sehingga bobot molekul protein juga beragam. Sebagian protein tumbuhan yang telah dicirikan mempunyai bobot molekul lebih dari 40.000 g/mol.
b.      Gugus prostetik, koenzim dan vitamin
Disamping bagian protein, enzim juga mengandung dalam jumlah yang jauh lebih sedikit bagian bukan protein organik yang disebut gugus prostetik. Gugus prostetik sangat penting dalam aktivitas katalisis. Biasanya gugus ini menmpel secara kuat pada protein dengan ikatan kovalen. Contohnya adalah enzim dehidrogenase yang terlibat dalam respirasi dan degradasi asam lemak, disini pigmen kuning adalah flavin yang menempel pada protein. Flavin perlu bagi aktifitas enzim karena kemapuanya untuk menerima dan kemudian mengangkut atom hidrogen selama berlangsungnya reaksi. Beberapa enzim mengandung gugus prostetik tempat menempelnya ion logam(misalnya besi dan tembaga pada sitokrom oksidase). Protein lainya adalah glikoprotein mengandung gugus gula yang menempel pada protein. Penempelan karbohidrat seperti ini membantu kerja enzim atau melindungi enzim dari suhu yang ekstrem, bahan perusak internal (protease) dan juga mungkin terhadap patogen dan herbivora (Paulson, 1989).
Banyak enzim tidak memiliki gugus prostetik dan untuk melakukan aktivitasnya mereka memerlukan keikutsertaan senyawa organik atau ion-ion logam lain atau keduanya. Kedua bahan tersebut disebut koenzim. Walaupun ion logam sebagai ion pengaktif. Koenzim dan logam pengaktif pada umumnya tidak menempel secara kuat pada enzim. Beberapa vitamin yang disintesis oleh tumbuhan membentuk bagian koenzim atau gugus prostetik yang diperlukan oleh enzim pada tumbuhan dan hewan dan ini menjelaskan pentingnya vitamin bagi kehidupan. Contoh dari ion pengaktif adalah magnesium (mg), yang bertindak sebagai logam pengaktif bagi sebagian besar enzim yang menggunakan ATP atau Nukleotida di- atau tri phospat lain sebagai substrat.

C.    Penyebaran Enzim dalam Sel
Enzim tidak tersebar merata di dalam sel. Enzim yang berfungsi dalam fotosintesis berada di dalam kloroplas, banyak enzim yang bereran dalam respirasi aerobik berada hanya di mitokondra, sedangkan enzim respirasi lainya terdapat di sitosol. Sebagian besar enzim yang harus ada untuk mensisntesis DNA dan RNA serta untuk mitosis, berada di inti sel atau nukleus. Enzim yang mengatur langkah dalam lintasaan metabolik kadang disusun sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses produksi jalur rakitan (Srere,1987, Gontero dkk, 1988.) dalam hal ini hasil suatu reaksi dilepaskan didaerah tempat senyawa tersebut akan diubah secepatnya menjadi senyawa lain oleh enzim berikutnya yang terlibat dalam lintasan, demikian seterusnya , sampai lintasan metabolik selesai dan senyawa yang sangat berbeda terbentuk.
Metode pengelompokan diatas hampir dipastikan menigkatkan efisiensi sebagian besar proses dalam sel dengan dua alasan: pertama, membantu memastikan bahwa konsentrasi pereaksi cukup diadaerah enzim tersebut bekerja. Kedua membantu memastikan bahwa suatu senyawa diarahkan untuk menghasilkan produk yang diperlkuan dan tidak dialihkan pada lintasan lain oleh kerja enzim sainganya dilokas lain didalam sel. Tapi, pengelompokan ini sering tidak mutlak, atau tidak harus seperti itu. Misalnya, membran yang mengelilingi kloroplas membiarkan keluarnya fosfat gula tertentu yang dihasilkan oleh fotosintesis yang kemudian diluar plasmid bereaksi dengan beberapa enzim yang terlibat dalam sintesis didinding sel dan respirasi, dua hal penting bagi perkembangan dan pemeliharaan tumbuhan.

D.    Nomenklatur Enzim
Lebih dari 4500 macam enzim telah ditemukan dalam organisme hidup dan masih terus akan bertambah dengan berlanjutnya penelitian. Enzim biasanya mendapat akhiran –ase dan menunjukkan substratyang ditimdaknya dan tipe reaksi yang dikatalisnya. Misal, sitokrom oksidase (enzim respiratoris), mengoksidasi (mengambil satu elektron) darisatu molekul sitokrom. Asam malat dehidrogenase, mengambil dua atom H (mendehidrogenase) dariasam malat. Nama umum ini walaupun pendek namun tidak memberikan cukup keterangan mengenai reaksi yang dikatalisis, juga tidak menerangkan aseptor dari elektron atau atom hidrogen yang diambil itu. Union of Biochemistry memberi nama lebih panjang tetapi lebih deskriptif. Misal, asam malat dehidrogenase dinamakan L-malat: NAD oksidore duktase, menunjukan bahwa enzim itu khas untuk ionisasi bentuk L dari asam malat dan molekul NAD adalah akseptor atom hidrogen.

E.     Klasifikasi Enzim
Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, daya katalisisnya, dan cara terbentuknya.
1.      Penggolongan enzim berdasarkan tempat bekerjanya
a.       Endoenzim
Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di dalam sel. Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di dalamsel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan sel,misal dalam proses respirasi.
b.      Eksoenzim
Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerjanya di luar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.
2.      Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis
a.       Oksidoreduktase
Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan pemindahan elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim elektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada beberapa macam enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase, oksigenase, hidroksilase dan dehidrogenase.
b.      Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul ke molekul yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:
1)      Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.
2)      Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.
3)      Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.
c.       Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim adalah:
1)      Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester karboksil.
2)       Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).
3)       Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan polipeptida.
d.      Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah:
1)      L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan air dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
2)      Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan gugus karboksil.
e.       Isomerase
 Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi, yaitu:
1)      Rasemase, merubah l-alanin → D-alanin
2)       Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat → D-xylulosa-5-fosfat
3)      Cis-trans isomerase, merubah transmetinal → cisrentolal
4)      Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-fosfat                  dihidroksi aseton fosfat
5)      Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA →              suksinil-CoA
f.       Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan dibebaskannya molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh adalah enzim asetat=CoASH ligase yang mengkatalisis rekasi sebagai berikut:
Asetat + CoA-SH + ATP → Asetil CoA + AMP + P-P
g.      Epimerase
Epimerase mengkatalisis perubahan satu gula atau satu derifat gula menjadi epimernya. Contoh satu epimerasi adalah perubahan dapat balik xilulosa-5-fosfat menjadi ribulosa-5-fosfat

3.      Penggolongan enzim berdasar cara terbentuknya
a.       Enzim konstitutif
Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan sel normal, sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap pada sel hidup. Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya, misalnya enzim amilase. Sedangkan enzim-enzim yang berperan dalam proses respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya.
b.      Enzim adaptif
Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim tertentu. Induksi menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang sampai beberapa ribu kali. Enzim adaptif adalah enzim yang pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat. Sebagai contoh adalah enzim beta galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa. Mulamula E. coli tidak dapat menggunakan laktosa sehingga awalnya tidak nampak adanya pertumbuhan (fase lag/fase adaptasi panjang) setelah beberapa waktu baru menampakkan pertumbuhan. Selama fase lag tersebut E. coli membentuk enzim beta galaktosidase yang digunakan untuk merombak laktosa.
Enzim diklasifikasikan berdasarkan tipe reaksi dan mekanisme reaksi yang dikatalisis. Pada awalnya hanya ada beberapa enzim yang dikenal, dan kebanyakan mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi dengan menambahkan akhiran –ase pada nama substansi atau substrat yang dihidrolisis. Contoh: lipase menghidrolisis lipid, amilase menghidrolisis amilum, protease menghidrolisis protein. Pemakaian penamaan tersebut terbukti tidak memadai karena banyak enzim mengkatalisis substrat yang sama tetapi dengan reaksi yang berbeda. Contohnya ada enzim yang megkatalisis reaksi reduksi terhadap fungsi alkohol gula dan ada pula yang mengkatalisis reaksi oksidasi pada substrat yang sama.

F.     Mekanisme Kerja Enzim
Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi) dari EA1 menjadi EA Penurunan energi aktivasi dilakukan dengan membentuk kompleks dengan substrat. Setelah produk dihasilkan, kemudian enzim dilepaskan. Enzim bebas untuk membentuk kompleks baru dengan substrat yang lain.
Enzim memiliki sisi aktif, yaitu bagian enzim yang berfungsi sebagai katalis. Pada sisi ini, terdapat gugus prostetik yang diduga berfungsi sebagai zat elektrofilik sehingga dapat mengkatalis reaksi yang diinginkan. Bentuk sisi aktif sangat spesifik sehingga diperlukan enzim yang spesifik pula. Hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi enzim. Agar dapat bereaksi, enzim dan substrat harus saling komplementer.
Gambar: mekanisme kerja enzim
Mekanisme reaksi enzimatis dapat digambarkan dengan beberapa metode atau model:
1.       Model Fischer (model kaku)/ (Lock and key theory)
Teori ini menyatakan bahwa enzim akan mengikat substrat jika ukuran dan bentuknya sama dengan active site enzyme. Enzim bersifat kaku. Enzim dan substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.
Gambar. Mekanis kerja enzim (lock and key)
2.       Model Koschland/ ketepatan induksi (Induced fit theory)
Menurut teori kecocokan yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk yang fleksibel. Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif termodifikasi melingkupi substrat membentuk kompleks. Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, enzim tidak aktif menjadi bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
Gambar. Mekanisme kerja enzim (inducet fit theory)
  Cara Kerja Enzim :
1.      Menurunkan energy aktivasi dengan mengubah bentuk substrat menjadi keadaan transisi sebelum membentuk produk
2.      Menurunkan energy keadaan transisi
3.      Menyediakan lintasan reaksi alternative
4.      Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan desabilisasi keadaan dasar..
G.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
1.      Suhu
Enzim terdiri atas molekul-molekul protein. Oleh karena itu, enzim masih tetap mempuyai sifat protein yang kerjanyas dipengaruhi oleh suhu. Enzim dapat bekerja optimum pada kisaran suhu tertentu, yaitu sekitar suhu 40°C. Pada suhu 0°C, enzim tidak aktif. Jika suhunya dinaikkan, enzim akan mulai aktif. Jika suhunya dinaikkan lebih tinggi lagi sampai batas sekitar 40 – 50°C, enzim akan bekerja lebih aktif lagi. Namun, pemanasan lebih lanjut membuat enzim akan terurai atau terdenaturasi seperti halnya protein lainnya. Pada keadaan ini enzim tidak dapat bekerja.
  Enzim tidak aktif pada suhu kurang daripada 0oC.
  Kadar tindak balas enzim meningkat dua kali ganda bagi setiap kenaikan suhu 10oC.
   Kadar tindak balas enzim paling optimum pada suhu 37oC. Enzim terdenaturasi pada suhu tinggi yaitu lebih dari 50oC.
Gambar: grafik pengaruh suhu terhadap aktifitas enzim

2.      Derajat Keasaman (pH)
Enzim bekerja pada pH tertentu, umumnya pada netral, kecuali beberapa jenis enjim yang bekerja pada suasana asam atau suasana basa. Jika enzim yang bekerja optimum pada suasana netral ditempatkan pada suasana basa ataupun asam, enzim tersebut tidak akan bekerja atau bahkan rusak. Begitu juga sebaliknya, jika suatu enzim bekerja optimal pada suasana basa atau asam tetapi ditempatkan pada keadaan asam atau basa, enzim tersebut akan rusak. Sebagai contohnya, enzim pepsin yang terdpat di dalam lambung, efektif bekerja pada pH rendah.
   Setiap enzim bertindak paling cekap pada nilai pH tertentu yang disebut sebagai pH optimum.
   pH optimum bagi kebanyakan enzim ialah pH 7.
   Terdapat beberapa pengecualian, misalnya enzim pepsin di dalam perut bertindak balas paling cekap pada pH 2, sementara enzim tripsin di dalam usus kecil bertindak paling cekap pada pH 8.
Gambar: grafik pengaruh pH terhadap aktivasi enzim
3.      Inhibitor
Hal lain yang mempengaruhi kerja enzim adalah feed back inhibitor. Feed back inhibitor adalah keadaan pada saat substansi hasil (produk) kerja enzim yang terakumulasi dalam jumlah yang berlebihan akan menghambat kerja enzim yang bersangkutan.
a.       Inhibitor Kompetitif
Inhibitor kompetitif, substrat dan inhibitor bersaing untuk merebutkan active site enzim. Jika substrat yang menempati active site maka produk terbentuk, sebaliknya jika inhibitor yang menempati enzim maka produk tidak terbentuk. Misalnya enzim suksinat dehidrogenase yang berfungsi mengkatalisis reaksi oksidasi asam uksinat menjadi fumarat, jika dalam proses ini dutambahkan asam malonat, maka enzim suksinat dehidrogenase akan menurun aktivitasnya. Tetapi jika diberikan lagi asam suksinat sebagai substrat reaksi akan normal kembali. Sehingga aktivitas inhibitor ini sangat bergantung pada konsentrasi inhibitor, konsentrasi substrat, dan  aktivitas relatif inhibitor dan substrat.
Gambar. Inhibitor kompetitif
b.       Inhibitor Non-kompetitif
Inhibitor non-kompetitif, inhibitor menempel pada enzim tetapi bukan pada active site, sehingga substrat masih dapat berikatan dengan enzim, namun adanya inhibitor non – kompetitif membuat enzim dan substrat tidak dapat tersebut terlepas, maka enzim dan substat dapat dipecah dan produk dapat dihasilkan. Sehingga daya kerja inhibitor sangat tergantung dari  konsentrasi inhibitor dan aktivitas inhibitor terhadap enzim.
Gambar. Inhibitor non-kompetitif
4.      Konsentrasi Substrat
Mekanisme kerja enzim juga ditentukan oleh jumlah atau konsentrasi substrat yang tersedia. Jika jumlah substratnya sedikit, kecepatan kerja enzim juga rendah. Sebaliknya, jika jumlah substrat yang tersedia banyak, kerja enzim juga cepat. Pada keadaan substrat berlebih, kerja enzim tidak sampai menurun tetapi konstan.
   Pada kepekatan substrat rendah, bilangan molekul enzim melebihi bilangan molekul substrat. Oleh itu,cuma sebilangan kecil molekul enzim bertindak balas dengan molekul substrat.
  Apabila kepekatan substrat bertambah, lebih molekul enzim dapat bertindak balas dengan molekul substrat sehingga ke satu kadar maksimum.
  Penambahan kepekatan substrat selanjutnya tidak akan menambahkan kadar tindak balas kerana kepekatan enzim menjadi faktor pengehad.
Gambar. Konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim

H.    Enzim Alosterik dan Pengendalian Balik
Telah diketahui bahwa berbagai ion atau molekul asing dapat menghambat kerja enzim, sebagian besar dengan mengubah konfigurasi enzim sehingga tidak dapat membentuk kompleks dengan substrat secara efektif. Tetapi, beberapa enzim dapat diubah oleh kandungan sel normal, dengan akibat penurunan atau peningkatan fungsinya. Pengaruh ini merupakan mekanisme penting bagi pengendalian homeostatik pada tingkat metabolik yakni membantu organisme  menghasilkan senyawa hanya sejumlah yang dibutuhkan.keadaan yang paling umum adalah penghambatan suatu reaksi oleh metabolit yang secara kimia tidak ada hubungan dengan substrat.
Satu contoh penghambatan balik pada tumbuhan adalah pembentukan nukleotida uridin monofosfat (UMP) yang dimulai dengan asam aspartat dan korbamil fosfat. Untuk memahami hal ini, perhatikan contoh berikut: senyawa A diubah oleh serangkaian reaksi enzimatik melalui senyawa-antara B, C, D, dan E, menjadi produk penting F. Setelah serangkaian reaksi tersebut, senyawa F tidak lagi sama strukturnya dengan A.meskipun demikian, F dapat kadang-kadang bergabung balik dengan enzim pertama untuk menghambat penggabungan enzim tersebut dengan A.keuntungan reaksi ini adalah proses ini berlangsung sebagai mekanisme yang cepat dan peka untuk menghambat sintesis senyawa F yang berlebihan, sebab penghambat balik terjadi hanya setelah F dihasilkan dalam jumlah yang cukup bagi kebutuhan sel. Kemudian bila jumlah F di dalam telah berkurang (masuk menjadi komponen struktur sel) molekul F lepas dari enzim nomor 1, dan enzim itu akan menjadi aktif lagi.
Gambar. Pengaktifan enzim

I.       Pengaruh Denaturasi Terhadap Aktivitas Enzim
Jika struktur enzim berubah sehingga substrat tidak dapat lagi berikatan, maka aktivitas katalisis enzim akan hilang. Beberapa faktor yang menyebabkan perubahan seperti itu yang dengan perkataan lain menyebabkan denaturasi. Pada banyak keadaan denaturasi tidak dapat balik. Suhu yang tinggi mudah memututskan ikatan hidrogen dan menyebabkan denaturasi yang tidak dapat balik. Pemanasan ekstrem menyebabkan terbentuknya ikatan-ikatan kovalen baru antara rantai-rantai polipeptida atau anatara bagian ranti yang sama dan ikatan-ikatan ini sangat stabil.
Suhu rendah selalu dipertahankan selama ekstraksi dan pemurnian enzim untuk mencegah denaturasi oleh panas. Ini dilakukan walaupun enzim biasa terdapat tidak terdenaturasi dalam sel-sel pada suhu yang lebih tinggi. Belum diketahui dengan pasti sebab yang menimbulkan denaturasi pada waktu pemurnian enzim pada suhu yang sama dengan suhu yang normal sel, tetapi kemungkinan adalah bahwa prosedur ekstraksi dan pemurnian telah mengambil atau mengencerkan zat-zat yang biasanya melindungi enzim. Selain itu mungkin homogenasi (penghancuran ) sel sering membebaskan dan menyebabkan enzim terdedah ke zaat-zat pendenaturasi dari kompartemen subseluler (misal vakuola) yang in vivo dicegah ileh membran agar tidak berhubungan dengan enzim. Beberapa enzim diketahui inaktif pada suhu rendah selama pemurnian. Ini pun karena terjadi suatu perubahan struktur enzim.
Oksigen dan zat-zat pengoksidasi lain juga mendenaturasi banyak enzim yang sering disebabkan terbentuknya jembatan disulfida jika dalam rantai terdapat gugus SH sistein. Zat-zat pereduksi menyebabkan terputusnya jembatan disulfida dan terbentuk dua gugus SH . logam berat seperti Ag+, Hg2+, Hg+, atau Pb2+ dapat mendenaturasi enzim. Banyak pelarut organik juga mendenaturasi enzim.
Jika enzim dalam keadaan kering, enzim itu kurang peka terhadap denaturasi panas dari pada juka enzim itu terhidrasi. Itulah sebabnya bii yang kering dan jamur atau spora bakteri yang kering tahan terhadap suhu tinggi, dan adanya uao adalam autoklaf yang digunakan untuk sterilisasi mengingatkan ke efektifan perlakuan daripada oven kering pada sugu yang sama. Keadaan kering itu juga mencegah denaturasi enzim oleh suhu rendah dalam biji, tunas dan bagian lain tumbuhan selama musim dingin.
Beberapa faktor dapat menyebabkan alterasi struktur molekul enzim. Alterasi struktur molekul enzim ini disebut denaturasi. Pada dasarnya enzim yang telah mengalami denaturasi, masih dapat kembali ke bentuk normalnya dan dapat kembali berfungsi. Pada kondisi yang lebih ekstrim, enzim dapat dirombak dan tidak dapat balik, misalnya pada kondisi suhu yang lebih tinggi. Ekstraksi dan purifikasi enzim harus dilakukan pada suhu yang relatif rendah untuk menghindari terjadinya denaturasi, walaupun seandainya pada kondisi di dalam sel, enzim tersebut tidak terdenaturasi pada suhu yang relatif tinggi.
Oksigen dan zat-zat pengoksidasi lain juga mendenaturasi banyak enzim, yang sering disebabkan terbentuknya jembatan disulfida jika dalam rantai terdapat gugus-SH dari sistein. Zat-zat pereduksi menyebabkan terputusnya jembatan disulfida dan terbentuk dua gugus-SH. Logam berat seperti Ag+, Hg2+, Hg+ atau Pb2+ dapat mendenaturasi enzim. Pada kadar air yang rendah, enzim lebih tahan terhadap pengaruh suhu tinggi karena denaturasi lebih sulit untuk terjadi. Hal ini yang menyebabkan biji kering dan spora bakteri atau spora jamur lebih tahan terhadap suhu tinggi.




















BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat mengkatalisis seluruh reaksi kimia dalam sistem biologis. Enzim tersusun atas protein namun tidak semua protein itu memiliki sifat katalis, Protein terdiri dari satu atau lebih rantai polipeptida yang masing-masing terdiri dari ratusan asam amino. Komposisi dan ukuran protein bergantung pada jenis dan jumlah subunit asam aminonya. Letak enzim tidak tersebar merata didalam sel melainkan terdapat pada fungsi-fungsi enzim yang bersangkutan. Mekanisme kerja enzim ini dengan cara Enzim mengkatalis reaksi dengan cara meningkatkan laju reaksi. Enzim meningkatkan laju reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi (energi yang diperlukan untuk reaksi) namun dalam mekanismenya enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi laju reaksi enzimetik seperti Ph, Suhu, konsentrasi Substrat, dan inhibitor. Selain itu ada enzim alosterik yang merupakan mekanisme penting untuk pengendalian homeostatik pada tingkat metabolik yaitu membantu organisme menghasilkan senyawa hanya sejumlah yang dibutuhkan.

B.     Saran
Masih banyak ilmuan yang berpendapat mengenai enzim yang ada pada tanaman, maka dari itu pemahaman materi enzim perlu diperluas kembali dengan memperbanyak referensi dari berbagai sumber.






DAFTAR PUSTAKA


Campbell, Neil A et al. 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 1. Erlangga: Jakarta
Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press:Jakarta.
Salisbury,Frank. B. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
Sasmitamihardja,Drajat dan H.Siregar,Arbayan. Dasar-Dasar Fisiologi                                                                      Tumbuhan.1990.FMIPA-ITB:Bandung.
Stryer, L. 2000. Biokimia. Vol 2. Edisi 4. Kedokteran EGC: Jakarta.
Winarno, F,G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta.
Wirahadikusumah, M. 1981. Biokimia Proteine, Enzima & Asam Nukleat. ITB:Bandung.

No comments:

Post a Comment