nasihat today

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“Dan musibah apapun yang menimpamu, maka itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri.” (As Syura 30).

Tuesday, 22 December 2015

makalah penelitian tindakan kelas



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang
            Salah satu ciri guru yang berhasil (efektif) adalah bersifat refle ktif. Guru yang demikian selalu belajar dari pengalaman, sehingga dari hari ke hari kinerjanya menjadi semakin baik (Arends, 2002). Di dalam melakukan refleksi, guru harus memiliki kemandirian dan kemampuan menafsirkan serta memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan, kemajuan belajar mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara berkesinambungan.. Di sinilah letak arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru.Kemajuan dan perkembangan IPTEK yang demikian pesat harus diantisipasi melalui penyiapan guru-guru yang memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu memperbaiki proses pembelajarannya.
            Beberapa alasan lain yang mendukung pentingnya penelitian tindakan kelas sebagai langkah yang tepat untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: (1) guru berada di garis depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan perbaikan mutu pendidikan; (2) guru terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang merupakan hasil penelitiannya, dan (3) melalui PTK guru menyelesaikan masalah, menemukan jawab atasmasalahnya, dan dapat segera diterapkan untuk melakukan perbaikan.







1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas ?
2.      Bagaimana asal-usul penelitian tindakan kelas ?
3.      Apa perbedaan antara penelitian tindakan kelas dengan penelitian pendidikan secara formal ?
4.      Bagaimana karakteristik penelitian tindakan kelas ?
5.      Bagaimana tujuan penelitian tindakan kelas ?
6.      Bagaimana manfaat penelitian tindakan kelas ?
7.      Apa saja model-model penelitian tindakan kelas ?
8.      Bagaimana macam-macam bentuk penelitian tindakan kelas ?
9.      Bagaimana prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas ?
10.  Bagaimana metode penelitian tindakan kelas ?
11.  Bagaimana tipologi dan scope penelitian tindakan kelas ?
12.  Apa alasan perlunya dilakukan  penelitian tindakan kelas ?


1.3 Tujuan
            untuk mengetahui bagaimana konsep penelitian tindakan kelas, karakteristiknya, manfaat, tujuan, prinsip ptk, model-model ptk, metode ptk, tipologi dan scope penelitian, serta alasan perlunya dilakukan penelitian tindakan kelas.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penelitian Tindakan Kelas
            Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, ditujukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki praktik pembelajaran yang diselenggarakan. PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur atau siklik (Tim Pelatih PGSM, 1999).
            PTK adalah penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan/ dihadapi oleh guru. Pengertian kelas bukan sekedar ruang kelas tetapi semua hal yang berkait dengan sejumlah siswa yang sedang belajar sehingga permasalahan yang timbul di kelas berkait dengan semua faktor penentu pembelajaran seperti kurikulum sebagai masukan instrumental, manajemen sebagai pengelolaan baik yang bersifat akademik maupun non akademik, siswa sebagai masukan, guru sebagai perencana sekaligus sebagai pelaksana dan evaluator, sarana-prasarana, dan lingkungan baik informal, formal, maupun nonformal. Dengan adanya upaya guru untuk memperbaiki hal-hal yang berkait dengan aktualisasi proses pembelajaran maka PTK menjadi ajang untuk meningkatkan profesinalitas guru. PTK juga menjadi ajang kreasi guru untuk melakukan inovasi-inovasi dalam upaya mengatasi permasalahan di kelas. Namun demikian, intervensi tindakan yang dilakukan harus dalam konteks keutuhan kegiatan pembelajaran (Suharsimi.2006).
      Secara sederhana, PTK dapat didefinisikan sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem,cara kerja, proses ,isi, kompetensi, atau situasi pembelajaran .
Definisi lainnya menyebutkan  bahwa penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kalaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran. Selain itu, PTK juga diartikan sebagai salah satu strategi penyelesaian masalah yang memanfaatkan tindakan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat saling mendukung satu sama lain dengan melengkapi fakta-fakta dan mengembangkan kemampuan analisis. Dalam praktiknya, penelitian tindakan kelas menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur  penelitian. Hal itu merupakan suatu upaya menyelesaikan masalah sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Secara sadar (calon guru, guru, dosen, widyaiswara, instruktur, kepala sekolah, dan warga masyarakat) mencoba merumuskan suatu tindakan atau intervensi yang diperhitungkan dapat menyelesaikan masalah atau memperbaiki situasi dan diperkirakan secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk memahami tingkat keberhasilannya.
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian reflektif yang dilaksanakan secara siklis (berdaur) oleh guru/calon guru di dalam kelas. Dikatakan demikian karena proses PTK di mulai dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi untuk memecahkan masalah dan mencobakan hal-hal baru di peningkatan kualitas pembelajaran.
2.2 Asal-Usul Penelitian Tindakan Kelas
            Sejarah PTK banyak ditulis dan diperdebatkan orang. Salah satu sumber menyatakan bahwa istilah “penelitian tindakan” mula-mula diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1934. Setelah mengalami berbagai pengalaman praktis yang terkait dengan penelitian tindakan, pada awal tahun 1940an Kurt Lewin mendefinisikan penelitian tindakan sebagai suatu proses pengembangan daya pikir reflektif, diskusi, dan pengambilan keputusan sekaligus tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang biasa yang berpartisipasi dalam penelitian bersama mengenai “kesulitan pribadi” yang sama-sama mereka alami (Adelman, 1993:8).
            Selanjutnya ada banyak “turunan” dari berbagai penelitian tindakan yang mengikuti berbagai dasar pemikiran. Di Amerika akar-akarnya adalah pergerakan pendidikan progresif yang dipelopori oleh John Dewey (Noffke, 1994), upaya di Inggris yang lebih diarahkan pada pembaruan kurikulum dan peningkatan keprofesionalan dalam mengajar (Elliot, 1991), dan upaya di Australia yang bermuara pada gerakan umum merancang kurikulum secara kolaboratif (Kemmis, 1990).
            Secara khusus, pengembangan di daerah yang berbeda memiliki kekhasan yang berbeda pula tetapi secara umum, semuanya terpusat pada bagaimana lebih meningkatkan kemaslahatan anak didik. Menurut Noffke (1994), membaca hasil-hasil penelitian dosen di Universitas akan kurang bermanfaat untuk memahami pengalaman guru di sekolah serta kurang memenuhi harapan guru yang ingin melakukan PTK. Oleh karena itu, kalau guru atau calon guru ingin mempelajari PTK hendaknya membaca hasil-hasil PTK yang telah ditulis oleh guru atau calon guru mengenai pengalaman ber PTK di kelasnya
           
2.3 Perbedaan Antara Penelitian Tindakan Kelas Dengan Penelitian Pendidikan Secara Formal
            Selama ini penelitian untuk kepentingan pendidikan lebih banyak didominasi oleh penelitian formal . Yang termasuk dalam penelitian formal antara lain penelitian deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Salah satu kelemahan penelitian formal yakni karena banyaknya  fenomena pendidikan terutama untuk pembelajaran di kelas yang tidak dapat dijelaskan ataupun diatasi dengan pendekatan tersebut . Beberapa fenomena , seperti anak lamban belajar , hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, atau berbagai kasus penggajaran di kelas sering tidak dapat tertangkap oleh model penelitian formal dengan instrumen-instrumen yang telah di siapkan dalam kontroksi tertentu . Selain itu, pertanyaan pertanyaan model penelitian kuantitatif juga sering kali tidak dapat merekam hal-hal tersebut . Penggunaan model menggajar dengan interaksi secara otoriter dan instruksif juga tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah tersebut . Salah satu jalan keluar yang  di pilih oleh para ahli pendidikan untuk menggatasinya yakni dengan model pendekatan kualitatif. Para ahli pendidikan menggangap bahwa model pendekatan kualitatif lebih akomondatif  untuk pembelajaran di kelas.
            Salah satu tipe penelitian kualitatif dibanding pendidikan ialah penelitian tindakan . Esensi penelitian tindakan terletak pada adanya tindakan dalam situasi alami untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam pembelajaran . Penelitian tindakan yang di laksanakan dikelas di sebut penelitian tindakan kelas. PTK  berangkat dari persoalan-persoalan praktis yang di hadapi oleh guru atau calon guru di kelas. Hasil penelitiannya dapat di manfaatkan secara langsung untuk kepentingan peningkatan kualitas kegiatan belajar menggajar di kelas atau untuk peningkatan kualitas pembelajaran . Prosedur pelaksanaannya dapat di mulai dengan analisis situasi, perencanaan tndakan, pelaksanaan tindakan , perefleksian, dan evaluasi  terhadap dampak tindakan. Prosedur ini dapat di ulangi sampai di peroleh hasil sesuai dengan kualitas yang di harapkan penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan keprofesionalan guru. Agar lebih jelas perbedaan penelitian formal dengan penelitian tindakan kelas di sajikan dalam tabel 1.1 .
Tabel 1.1 perbedaan antara pendidikan formal dengan penelitian tindakan kelas (PTK)
Penelitian formal
Penelitian tindakan kelas
·         Dilakukan oleh orang luar kelas misalnya dosen , ilmuwan, mahasiswa yang melakukan eksperimen tertentu
·         Dilakukan oleh kepala sekolah atau guru atau calon guru
·         Dilingkungan dimana variabel luar dapat di kendalikan
·         Dikelas dan disekolah
·         Sampel harus representatif
·         Kerepresentatifan sampel tidak menjadi persyaratan penting
·         Menggutamakan validitas internal dan eksternal
·         Lebih mengutamakan validitas internal
·         Menuntut penggunaan analisis statistik yang rumit , signifikansi statistik yang di tentukan sejak awal dan memeriksa hubungan sebab akibat antar variabel
·         Tidak menuntut penggunaan analisis statistik yang rumit
·         Menggunakan metode kualitatif untuk mendeskripsikan apa yang terjadi dan memahami dampak suatu intervensi pendidikan tindakan
·         Mempersyaratkan hipotesis
·         Tidak selalu menggunakan hipotesis
·         Mengembangkan teori
·         Tidak memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
·         Memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung
·         Hasil penelitian merupakan produk ilmu yang dapat di generalisasikan ke populasi yang lebih luas
·         Hasil penelitian merupakan peningkatan mutu pembelajaran dilingkungan pembelajaran tertentu tempat dilakukanya PTK
·         Berlangsung secara linear(bergerak maju)
·         Berlangsung secara siklis  ( berdaur)
·         Tidak kolaboratif dan individual
·         Kolaboratif dan kooperatif

2.4 Dasar-Dasar Teoritis Penelitian Tindakan Kelas
1.      Karakteristik penelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas memounyai cirri khas yang dapat membedakannya dengan jenis penelitina lain. Sesuai dengn namanya cirri khas penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut :
a.       Masalah yang diteliti berupa masalah praktik pembelajaran sehari-hari dikelas yang dihadapi oleh guru, calon guru, termasuk bagaimana membelajarkan siswa dengan dekatan kontekstual, bagaimana mengembangkan kecakapan siswa, bagaimana mengembangakan kopmtetensi siswa berdasarkan KTSP?
b.      Dierlukan tindakan-tindakan tertentu untuk memecahka masalah tersebut dlam rangka memperbaiki atau meningkatkan kualitas pemelajaran dikelas.
c.       Terdapat perbedaan keadaan ebelum dan sesudah dilakuan PTK.
d.      Guru sendiri yang erperan sebagai peneliti, baik secara perorangan maupun kelompok. Pihak lain seperti calon guru, kepala sekolah, pengawas atau dosen dapat bertindak secara kolaboratif sebagai mitra peneliti. Secara singkat dapat dikatan bahwa cirri khas PTK berfokus paa malaha praktis pembelajaran dikelas, adaya tindakan untuk memperbaiki proses dan menekankan pada penembangan keprofesionalan guru.
Berikut deskrisi karakteristik lain PTK.
a.       PTK bersifat situasional, yang berhubugan dengan mediagnosis masalah dalam koteks tertentu, mislnya dikelas pada suatu sekolah dan berupaya untuk menyelesaikanya dalam konteks tersebut. Masalahnya diangkat dari oraktik pembelajaran keseharian yang benar-benar dirasakan oleh guru atau siswa (Depdikbud: 1999:8). Kemudian diupayakan penyelesaianya demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi siswa, profesi guru dan sekolahnya dengan jalan merefleksi diri dsebagai praktisi dalam pelaksanaan penuh kesharian tugas-tugasnya sebagai peneliti praksisnya sendiri secara sistematis.
b.      PTK merupakan upaya kolaborasi guru, calon guru, dan siswa, yaitu suatu satuan kerjasama dengan perspektif yang berbeda. Misalnya bagi guru untuk meningkatkan mutu profesionalnya dan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Bisa jua antara guru dan kepala sekolah. Dengan sendirinya, kerjasama kolaboratif ini bersifat partisipatorikarena setiap anggota tim mengambil bagian secara langsung dalam pelaksanaan PTK dari awal sampai tahap akhir (Dpdikbud: 1999:8)
c.       PTK bersifat self evaluative, yaitu kegiatan modifikasi praktis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam kondisi yang terus berjalan dengan tujuan akhir untuk meningkatkan perbaikan dalampraktinya secara nyata  (Dpdikbud: 1999:8).
d.      PTK bersifat luwes dan menyesuaikan. Penyesuaian itu membentuk suatu prosedur yang cocok ntuk bekerja dikelas dengan berbagai kendala yang melatarbelakangi masalah disekolah.
e.       PTK terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empiris. Ada tidaknya kemajuan dan ditelaah dari proses pembelajaran yang terus berjalan, informasi-inormasi yang dikumpulkan, diolah, didiskusikan, dan dinilai ketika guru dan siswanya melakukan suatu tindakan. Perubahan kemjuan dicermati dari peristiwa ke peristiwa dan dari waktu ke waktu, bukan sekedar impresionitis-subjektif melainkan dengan melakukan evaluasi formatif.
f.       Ketentuan ilmiah dalam PTK memang agak longgar karena PTK merupakan antithesis dari disain penelitian eksperimen yang sebenarnya. Dengan demikian, sasranya bersifat situasionalspesifik untuk menyelesaikan praktis. Sementara itu bjek penelitianya terbatas dan tidak representative. Oleh karena itu temuanya tidak dapat digeneralisai. Meskipun kendali ubahan ada ubahan bebas tidak ada, namun pada pengkajian malalah serta pengumpulan data dan pengolahanya tetap dilakukan secepat mungkin secara ilmiah.

2.      Tujuan penelitian tindakan kelas
Tujuan PTK dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a.       PTK dilaksanankan demi perbaikan dan peningkatan praktik pembelajaran secara berkesinambugan yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi professional pendidikan yang diemban guru. Oleh karena itu PTK merupakan salah satu cara strategis untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan yang harus dilaksanakan dalam suatu konteks. Selain itu juga untuk mmeningkatkan kualitas program sekolah secara keseluruhan dalam mesyarakat yang mudah berubah. Tujuan utama PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan professional guru dalam menangani PBM yng dapat dicapai dengan melakukan refleksi untun mendiagosis keadaan. Merefleksi adalah melakukan anatesis-sintesis-interpetasi-eksplanasi dan berkesimpulan, kemmudian mengujicobakan alternatif tindakan dan mengevaluasi efektifitasnya. Rangkaian kegiatan tersebut merupakan suatu daur tindakan.
b.      Tujuan PTK adalah pengembangan kemampuan keterampilan guru untuk menghadapi masalah actual pembelajaran dikelasnya atau disekolanya sendiri.
c.       Tujuan penyerta PTK ialah dapat  ditumbuhkanya budaya meneliti dikalangan guru dan dosen LPTK sebagai pendidik (Dpdikbud: 1999:10)
d.      Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan maningkatkan mutu pengajaran melalui teknik-teknik pengajaran yang tepat sesuai dengan aslah dan tingkat perkembangan peserta didik. PTK juga dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk memberdayakan gur dan miningkatkan kemampuan guru dalam membuat keputusan yang tepat bagi peserta didik dan kelas yang diajarnya.



2.5 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
            Setiap tindakan dalam proses pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Keberhasilan suatu tindakan dapat diukur dengan melihat manfaatnya. Demikian juga dengan penelitian tindakan kelas, selain bertujuan meningkatkan dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas keberhasilannya diukur dari kemanfaatan tindakan alternatif bagi perbaikan tersebut. Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas mencakup
(a) inovasi pembelajaran,
(b) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas,
(c) peningkatan professional guru.
            Dalam inovasi pembelajaran, guru selalu perlu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda setiap tahun. Oleh sebab itu kalau guru mengadakan penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang dihadapi di kelasnya dan menghasilkan solusi terhadap masalahnya. Dengan proses belajar di kelas seperti itu guru tersebut telah melakukan inovasi pembelajaran.
            Dari aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas juga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru. Guru kelas harus bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum dalam tingkat sekolah maupun kelas, penelitian tindakan kelas akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Dari aspek profesionalisme guru dalam proses pembelajaran memiliki manfaat yang sangat penting. Guru yang professional tentu tidak enggan melakukan perubahanperubahan dalam praktek pembelajarannya sesuai dengan kondisi kelasnya. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, untuk selanjutnya meningkatkan ke arah perbaikan secara profesional. Guru profesional menurut Suyanto (1997) perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap parktek pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian direfleksikan, lalu diperbaiki guru akhirnya akan mendapatkan otonomi secara profesional. Konsep penting dalam pendidikan adalah selalu adanya upaya perbaikan dari waktu ke waktu pada proses pemebalajarnnya. Hal ini terjadi karena guru mau melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan profesionalismenya.
2.5  Model-model Penelitian Tindakan Kelas
            Ada beberapa model Penelitian Tindakan Kelas. Berikut akan dibahas tiga model Penelitian Tindakan Kelas.
1. Model Kurt Lewin
            Model Kurt Lewin menjadi acuan dari berbagai model penelitian tindakan karena Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan atau action research. Dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ada yang mengacu pada model Kurt Lewin. Komponen pokok dalam penelitian tindakan Kurt Lewin adalah:
1) perencanaan (planning)
2) tindakan (acting)
3) pengamatan (observing)
4) refleksi (reflecting)
Hubungan keempat konsep pokok tersebut digambarkan dengan diagram sebagai berikut.
Gambar: diagram model kurt lewin
2. Model Kemmis & Taggart
            Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart. Komponen tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) disatukan dengan alasan kedua kegiatan itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua kegitan harusalah dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Begitu berlangsung suatu kegiatan dilakukan, kegiatan observasi harus dilakukan sesegera mungkin. Bentuk model dari Kemmis dan Mc. Taggart dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar : bagan Model Kemmis & Taggart

            Model Kemmis & Mc. Taggart bila dicermati hakekatnya berupa perangkatperangkat atau untaian–untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,tindakan, pengamatan dan refleksi. Untaian tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus di sini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan kelas tergantung dari permasalahan yang perlu dipecahkan, semakin banyak permasalahan yang ingin dipecahkan semakin banyak pula siklus yang akan dilalui. Jika suatu penelitian tindakan kelas ingin mengkaitkan materi pelajaran dan kompetensi dasar dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran melibatkan lebih dari dua siklus.(Depdiknas, 2005).
Pada gambar diatas tampak bahwa terdapat dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai 2 siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah jumlah siklus bergantung pada masalah yang perlu diselesaikan. Apabila permasalahan tersebut  terkait materi dan tujuan pembelajaran maka jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran tidak hanya dua tetapi bisa jauh lebih banyak dari itu, mungkin lima atau enam siklus.
Menurut model ini, pelaksanaan penelitian tindakan mencakup 4 langkah:
        Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan
        Melaksanakan tindakan dan pengamatan/monitoring
        Merefleksi hasil pengamatan
        Mengubah revisi perencanaan atau pengembangan selanjutnya
 Secara diagramatis langkah-langkah PTK menurut model ini dapat disajikan dalam gambar dibawah ini:
Gambar: langkah-langkah PTK menurut model Kemmis dan Mc Taggart

1.      Perencanaan (planning)
            Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan pada tahapan pra-PTK, rencana tindakan di susun untuk menguji secara empiris hipotesis yang telah ditentukan. Rencana tindakan tersebut mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan tindakan mulai dari materi/bahan ajar, rencana pelajaran yang mencakup metode/teknik mengajar, serta teknik dan instrumen observasi/evaluasi disiapkan dengan matang pada tahap ini. Dalam tahapan ini pula diperhitungkan segala kendala yang mungkin terjadi pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melaksanakan antisipasi dini, diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik.
2.      Tindakan (acting)
            Tahap tindakan merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat. Tahapan yang berlangsung dikelas merupakan realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah dipersiapkan sebelumnya langkah-langkah yang telah dilakukan oleh guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku dan hasilnya berupa peningkatan keefektifan proses pembelajaran yang bermuara  pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Dalam pelaksanaan ini guru berperan ganda artinya sebagai pelaksana pembelajaran dan sebagai peneliti. Selain sibuk mengajar untuk melaksanakan persiapan yang telah dibuat, pada saat yang sama guru harus melakukan observasi dan penelitian terhadap apa yang guru lakukan bersama peserta didiknya. Jadi, dalam tahapan ini juga berlangsung tahapan berikutnya, yaitu observasi.
3.      Pengamatan (observing)
            Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahapan ini, data-data tentang pelaksanaan tindakan dari rencana yang sudah dibuat serta dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang telah dikembangkan. Tahap ini juga perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa instrumen demi kepentingan triangulasi data.
4.      Refleksi (reflecting)
            Releksi merupakan tahapan untuk memproses data yang diperoleh pada saat melakukan pengamatan. Data yang diperoleh kemudian diinterpretasi, dicarai eksplanasinya, dan dianalisis.
            Proses refleksi memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpercaya, akan diperoleh masukan yang sangat berhargadan akurat bagi penentuan langkah selajutnya.
Keempat tahapan dalam PTK ini membentuk  satu siklus yang menyeluruh. Siklus ini kemudian diikuti siklus-siklus yang lain secara berkesinambungan. Berakhirnya suatu siklus bergantung pada peneliti, apakah sudah merasa cukup melakukan PTK dengan jumlah siklus yang sesuai.

 3. Desain PTK model Jhon Elliott
            Desain PTK model jhon elliott dikembangkan berdasarkan konsep dasar kurt lewin, desain PTK Jhon Elliott menunjukkan bahwa satu tindakan terdiri atas beberapa langkah tindakan yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, dan langkah tindakan 3. Langkah-langkah untuk setiap tindakan ini diambil berdasarkan pemikiran bahwa dalam suatu mata pelajaran terdapat beberapa pokok bahasan dan setiap pokok bahasan terdiri atas beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali tindakan. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan suatu pokok bahasan tertentu diperlukan beberapa kali tindakan yang terealisasi dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Gambar: desain PTK model Jhon Elliot





3. Model Hopkins
Berdasarkan model-model Penelitian Tindakan Kelas dari Kurt Lewin, Kemmis & Mc. Taggart, Hopkin menyusun desain sendiri dengan skema sebagai berikut.
Gambar: desain PTK model hopskin

4. Desain PTK model McKernan
            Mc Kernan menjabarkan lebih rinci proses penelitian tindakan dalam tujuh langkah yang harus dicermati.
    1. Analisa situasi atau kenal medan
    2. Perumusan dan klarifikasi permasalahn
    3. Hipotesis tindakan
    4. Perencanaan tindakan
    5. Implementasi tindakan dengan monitoringnya
    6. Evaluasi hasil tindakan
    7. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya
Langkah tersebut dapat divisualisasikan dalam gambar yang tampak sebagai berikut.
Gambar: desain PTK model Mc Kernan


2.6 Bentuk-Bentuk Penelitian Tindakan Kelas
            Ada beberapa bentuk penelitian tindakan kelas. Oja dan Smulyan (1989) dalam Sudarsono (1997)membedakan adanya empat bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu:
a. Guru sebagai peneliti.
b. Penelitian Tindakan Kolaboratif
c. Simultan Terintegratif
d. Administrasi Sosial Eksperimental
            Pada bentuk yang pertama merupakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian ialah meningkatkan praktek pembelajaran di kelas di mana guru terlibat secara penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan) dan refleksi. Dalam bentuk penelitian ini, guru mencari problema sendiri untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Jika melibatkan orang lain perannya tidak dominan. Sebaliknya keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mempertajam atau mencari problema pembelajaran di kelas. Guru sebagai peneliti, peran pihak luar (orang lain) sangat kecil dalam proses penelitian.
            Pada bentuk penelitian kedua, Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif, melibatkan beberapa pihak baik guru, kepala sekolah maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori dan karier guru. Model penelitian kolaboratif ini dirancang dan dilaksanakan oleh sutu tim yang terdiri dari guru, dosen dan kepala sekolah. Hubungan antara ketiga pihak tersebut bersifat kemitraan yang dapat secara bersama-sama memikirkan persoalan-persoalan yang dihadapi untuk diteliti melalui penelitian
Kolaboratif
            Pada bentuk ketiga, Simultan Terintegratif, tujuan utama penelitian adalah untuk dua hal sekaligus yaitu memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran praktis, dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelasnya, terutama aspek aksi dan refleksi terhadap praktek-praktek pembelajaran di kelas. Meskipun demikian persoalan-persoalan pembelajaran yang diteliti datang dan diidentifikasi oleh peneliti dari luar. Pengambil posisi innovator adalah peneliti dari luar. Pada penelitian tindakan kelas keempat, Administrasi Sosial Ekspermental, lebih menekankan dampak kebijakan dan praktek. Dalam pelaksanaannya guru tidak dilibatkan baik dalam perencanaan, aksi maupun refleksi terhadap praktek pembelajarannya. Guru tidak banyak memberikan masukan pada proses penelitian ini. Tanggung jawab penelitian sepenuhnya ada pada pihak luar. Dalam bentuk ini peneliti bekerja atas dasar hipotesis tertentu, kemudian melakukan bentuk tes dalam sebuah eksperimen.

2.7 Prinsip-Prinsip PTK
a.       Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama. Misalnya bagi guru atau calon guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan atau proses belajar mengajar.
b.      Masalah penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
c.       Pelaksanaan PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan tiga hal. Pertama, guru perlu menyadari bahwa dalam mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Kedua, siklus tindakan dilakukan dengan selaras dengan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan, khususnya dari segi pembentukan kompetensi yang dicantumkan di dalam Standar Isi, yang sudah dioperasionalkan ke dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, penetapan siklus tindakan dalam PTK mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan pada tahap perencanaan. Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh ketercukupan data yang diperoleh peneliti, melainkan mengacu kepada seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu sudah dapat memperbaiki kinerja yang menjadi alasan dilaksanakan PTK tadi.
d.      Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten, memiliki kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting ditekankan karena selain melibatkan anakanak manusia, PTK juga hadir dalam suatu konteks organisasional, sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan tata-krama kehidupan berorganisasi.
e.       Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroomexceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
f.       PTK dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja peneliti (guru) yang bersangkutan. Guru melakukan PTK karena menyadari adanya kekurangan di dalam kinerja dan karena itu ingin melakukan perbaikan.
g.       Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. PTK sejauh mungkin menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup berarti dan dapat dipercaya.
h.      Metode yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya memperbolehkan kelonggaran, namun penerapan asas-asas dasar tetap harus dipertahankan.

2.8 Metode Penelitian Dalam PTK
            Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian. Secara khusus, metode penelitian dalam PTK berbeda dengan metode penelitian pada umumnya sesuai dengan karakteristik PTK sendiri. Adapun metode penelitian dalam PTK meliputi :
1. Setting Penelitian
            Setting penelitian menggambarkan kapan dan dimana penelitian akan dilakukan, subyek penelitian yang meliputi siapa, berapa jumlahnya, karakteristiknya bagaimana serta kolaboratornya (jika PTK kelompok) juga harus disertakan.
2. Prosedur penelitian
            Meliputi prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan dalam PTK antara lain (diadopsi dari Edi Prajitno, 2008) :
a. Perencanaan
Prosedur perencanaan mendeskripsikan tentang :
- rencana identifikasi permsalahan serta cara untuk memantapkan keadaan sebenarnya.
- Rencana Alternative tindakan yang mungkin dilakukan dalam pembelajaran yang digunakan untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran.
- Rencana penyediaan sarana dan media yang diperlukan dalam penelitian
b. Implementasi Tindakan
            Mendeskripsikan langkah-langkah implementasi tindakan yang akan dilakukan yang meliputi strategi apa yang akan dilakukan, materi apa yang akan diajarkan atau dibahas.
c. Monitoring
Tahapan monitoring mendeskripsikan :
- alat monitoring apa saja yang akan digunakan dalam mengamati pelaksanaan tindakan dan kejadian selama pelaksanaan tindakan
- siapa petugas yang yang melakukan monitoring
d. Refleksi
            Mendeskripsikan mengenai bagaimana melakukan refleksi terhadap implementasi tindakan berdasarkan hasil monitoring
3. Teknik Pengumpulan Data
            Bagian ini mendeskripsikan tentang bagaimana cara mengumpulkan data sebagai dasar  dalam menetapkan alternative tindakan dan melakukan refleksi. Teknik pengumpulan data yang yang dapat digunakan meliputi observasi, metode wawancara, dokumentasi, angket dan tes.
4. Teknik Analisis Data
            Mendeskripsikan tentang bagaimana cara menganilisis data yang telah dikumpulkan.
5. Kriteria Keberhasilan Tindakan
                        Kriteria keberhasilan tindakan merupakan ukuran berhasil tidaknya implementasi tindakan yang akan dilakukan. Pada bagian ini mendeskripsikan mengenai ukuran yang akan dijadikan patokan untuk menyelesaikan hal tersebut.


2.9 Tipologi Dan Scope Penelitian Tindakan
Berdasarkan setting dan lokasinya terdapat bermacam-macam penelitian tindakan (Henry & McTaggart, dalam Depdikbud, 1999:2) yang masing-masing mempunyai penekanan berbeda.
a.      Participatory Action Research
            Biasanya dilakukan sebagai strategi transformasi sosial yang menekankan pada keterlibatan masyarakat, rasa ikut memiliki program, dan analisis problem sosial berbasis masyarakat.
b.      Critical Action Research
            Biasanya dilakukan oleh kelompok yang secara kolektif mengkritisi masalah praktis dengan penekanan pada komitmen untuk bertindak menyempurnakan situasi, misalnya hal-hal yang terkait dengan ketimpangan ras atau gender.
c.       Classroom Action Research
            Biasanya dilakukan oleh guru/calon guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran.
d.      Institusional Action Research
            Biasanya dilakukan oleh pihak manajemen atau organisasi untuk meningkatkan kinerja, proses, dan produktivitas dalam suatu lembaga. Intinya, tindakan yang berupaya menyelesaikan masalah-masalah organisasi atau manajemen melalui pertukaran pengalaman secara kritis.
Ditinjau dari scope atau ruang lingkupnya, penelitian tindakan bisa dilakukan di berbagai level, antara lain:
a.       Penelitian tindakan skala makro
1)      Meningkatkan partisipasi dunia usaha dalam pembiayaan pendidikan.
2)      Meningkatkan angka partisipasi siswa tingkat SLTA.
3)      Menggalakkan penulisan karya ilmiah penelitian oleh guru.
b.      Penelitian tindakan level sekolah
1)      Meningkatkan kepedulian orang tua untuk mendorong belajar siswa.
2)      Mengurangi jumlah kasus “ school vandalism” tawuran.
3)      Menghidupkan unit produksi di sekolah kejuruan.
c.       Penelitian tindakan untuk guru (level kelas)
1)      Meningkatkan “time on task” siswa dalam pembelajaran
2)      Merangsang anak untuk berani bertanya dalam KBM.
3)      Mengatasi kesulitan siswa dalam pokok bahasan fungsi komposit.
4)      Menumbuhkan kebetahan siswa belajar sejarah di perpustakaan.

2.10 Alasan Perlunya Dilakukan Penelitian Tindakan Kelas
            Proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna akan berlangsung bila proses belajar mengajar benar-benar dapat memberikan keberhasilan dan kepuasan, baik bagi siswa maupun guru (Amin, 1985). Hal itu hanya bisa terjadi bila guru menaruh perhatian pada keefektifan sistem pembelajarannya dn yang dipacu oleh suatu keinginan dan kemauanuntuk selalu memperbaiki pembelajarannya. Kemauan dan keinginan itu harus didukung oleh adanya kesadaran dari guru bahwa ada masalah-masalah yang harus dipecahkan dalam sistem pembelajarannya. Dengan kata lain ia harus bersedia mengakui kekurangan-kekurangan yang ada dalam dirinya dan bersedia memperbaiki praktik profesionalnya.
Stringer (2004:30) menulisakan bahwa alasan untuk menuliskan PTK seharusnya tidak hanya dari sisi guru tetapi juga dari sisi siswa yang dilibatkan dalam PTK. Dalam hal ini, ia menyatakan sebagai berikut

We discovered that teaching is a complex art that requires teachers to facilitate learning, to enact or model what is to be learned, and to create appropiate organizational and social conditions that enable learning to occur...engaging students in learning processes that not only enable them to acquire discrete pieces of information, but also to engage in active inquiry and discovery that lead them to see and understand their real-life experiences in new ways.

            Jadi hasil akhir PTK yakni bahwa tidak hanya siswa yang merasa perlu dan wajib belajar sehingga ikut bertanggung jawab atas hasil belajarnya namun guru juga dapat menyebabkan atau menimbulkan keinginan siswa untuk merasakan kebutuhan untuk itu. Alasan perlunya PTK adalah karena PTK membuat guru dan siswa mampu membangun cara-cara yang berbeda untuk menyelesaikan atau menyempurnakan tugas-tugas membelajarkan/belajar memperbaiki praktik pembelajaran dan tingkah laku belajar dalam kelas,  serta mampu mengerjakan kegiatan belajar dan membelajarkan yang efektif untuk semuanya.
            PTK perlu dilakukan karena dapat menjadi alat untuk meningkatkan kerjasama antara guru atau dosen. Selain kerjasama dalam LKG dan MGMP , kerjasama antarguru selama ini termasuk sesuatu yang “langka”. Kebanyakan guru hanya bertatap muka dengan siswanya dan berdiskusi mengenai pembelajaran dengan siswa. PTK dapat menjadi sarana ampuh bagi guru untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman mengenai masalah-masalah pembelajaran yang mereka hadapi bersama.
§  Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru
            PTK juga dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dan kolaborasi (kerasama/kemitraan) antara guru dengan dosen bidang studi yang sama. Di Jepang kegiatan serupa PTK yang disebut sebagai “lesson study” menjadi sarana komunikasi antara guru dengan kepala sekolah dan dengan guru seluruh sekolah yang bersepakat memanfaatkannya untuk itu sebagai sarana pengembangan sekolah. Hasil “lesson study” ini kemudian diperkenalkan ke guru-guru yang diundang ke sekolah itu setahun sekali pada kegiatan tahunan memperkenalkan filosofi yang dianut oleh sekolah serta pamer hasil kegiatan proyek siswa-siswanya.
            Selain beberapa alasan tersebut, PTK dapat dijadikan sarana untuk “naik pangkat” dan sarana untuk melengkapi bukti kinerja yang dimasukkan ke dalam portofolio paa saat sertifikasi guru dan calon guru. Bila hasil PTK ini dtulis menjadi artikel, makalah, atau laporan penelitian maka dapat dijadikan nilai tambah untuk memenuhi persyaratan naik pangkat atau naskah bukti dalam portofolio. Penulisan proposal ptk juga dapat dilakukan untuk mencari dana penelitian bila ada tawaran dari pihak sponsor.
            Salah satu keprofesionalan guru adalah “selalu besedia belajar sepanjang hayat” dan salah satu sarana untuk belajar sepanjang hayat itu adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).
            Alasan terpenting perlunya dilakukan PTK adalah guru tidak perlu takut kepada istilah “penelitian” yang sering memberi kesan harus baca buku tebal-tebal, artikel-artikel sulit karena berbahasa inggris, belum lagi statistik inferensial yang rumit-rumit. PTK ini tidak memerlukan teori yang muluk-muluk dan statistik semacam  itu karena dapat dilakukan dengan dasarrasa kepedulian dan perhatian kepada siswa (seperti “anak sendiri” atau untuk kemaslahatan siswa), serta modal hasil berpikir dan kreativitas serta kemauan guru. Selain itu, PTK tidak dilakukan didalam laboratorium yang memerlukan bahan yang mahal atau peralatan yang serba canggih atau diluar kelas sehingga harus mengganggu dan meninggalkan pembelajaran, tetapi PTK cukup dilakukan di dalam kelas masing-masing pelaksananya. Jadi yang masih harus di sediakan adalah  pengetahuan mengenai PTK (apa, mengapa, bagaimana) dan keinginan serta kemauan untuk melaksanakannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu jenis kegiatan pengembangan profesi guru. Jenis penelitian ini pada dasarnya merupakan kegiatan penelitian yang dapat dilaksanakan guru dalam kelasnya dan hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajarannya. PTK betujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa di kelas maupun sekolahnya. PTK berfokus pada kelas atau proses pembelajaran yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas sehingga PTK harus bertujuan atau mengenai hal-hal yang terjadi di kelas.
            PTK merupakan bagian penting dari upaya pengembangan profesi guru karena dengan PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan sistematis, serta membelajarkan guru untuk menulis. Untuk itu perlu kiranya guru secara terus menerus mengupayakan diri melakukan penelitian tindakan kelas demi peningkatan/perbaikan pembelajarannya di kelas dan pengembangan diri sebagai guru profesional.

















DAFTAR PUSTAKA

·         Arrend, W.J. (2001), Working together for environmental management: The role of information sharing and collaborative learning, Ph.D. Thesis (Development Studies) ,Massey University,pp.12-29.
·         Depdikbud. (1999) Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru sekolah menengah, Ditjen Dikti, depdikbud.
·         Depdiknas. 2005. ”Penulisan Karya Ilmiah” dalam Materi Pelatihan Terintegrasi Jilid 3.Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Mengengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
·         Elliot, J. (1982) Developing Hypothesis about Classrooms from Teachers
·         Edi Prajitno. 2008. Metode Penelitian Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Pelatihan PTK Bagi Guru Di Propinsi DIY. Lembaga Penelitian UNY. 2008.
·         Hopkins, D. (1993), A teacher’s guide to classroom research, Open University Press, Buckingham.
·         Kemmis, s. & McTaggart, R. (1988) The Action Research Planner. 3rd ed. Victoria, Australia: Deakin University.
·         Kemmis, S. (1983) Becoming Critical: Education, Knowledge, and Action Research. Geelong, Victoria, Australia: Deakin University.
·         Kemmis, S. & McTaggart, R. (1990). The action research planner, Deaken University, Victoria. Kemmis, S. & McTaggart, R. (2000). Participatory action research, In: Denzin, N.K. & Lincoln, Yv.S. Handbooks of qualitative research. 2-nd. Thousand Oaks: SAGE Puplication. Inc.
·         McNofke, J. (1994), Action research: Princilples and practice, Routlege, London.
·         McTaggart, R. (1991), Action research: A short modern history, Deaken University, Victoria.
·         Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment