BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Salah satu ciri guru yang berhasil
(efektif) adalah bersifat refle ktif. Guru yang demikian selalu belajar dari
pengalaman, sehingga dari hari ke hari kinerjanya menjadi semakin baik (Arends,
2002). Di dalam melakukan refleksi, guru harus memiliki kemandirian dan
kemampuan menafsirkan serta memanfaatkan hasil-hasil pengalaman membelajarkan,
kemajuan belajar mengajar, dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara berkesinambungan.. Di sinilah
letak arti penting penelitian tindakan kelas bagi guru.Kemajuan dan
perkembangan IPTEK yang demikian pesat harus diantisipasi melalui penyiapan
guru-guru yang memiliki kemampuan meneliti, sekaligus mampu memperbaiki proses
pembelajarannya.
Beberapa alasan lain yang mendukung
pentingnya penelitian tindakan kelas sebagai langkah yang tepat untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu pendidikan, antara lain: (1) guru berada di
garis depan dan terlibat langsung dalam proses tindakan perbaikan mutu
pendidikan; (2) guru terlibat dalam pembentukan pengetahuan yang merupakan
hasil penelitiannya, dan (3) melalui PTK guru menyelesaikan masalah, menemukan
jawab atasmasalahnya, dan dapat segera diterapkan untuk melakukan perbaikan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan penelitian
tindakan kelas ?
2.
Bagaimana asal-usul penelitian
tindakan kelas ?
3.
Apa perbedaan antara penelitian
tindakan kelas dengan penelitian pendidikan secara formal ?
4.
Bagaimana karakteristik penelitian
tindakan kelas ?
5.
Bagaimana tujuan penelitian tindakan
kelas ?
6.
Bagaimana manfaat penelitian tindakan
kelas ?
7.
Apa saja model-model penelitian
tindakan kelas ?
8.
Bagaimana macam-macam bentuk
penelitian tindakan kelas ?
9.
Bagaimana prinsip-prinsip penelitian
tindakan kelas ?
10. Bagaimana
metode penelitian tindakan kelas ?
11. Bagaimana
tipologi
dan scope penelitian
tindakan kelas ?
12. Apa
alasan perlunya dilakukan penelitian
tindakan kelas ?
1.3
Tujuan
untuk mengetahui
bagaimana konsep penelitian tindakan kelas, karakteristiknya, manfaat, tujuan,
prinsip ptk, model-model ptk, metode ptk, tipologi dan scope penelitian, serta
alasan perlunya dilakukan penelitian tindakan kelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, ditujukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki praktik pembelajaran yang diselenggarakan.
PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur atau siklik (Tim
Pelatih PGSM, 1999).
PTK adalah penelitian yang akar
permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan/ dihadapi oleh guru. Pengertian
kelas bukan sekedar ruang kelas tetapi semua hal yang berkait dengan sejumlah
siswa yang sedang belajar sehingga permasalahan yang timbul di kelas berkait
dengan semua faktor penentu pembelajaran seperti kurikulum sebagai masukan
instrumental, manajemen sebagai pengelolaan baik yang bersifat akademik maupun
non akademik, siswa sebagai masukan, guru sebagai perencana sekaligus sebagai
pelaksana dan evaluator, sarana-prasarana, dan lingkungan baik informal,
formal, maupun nonformal. Dengan adanya upaya guru untuk memperbaiki hal-hal
yang berkait dengan aktualisasi proses pembelajaran maka PTK menjadi ajang
untuk meningkatkan profesinalitas guru. PTK juga menjadi ajang kreasi guru
untuk melakukan inovasi-inovasi dalam upaya mengatasi permasalahan di kelas.
Namun demikian, intervensi tindakan yang dilakukan harus dalam konteks keutuhan
kegiatan pembelajaran (Suharsimi.2006).
Secara sederhana, PTK dapat didefinisikan
sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat
reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru/calon guru yang memiliki tujuan
untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem,cara kerja, proses ,isi,
kompetensi, atau situasi pembelajaran .
Definisi
lainnya menyebutkan bahwa penelitian
tindakan adalah penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat dengan memanfaatkan
interaksi, partisipasi dan kalaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran.
Selain itu, PTK juga diartikan sebagai salah satu strategi penyelesaian masalah
yang memanfaatkan tindakan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan
dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang
terlibat saling mendukung satu sama lain dengan melengkapi fakta-fakta dan
mengembangkan kemampuan analisis. Dalam praktiknya, penelitian tindakan kelas
menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur
penelitian. Hal itu merupakan suatu upaya menyelesaikan masalah
sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Secara sadar (calon guru, guru, dosen,
widyaiswara, instruktur, kepala sekolah, dan warga masyarakat) mencoba
merumuskan suatu tindakan atau intervensi yang diperhitungkan dapat
menyelesaikan masalah atau memperbaiki situasi dan diperkirakan secara cermat
mengamati pelaksanaannya untuk memahami tingkat keberhasilannya.
Penelitian
tindakan kelas (PTK) adalah penelitian reflektif yang dilaksanakan secara
siklis (berdaur) oleh guru/calon guru di dalam kelas. Dikatakan demikian karena
proses PTK di mulai dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi untuk memecahkan masalah dan mencobakan hal-hal baru di peningkatan
kualitas pembelajaran.
2.2 Asal-Usul Penelitian Tindakan
Kelas
Sejarah PTK banyak ditulis dan
diperdebatkan orang. Salah satu sumber menyatakan bahwa istilah “penelitian
tindakan” mula-mula diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1934. Setelah
mengalami berbagai pengalaman praktis yang terkait dengan penelitian tindakan,
pada awal tahun 1940an Kurt Lewin mendefinisikan penelitian tindakan sebagai
suatu proses pengembangan daya pikir reflektif, diskusi, dan pengambilan
keputusan sekaligus tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang biasa yang
berpartisipasi dalam penelitian bersama mengenai “kesulitan pribadi” yang
sama-sama mereka alami (Adelman, 1993:8).
Selanjutnya ada banyak “turunan”
dari berbagai penelitian tindakan yang mengikuti berbagai dasar pemikiran. Di
Amerika akar-akarnya adalah pergerakan pendidikan progresif yang dipelopori
oleh John Dewey (Noffke, 1994), upaya di Inggris yang lebih diarahkan pada
pembaruan kurikulum dan peningkatan keprofesionalan dalam mengajar (Elliot,
1991), dan upaya di Australia yang bermuara pada gerakan umum merancang
kurikulum secara kolaboratif (Kemmis, 1990).
Secara khusus, pengembangan di
daerah yang berbeda memiliki kekhasan yang berbeda pula tetapi secara umum,
semuanya terpusat pada bagaimana lebih meningkatkan kemaslahatan anak didik.
Menurut Noffke (1994), membaca hasil-hasil penelitian dosen di Universitas akan
kurang bermanfaat untuk memahami pengalaman guru di sekolah serta kurang
memenuhi harapan guru yang ingin melakukan PTK. Oleh karena itu, kalau guru
atau calon guru ingin mempelajari PTK hendaknya membaca hasil-hasil PTK yang
telah ditulis oleh guru atau calon guru mengenai pengalaman ber PTK di kelasnya
2.3 Perbedaan Antara Penelitian
Tindakan Kelas Dengan Penelitian Pendidikan Secara Formal
Selama ini penelitian untuk
kepentingan pendidikan lebih banyak didominasi oleh penelitian formal . Yang
termasuk dalam penelitian formal antara lain penelitian deskriptif, penelitian
korelasional, dan penelitian eksperimen. Salah satu kelemahan penelitian formal
yakni karena banyaknya fenomena
pendidikan terutama untuk pembelajaran di kelas yang tidak dapat dijelaskan
ataupun diatasi dengan pendekatan tersebut . Beberapa fenomena , seperti anak
lamban belajar , hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan kelas, atau berbagai
kasus penggajaran di kelas sering tidak dapat tertangkap oleh model penelitian
formal dengan instrumen-instrumen yang telah di siapkan dalam kontroksi
tertentu . Selain itu, pertanyaan pertanyaan model penelitian kuantitatif juga
sering kali tidak dapat merekam hal-hal tersebut . Penggunaan model menggajar
dengan interaksi secara otoriter dan instruksif juga tidak dapat menyelesaikan
masalah-masalah tersebut . Salah satu jalan keluar yang di pilih oleh para ahli pendidikan untuk
menggatasinya yakni dengan model pendekatan kualitatif. Para ahli pendidikan
menggangap bahwa model pendekatan kualitatif lebih akomondatif untuk pembelajaran di kelas.
Salah satu tipe penelitian
kualitatif dibanding pendidikan ialah penelitian tindakan . Esensi penelitian
tindakan terletak pada adanya tindakan dalam situasi alami untuk memecahkan
masalah-masalah praktis dalam pembelajaran . Penelitian tindakan yang di
laksanakan dikelas di sebut penelitian tindakan kelas. PTK berangkat dari persoalan-persoalan praktis
yang di hadapi oleh guru atau calon guru di kelas. Hasil penelitiannya dapat di
manfaatkan secara langsung untuk kepentingan peningkatan kualitas kegiatan
belajar menggajar di kelas atau untuk peningkatan kualitas pembelajaran .
Prosedur pelaksanaannya dapat di mulai dengan analisis situasi, perencanaan
tndakan, pelaksanaan tindakan , perefleksian, dan evaluasi terhadap dampak tindakan. Prosedur ini dapat
di ulangi sampai di peroleh hasil sesuai dengan kualitas yang di harapkan
penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dan meningkatkan keprofesionalan guru. Agar lebih jelas
perbedaan penelitian formal dengan penelitian tindakan kelas di sajikan dalam
tabel 1.1 .
Tabel
1.1 perbedaan antara pendidikan formal dengan penelitian tindakan kelas (PTK)
Penelitian formal
|
Penelitian tindakan kelas
|
·
Dilakukan oleh orang luar kelas
misalnya dosen , ilmuwan, mahasiswa yang melakukan eksperimen tertentu
|
·
Dilakukan oleh kepala sekolah atau
guru atau calon guru
|
·
Dilingkungan dimana variabel luar
dapat di kendalikan
|
·
Dikelas dan disekolah
|
·
Sampel harus representatif
|
·
Kerepresentatifan sampel tidak
menjadi persyaratan penting
|
·
Menggutamakan validitas internal
dan eksternal
|
·
Lebih mengutamakan validitas
internal
|
·
Menuntut penggunaan analisis
statistik yang rumit , signifikansi statistik yang di tentukan sejak awal dan
memeriksa hubungan sebab akibat antar variabel
|
·
Tidak menuntut penggunaan analisis
statistik yang rumit
·
Menggunakan metode kualitatif untuk
mendeskripsikan apa yang terjadi dan memahami dampak suatu intervensi
pendidikan tindakan
|
·
Mempersyaratkan hipotesis
|
·
Tidak selalu menggunakan hipotesis
|
·
Mengembangkan teori
·
Tidak memperbaiki praktik
pembelajaran secara langsung
|
·
Memperbaiki praktik pembelajaran
secara langsung
|
·
Hasil penelitian merupakan produk
ilmu yang dapat di generalisasikan ke populasi yang lebih luas
|
·
Hasil penelitian merupakan
peningkatan mutu pembelajaran dilingkungan pembelajaran tertentu tempat
dilakukanya PTK
|
·
Berlangsung secara linear(bergerak
maju)
|
·
Berlangsung secara siklis ( berdaur)
|
·
Tidak kolaboratif dan individual
|
·
Kolaboratif dan kooperatif
|
2.4 Dasar-Dasar Teoritis Penelitian
Tindakan Kelas
1. Karakteristik
penelitian tindakan kelas
Penelitian
tindakan kelas memounyai cirri khas yang dapat membedakannya dengan jenis
penelitina lain. Sesuai dengn namanya cirri khas penelitian tindakan kelas
adalah sebagai berikut :
a. Masalah
yang diteliti berupa masalah praktik pembelajaran sehari-hari dikelas yang
dihadapi oleh guru, calon guru, termasuk bagaimana membelajarkan siswa dengan
dekatan kontekstual, bagaimana mengembangkan kecakapan siswa, bagaimana
mengembangakan kopmtetensi siswa berdasarkan KTSP?
b. Dierlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk memecahka masalah tersebut dlam rangka memperbaiki
atau meningkatkan kualitas pemelajaran dikelas.
c. Terdapat
perbedaan keadaan ebelum dan sesudah dilakuan PTK.
d. Guru
sendiri yang erperan sebagai peneliti, baik secara perorangan maupun kelompok.
Pihak lain seperti calon guru, kepala sekolah, pengawas atau dosen dapat
bertindak secara kolaboratif sebagai mitra peneliti. Secara singkat dapat
dikatan bahwa cirri khas PTK berfokus paa malaha praktis pembelajaran dikelas,
adaya tindakan untuk memperbaiki proses dan menekankan pada penembangan
keprofesionalan guru.
Berikut
deskrisi karakteristik lain PTK.
a. PTK
bersifat situasional, yang berhubugan dengan mediagnosis masalah dalam koteks
tertentu, mislnya dikelas pada suatu sekolah dan berupaya untuk menyelesaikanya
dalam konteks tersebut. Masalahnya diangkat dari oraktik pembelajaran
keseharian yang benar-benar dirasakan oleh guru atau siswa (Depdikbud: 1999:8).
Kemudian diupayakan penyelesaianya demi peningkatan mutu pendidikan, prestasi
siswa, profesi guru dan sekolahnya dengan jalan merefleksi diri dsebagai
praktisi dalam pelaksanaan penuh kesharian tugas-tugasnya sebagai peneliti
praksisnya sendiri secara sistematis.
b. PTK
merupakan upaya kolaborasi guru, calon guru, dan siswa, yaitu suatu satuan
kerjasama dengan perspektif yang berbeda. Misalnya bagi guru untuk meningkatkan
mutu profesionalnya dan bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya. Bisa
jua antara guru dan kepala sekolah. Dengan sendirinya, kerjasama kolaboratif
ini bersifat partisipatorikarena setiap anggota tim mengambil bagian secara
langsung dalam pelaksanaan PTK dari awal sampai tahap akhir (Dpdikbud: 1999:8)
c. PTK
bersifat self evaluative, yaitu kegiatan modifikasi praktis yang dilakukan
secara kontinu, dievaluasi dalam kondisi yang terus berjalan dengan tujuan
akhir untuk meningkatkan perbaikan dalampraktinya secara nyata (Dpdikbud: 1999:8).
d. PTK
bersifat luwes dan menyesuaikan. Penyesuaian itu membentuk suatu prosedur yang
cocok ntuk bekerja dikelas dengan berbagai kendala yang melatarbelakangi
masalah disekolah.
e. PTK
terutama memanfaatkan data pengamatan dan perilaku empiris. Ada tidaknya
kemajuan dan ditelaah dari proses pembelajaran yang terus berjalan,
informasi-inormasi yang dikumpulkan, diolah, didiskusikan, dan dinilai ketika
guru dan siswanya melakukan suatu tindakan. Perubahan kemjuan dicermati dari
peristiwa ke peristiwa dan dari waktu ke waktu, bukan sekedar
impresionitis-subjektif melainkan dengan melakukan evaluasi formatif.
f. Ketentuan
ilmiah dalam PTK memang agak longgar karena PTK merupakan antithesis dari
disain penelitian eksperimen yang sebenarnya. Dengan demikian, sasranya
bersifat situasionalspesifik untuk menyelesaikan praktis. Sementara itu bjek
penelitianya terbatas dan tidak representative. Oleh karena itu temuanya tidak
dapat digeneralisai. Meskipun kendali ubahan ada ubahan bebas tidak ada, namun
pada pengkajian malalah serta pengumpulan data dan pengolahanya tetap dilakukan
secepat mungkin secara ilmiah.
2. Tujuan
penelitian tindakan kelas
Tujuan
PTK dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a. PTK
dilaksanankan demi perbaikan dan peningkatan praktik pembelajaran secara
berkesinambugan yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi professional
pendidikan yang diemban guru. Oleh karena itu PTK merupakan salah satu cara
strategis untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan pendidikan yang harus
dilaksanakan dalam suatu konteks. Selain itu juga untuk mmeningkatkan kualitas
program sekolah secara keseluruhan dalam mesyarakat yang mudah berubah. Tujuan
utama PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan professional guru dalam
menangani PBM yng dapat dicapai dengan melakukan refleksi untun mendiagosis
keadaan. Merefleksi adalah melakukan anatesis-sintesis-interpetasi-eksplanasi
dan berkesimpulan, kemmudian mengujicobakan alternatif tindakan dan
mengevaluasi efektifitasnya. Rangkaian kegiatan tersebut merupakan suatu daur
tindakan.
b. Tujuan
PTK adalah pengembangan kemampuan keterampilan guru untuk menghadapi masalah
actual pembelajaran dikelasnya atau disekolanya sendiri.
c. Tujuan
penyerta PTK ialah dapat ditumbuhkanya
budaya meneliti dikalangan guru dan dosen LPTK sebagai pendidik (Dpdikbud:
1999:10)
d. Tujuan
PTK adalah untuk memperbaiki dan maningkatkan mutu pengajaran melalui
teknik-teknik pengajaran yang tepat sesuai dengan aslah dan tingkat
perkembangan peserta didik. PTK juga dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk
memberdayakan gur dan miningkatkan kemampuan guru dalam membuat keputusan yang
tepat bagi peserta didik dan kelas yang diajarnya.
2.5
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Setiap tindakan dalam proses pembelajaran
pasti mempunyai tujuan. Keberhasilan suatu tindakan dapat diukur dengan melihat
manfaatnya. Demikian juga dengan penelitian tindakan kelas, selain bertujuan
meningkatkan dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas keberhasilannya
diukur dari kemanfaatan tindakan alternatif bagi perbaikan tersebut. Adapun
manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas mencakup
(a)
inovasi pembelajaran,
(b)
pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas,
(c)
peningkatan professional guru.
Dalam inovasi pembelajaran, guru
selalu perlu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya
mengajarnya agar ia mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan
tuntutan kelasnya. Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda-beda setiap
tahun. Oleh sebab itu kalau guru mengadakan penelitian tindakan kelas berangkat
dari permasalahan yang dihadapi di kelasnya dan menghasilkan solusi terhadap
masalahnya. Dengan proses belajar di kelas seperti itu guru tersebut telah
melakukan inovasi pembelajaran.
Dari aspek pengembangan kurikulum,
penelitian tindakan kelas juga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru.
Guru kelas harus bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum dalam
tingkat sekolah maupun kelas, penelitian tindakan kelas akan sangat bermanfaat
sebagai salah satu sumber masukan. Dari aspek profesionalisme guru dalam proses
pembelajaran memiliki manfaat yang sangat penting. Guru yang professional tentu
tidak enggan melakukan perubahanperubahan dalam praktek pembelajarannya sesuai
dengan kondisi kelasnya. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu media
yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, untuk
selanjutnya meningkatkan ke arah perbaikan secara profesional. Guru profesional
menurut Suyanto (1997) perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap
parktek pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri,
kemudian direfleksikan, lalu diperbaiki guru akhirnya akan mendapatkan otonomi
secara profesional. Konsep penting dalam pendidikan adalah selalu adanya upaya
perbaikan dari waktu ke waktu pada proses pemebalajarnnya. Hal ini terjadi
karena guru mau melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
profesionalismenya.
2.5 Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model Penelitian
Tindakan Kelas. Berikut akan dibahas tiga model Penelitian Tindakan Kelas.
1.
Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan dari
berbagai model penelitian tindakan karena Kurt Lewin yang pertama kali
memperkenalkan penelitian tindakan atau action research. Dengan demikian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ada yang mengacu pada model Kurt Lewin.
Komponen pokok dalam penelitian tindakan Kurt Lewin adalah:
1)
perencanaan (planning)
2)
tindakan (acting)
3)
pengamatan (observing)
4)
refleksi (reflecting)
Hubungan
keempat konsep pokok tersebut digambarkan dengan diagram sebagai berikut.
Gambar:
diagram model kurt lewin
2.
Model Kemmis & Taggart
Konsep dasar yang diperkenalkan oleh
Kurt Lewin dikembangkan oleh Kemmis & Mc. Taggart. Komponen tindakan
(acting) dengan pengamatan (observing) disatukan dengan alasan kedua kegiatan
itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua kegitan harusalah
dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Begitu berlangsung suatu kegiatan
dilakukan, kegiatan observasi harus dilakukan sesegera mungkin. Bentuk model
dari Kemmis dan Mc. Taggart dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar
: bagan Model Kemmis & Taggart
Model Kemmis & Mc. Taggart bila
dicermati hakekatnya berupa perangkatperangkat atau untaian–untaian dengan satu
perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,tindakan, pengamatan
dan refleksi. Untaian tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Oleh karena itu
pengertian siklus di sini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi. Banyaknya siklus dalam penelitian tindakan
kelas tergantung dari permasalahan yang perlu dipecahkan, semakin banyak
permasalahan yang ingin dipecahkan semakin banyak pula siklus yang akan
dilalui. Jika suatu penelitian tindakan kelas ingin mengkaitkan materi
pelajaran dan kompetensi dasar dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap
mata pelajaran melibatkan lebih dari dua siklus.(Depdiknas, 2005).
Pada
gambar diatas tampak bahwa terdapat dua perangkat komponen yang dapat dikatakan
sebagai 2 siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah jumlah siklus
bergantung pada masalah yang perlu diselesaikan. Apabila permasalahan
tersebut terkait materi dan tujuan
pembelajaran maka jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran tidak hanya dua
tetapi bisa jauh lebih banyak dari itu, mungkin lima atau enam siklus.
Menurut
model ini, pelaksanaan penelitian tindakan mencakup 4 langkah:
–
Merumuskan masalah dan merencanakan
tindakan
–
Melaksanakan tindakan dan
pengamatan/monitoring
–
Merefleksi hasil pengamatan
–
Mengubah revisi perencanaan atau
pengembangan selanjutnya
Secara diagramatis langkah-langkah PTK menurut
model ini dapat disajikan dalam gambar dibawah ini:
Gambar:
langkah-langkah PTK menurut model Kemmis dan Mc Taggart
1. Perencanaan
(planning)
Berdasarkan
identifikasi masalah yang dilakukan pada tahapan pra-PTK, rencana tindakan di
susun untuk menguji secara empiris hipotesis yang telah ditentukan. Rencana
tindakan tersebut mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala
keperluan pelaksanaan tindakan mulai dari materi/bahan ajar, rencana pelajaran
yang mencakup metode/teknik mengajar, serta teknik dan instrumen
observasi/evaluasi disiapkan dengan matang pada tahap ini. Dalam tahapan ini
pula diperhitungkan segala kendala yang mungkin terjadi pada saat tahap
implementasi berlangsung. Dengan melaksanakan antisipasi dini, diharapkan
pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik.
2. Tindakan
(acting)
Tahap
tindakan merupakan implementasi dari semua rencana yang telah dibuat. Tahapan
yang berlangsung dikelas merupakan realisasi dari segala teori pendidikan dan
teknik mengajar yang telah dipersiapkan sebelumnya langkah-langkah yang telah
dilakukan oleh guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku dan hasilnya
berupa peningkatan keefektifan proses pembelajaran yang bermuara pada peningkatan hasil belajar peserta didik.
Dalam pelaksanaan ini guru berperan ganda
artinya sebagai pelaksana pembelajaran dan sebagai peneliti. Selain sibuk
mengajar untuk melaksanakan persiapan yang telah dibuat, pada saat yang sama
guru harus melakukan observasi dan penelitian terhadap apa yang guru lakukan
bersama peserta didiknya. Jadi, dalam tahapan ini juga berlangsung tahapan
berikutnya, yaitu observasi.
3. Pengamatan
(observing)
Kegiatan
observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahapan ini,
data-data tentang pelaksanaan tindakan dari rencana yang sudah dibuat serta
dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran dikumpulkan dengan alat bantu
instrumen pengamatan yang telah dikembangkan. Tahap ini juga perlu
mempertimbangkan penggunaan beberapa instrumen demi kepentingan triangulasi
data.
4. Refleksi
(reflecting)
Releksi
merupakan tahapan untuk memproses data yang diperoleh pada saat melakukan
pengamatan. Data yang diperoleh kemudian diinterpretasi, dicarai eksplanasinya,
dan dianalisis.
Proses
refleksi memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan
PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpercaya, akan diperoleh masukan
yang sangat berhargadan akurat bagi penentuan langkah selajutnya.
Keempat tahapan dalam PTK ini
membentuk satu siklus yang menyeluruh.
Siklus ini kemudian diikuti siklus-siklus yang lain secara berkesinambungan.
Berakhirnya suatu siklus bergantung pada peneliti, apakah sudah merasa cukup
melakukan PTK dengan jumlah siklus yang sesuai.
3. Desain
PTK model Jhon Elliott
Desain
PTK model jhon elliott dikembangkan berdasarkan konsep dasar kurt lewin, desain
PTK Jhon Elliott menunjukkan bahwa satu tindakan terdiri atas beberapa langkah
tindakan yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2, dan langkah tindakan 3.
Langkah-langkah untuk setiap tindakan ini diambil berdasarkan pemikiran bahwa
dalam suatu mata pelajaran terdapat beberapa pokok bahasan dan setiap pokok
bahasan terdiri atas beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu
kali tindakan. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan suatu pokok bahasan tertentu
diperlukan beberapa kali tindakan yang terealisasi dalam suatu kegiatan belajar
mengajar.
Gambar: desain PTK model Jhon Elliot
3. Model Hopkins
Berdasarkan
model-model Penelitian Tindakan Kelas dari Kurt Lewin, Kemmis & Mc.
Taggart, Hopkin menyusun desain sendiri dengan skema sebagai berikut.
Gambar:
desain PTK model hopskin
4.
Desain PTK model McKernan
Mc Kernan menjabarkan lebih rinci
proses penelitian tindakan dalam tujuh langkah yang harus dicermati.
- Analisa situasi atau kenal medan
- Perumusan dan klarifikasi permasalahn
- Hipotesis tindakan
- Perencanaan tindakan
- Implementasi tindakan dengan monitoringnya
- Evaluasi hasil tindakan
- Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya
Langkah
tersebut dapat divisualisasikan dalam gambar yang tampak sebagai berikut.
Gambar:
desain PTK model Mc Kernan
2.6
Bentuk-Bentuk Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa bentuk penelitian
tindakan kelas. Oja dan Smulyan (1989) dalam Sudarsono (1997)membedakan adanya
empat bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu:
a. Guru sebagai
peneliti.
b. Penelitian
Tindakan Kolaboratif
c. Simultan
Terintegratif
d. Administrasi
Sosial Eksperimental
Pada bentuk yang pertama merupakan
bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki
ciri penting yaitu sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses penelitian
tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian ialah meningkatkan
praktek pembelajaran di kelas di mana guru terlibat secara penuh dalam proses
perencanaan, aksi (tindakan) dan refleksi. Dalam bentuk penelitian ini, guru
mencari problema sendiri untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas.
Jika melibatkan orang lain perannya tidak dominan. Sebaliknya keterlibatan
pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mempertajam atau mencari
problema pembelajaran di kelas. Guru sebagai peneliti, peran pihak luar (orang
lain) sangat kecil dalam proses penelitian.
Pada bentuk penelitian kedua,
Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif, melibatkan beberapa pihak baik guru,
kepala sekolah maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan
praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori dan karier guru. Model
penelitian kolaboratif ini dirancang dan dilaksanakan oleh sutu tim yang
terdiri dari guru, dosen dan kepala sekolah. Hubungan antara ketiga pihak
tersebut bersifat kemitraan yang dapat secara bersama-sama memikirkan
persoalan-persoalan yang dihadapi untuk diteliti melalui penelitian
Kolaboratif
Pada bentuk ketiga, Simultan
Terintegratif, tujuan utama penelitian adalah untuk dua hal sekaligus yaitu
memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran praktis, dan untuk menghasilkan
pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas. Dalam penelitian
ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelasnya, terutama aspek aksi dan
refleksi terhadap praktek-praktek pembelajaran di kelas. Meskipun demikian
persoalan-persoalan pembelajaran yang diteliti datang dan diidentifikasi oleh
peneliti dari luar. Pengambil posisi innovator adalah peneliti dari luar. Pada
penelitian tindakan kelas keempat, Administrasi Sosial Ekspermental, lebih
menekankan dampak kebijakan dan praktek. Dalam pelaksanaannya guru tidak
dilibatkan baik dalam perencanaan, aksi maupun refleksi terhadap praktek
pembelajarannya. Guru tidak banyak memberikan masukan pada proses penelitian
ini. Tanggung jawab penelitian sepenuhnya ada pada pihak luar. Dalam bentuk ini
peneliti bekerja atas dasar hipotesis tertentu, kemudian melakukan bentuk tes
dalam sebuah eksperimen.
2.7 Prinsip-Prinsip PTK
a. Tindakan
dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu
atau menghambat kegiatan utama. Misalnya bagi guru atau calon guru tidak boleh
sampai mengorbankan kegiatan atau proses belajar mengajar.
b. Masalah
penelitian yang dipilih guru seharusnya merupakan masalah yang cukup
merisaukannya. Pendorong utama pelaksanaan PTK adalah komitmen profesional
untuk memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
c. Pelaksanaan
PTK tidak boleh mengganggu komitmennya sebagai pengajar.
Oleh karena itu, guru hendaknya
memperhatikan tiga hal. Pertama, guru perlu menyadari bahwa dalam
mencobakan sesuatu tindakan pembelajaran yang baru, selalu ada kemungkinan
hasilnya tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Kedua, siklus tindakan
dilakukan dengan selaras dengan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan,
khususnya dari segi pembentukan kompetensi yang dicantumkan di dalam Standar
Isi, yang sudah dioperasionalkan ke dalam bentuk silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, penetapan siklus tindakan dalam PTK
mengacu pada penguasaan kompetensi yang ditargetkan pada tahap perencanaan.
Jadi pedoman siklus PTK bukan ditentukan oleh ketercukupan data yang diperoleh
peneliti, melainkan mengacu kepada seberapa jauh tindakan yang dilakukan itu
sudah dapat memperbaiki kinerja yang menjadi alasan dilaksanakan PTK tadi.
d. Dalam
menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten, memiliki kepedulian
tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini
penting ditekankan karena selain melibatkan anakanak manusia, PTK juga hadir
dalam suatu konteks organisasional, sehingga penyelenggaraannya harus
mengindahkan tata-krama kehidupan berorganisasi.
e. Meskipun
kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan
PTK sejauh mungkin harus digunakan classroomexceeding perspective, dalam
arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran
tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
f. PTK
dilakukan sebagai kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja peneliti (guru) yang
bersangkutan. Guru melakukan PTK karena menyadari adanya kekurangan di dalam
kinerja dan karena itu ingin melakukan perbaikan.
g. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak
menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses
pembelajaran. PTK sejauh mungkin menggunakan prosedur pengumpulan data yang
dapat ditangani sendiri oleh guru dan ia tetap aktif berfungsi sebagai guru
yang bertugas secara penuh. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik-teknik
perekaman yang cukup sederhana, namun dapat menghasilkan informasi yang cukup
berarti dan dapat dipercaya.
h. Metode
yang digunakan harus cukup reliabel, sehingga memungkinkan guru
mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta
memperoleh data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
dikemukakannya. Oleh karena itu, meskipun pada dasarnya memperbolehkan
kelonggaran, namun penerapan asas-asas dasar tetap harus dipertahankan.
2.8 Metode
Penelitian Dalam PTK
Metode penelitian merupakan
langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian.
Secara khusus, metode penelitian dalam PTK berbeda dengan metode penelitian
pada umumnya sesuai dengan karakteristik PTK sendiri. Adapun metode penelitian
dalam PTK meliputi :
1. Setting Penelitian
Setting penelitian menggambarkan
kapan dan dimana penelitian akan dilakukan, subyek penelitian yang meliputi
siapa, berapa jumlahnya, karakteristiknya bagaimana serta kolaboratornya (jika
PTK kelompok) juga harus disertakan.
2. Prosedur penelitian
Meliputi prosedur-prosedur yang akan
dilaksanakan dalam PTK antara lain (diadopsi dari Edi Prajitno, 2008) :
a. Perencanaan
Prosedur
perencanaan mendeskripsikan tentang :
- rencana
identifikasi permsalahan serta cara untuk memantapkan keadaan sebenarnya.
- Rencana Alternative tindakan yang mungkin dilakukan dalam pembelajaran
yang digunakan untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran.
- Rencana penyediaan sarana dan media yang diperlukan dalam penelitian
b. Implementasi
Tindakan
Mendeskripsikan langkah-langkah
implementasi tindakan yang akan dilakukan yang meliputi strategi apa yang akan
dilakukan, materi apa yang akan diajarkan atau dibahas.
c. Monitoring
Tahapan monitoring
mendeskripsikan :
- alat monitoring apa saja yang akan digunakan dalam mengamati
pelaksanaan tindakan dan kejadian selama pelaksanaan tindakan
- siapa petugas yang yang melakukan monitoring
d. Refleksi
Mendeskripsikan mengenai bagaimana
melakukan refleksi terhadap implementasi tindakan berdasarkan hasil monitoring
3. Teknik
Pengumpulan Data
Bagian ini mendeskripsikan tentang
bagaimana cara mengumpulkan data sebagai dasar dalam menetapkan alternative tindakan dan
melakukan refleksi. Teknik pengumpulan data yang yang dapat digunakan meliputi
observasi, metode wawancara, dokumentasi, angket dan tes.
4. Teknik Analisis
Data
Mendeskripsikan tentang bagaimana
cara menganilisis data yang telah dikumpulkan.
5. Kriteria
Keberhasilan Tindakan
Kriteria
keberhasilan tindakan merupakan ukuran berhasil tidaknya implementasi tindakan
yang akan dilakukan. Pada bagian ini mendeskripsikan mengenai ukuran yang akan
dijadikan patokan untuk menyelesaikan hal tersebut.
2.9 Tipologi
Dan Scope Penelitian Tindakan
Berdasarkan
setting dan lokasinya terdapat bermacam-macam penelitian tindakan (Henry &
McTaggart, dalam Depdikbud, 1999:2) yang masing-masing mempunyai penekanan
berbeda.
a. Participatory Action Research
Biasanya dilakukan
sebagai strategi transformasi sosial yang menekankan pada keterlibatan
masyarakat, rasa ikut memiliki program, dan analisis problem sosial berbasis
masyarakat.
b. Critical Action Research
Biasanya dilakukan
oleh kelompok yang secara kolektif mengkritisi masalah praktis dengan penekanan
pada komitmen untuk bertindak menyempurnakan situasi, misalnya hal-hal yang
terkait dengan ketimpangan ras atau gender.
c. Classroom Action Research
Biasanya dilakukan
oleh guru/calon guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan
pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran.
d. Institusional Action Research
Biasanya dilakukan
oleh pihak manajemen atau organisasi untuk meningkatkan kinerja, proses, dan
produktivitas dalam suatu lembaga. Intinya, tindakan yang berupaya
menyelesaikan masalah-masalah organisasi atau manajemen melalui pertukaran
pengalaman secara kritis.
Ditinjau dari scope atau ruang lingkupnya,
penelitian tindakan bisa dilakukan di berbagai level, antara lain:
a.
Penelitian tindakan skala makro
1) Meningkatkan
partisipasi dunia usaha dalam pembiayaan pendidikan.
2) Meningkatkan
angka partisipasi siswa tingkat SLTA.
3) Menggalakkan
penulisan karya ilmiah penelitian oleh guru.
b.
Penelitian tindakan level sekolah
1) Meningkatkan
kepedulian orang tua untuk mendorong belajar siswa.
2) Mengurangi
jumlah kasus “ school vandalism”
tawuran.
3) Menghidupkan
unit produksi di sekolah kejuruan.
c.
Penelitian tindakan untuk guru (level kelas)
1) Meningkatkan
“time on task” siswa dalam
pembelajaran
2) Merangsang
anak untuk berani bertanya dalam KBM.
3) Mengatasi
kesulitan siswa dalam pokok bahasan fungsi komposit.
4) Menumbuhkan
kebetahan siswa belajar sejarah di perpustakaan.
2.10 Alasan
Perlunya Dilakukan Penelitian Tindakan Kelas
Proses belajar
mengajar yang efektif dan bermakna akan berlangsung bila proses belajar
mengajar benar-benar dapat memberikan keberhasilan dan kepuasan, baik bagi
siswa maupun guru (Amin, 1985). Hal itu hanya bisa terjadi bila guru menaruh
perhatian pada keefektifan sistem pembelajarannya dn yang dipacu oleh suatu
keinginan dan kemauanuntuk selalu memperbaiki pembelajarannya. Kemauan dan keinginan
itu harus didukung oleh adanya kesadaran dari guru bahwa ada masalah-masalah
yang harus dipecahkan dalam sistem pembelajarannya. Dengan kata lain ia harus
bersedia mengakui kekurangan-kekurangan yang ada dalam dirinya dan bersedia
memperbaiki praktik profesionalnya.
Stringer (2004:30) menulisakan bahwa alasan untuk menuliskan PTK
seharusnya tidak hanya dari sisi guru tetapi juga dari sisi siswa yang
dilibatkan dalam PTK. Dalam hal ini, ia menyatakan sebagai berikut
We discovered that teaching is a complex art that requires teachers
to facilitate learning, to enact or model what is to be learned, and to create
appropiate organizational and social conditions that enable learning to
occur...engaging students in learning processes that not only enable them to
acquire discrete pieces of information, but also to engage in active inquiry
and discovery that lead them to see and understand their real-life experiences
in new ways.
Jadi hasil akhir
PTK yakni bahwa tidak hanya siswa yang merasa perlu dan wajib belajar sehingga
ikut bertanggung jawab atas hasil belajarnya namun guru juga dapat menyebabkan
atau menimbulkan keinginan siswa untuk merasakan kebutuhan untuk itu. Alasan
perlunya PTK adalah karena PTK membuat guru dan siswa mampu membangun cara-cara
yang berbeda untuk menyelesaikan atau menyempurnakan tugas-tugas
membelajarkan/belajar memperbaiki praktik pembelajaran dan tingkah laku belajar
dalam kelas, serta mampu mengerjakan
kegiatan belajar dan membelajarkan yang efektif untuk semuanya.
PTK perlu
dilakukan karena dapat menjadi alat untuk meningkatkan kerjasama antara guru
atau dosen. Selain kerjasama dalam LKG dan MGMP , kerjasama antarguru selama
ini termasuk sesuatu yang “langka”. Kebanyakan guru hanya bertatap muka dengan
siswanya dan berdiskusi mengenai pembelajaran dengan siswa. PTK dapat menjadi
sarana ampuh bagi guru untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman mengenai
masalah-masalah pembelajaran yang mereka hadapi bersama.
§ Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan
Guru dan Calon Guru
PTK juga dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dan kolaborasi (kerasama/kemitraan) antara
guru dengan dosen bidang studi yang sama. Di Jepang kegiatan serupa PTK yang
disebut sebagai “lesson study” menjadi sarana komunikasi antara guru
dengan kepala sekolah dan dengan guru seluruh sekolah yang bersepakat
memanfaatkannya untuk itu sebagai sarana pengembangan sekolah. Hasil “lesson
study” ini kemudian diperkenalkan ke guru-guru yang diundang ke sekolah itu
setahun sekali pada kegiatan tahunan memperkenalkan filosofi yang dianut oleh
sekolah serta pamer hasil kegiatan proyek siswa-siswanya.
Selain beberapa
alasan tersebut, PTK dapat dijadikan sarana untuk “naik pangkat” dan sarana
untuk melengkapi bukti kinerja yang dimasukkan ke dalam portofolio paa saat
sertifikasi guru dan calon guru. Bila hasil PTK ini dtulis menjadi artikel,
makalah, atau laporan penelitian maka dapat dijadikan nilai tambah untuk
memenuhi persyaratan naik pangkat atau naskah bukti dalam portofolio. Penulisan
proposal ptk juga dapat dilakukan untuk mencari dana penelitian bila ada
tawaran dari pihak sponsor.
Salah satu
keprofesionalan guru adalah “selalu besedia belajar sepanjang hayat” dan salah
satu sarana untuk belajar sepanjang hayat itu adalah dengan melakukan
penelitian tindakan kelas (PTK).
Alasan terpenting
perlunya dilakukan PTK adalah guru tidak perlu takut kepada istilah
“penelitian” yang sering memberi kesan harus baca buku tebal-tebal,
artikel-artikel sulit karena berbahasa inggris, belum lagi statistik
inferensial yang rumit-rumit. PTK ini tidak memerlukan teori yang muluk-muluk
dan statistik semacam itu karena dapat
dilakukan dengan dasarrasa kepedulian dan perhatian kepada siswa (seperti “anak
sendiri” atau untuk kemaslahatan siswa), serta modal hasil berpikir dan
kreativitas serta kemauan guru. Selain itu, PTK tidak dilakukan didalam
laboratorium yang memerlukan bahan yang mahal atau peralatan yang serba canggih
atau diluar kelas sehingga harus mengganggu dan meninggalkan pembelajaran, tetapi
PTK cukup dilakukan di dalam kelas masing-masing pelaksananya. Jadi yang masih
harus di sediakan adalah pengetahuan
mengenai PTK (apa, mengapa, bagaimana) dan keinginan serta kemauan untuk
melaksanakannya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas merupakan
salah satu jenis kegiatan pengembangan profesi guru. Jenis penelitian ini pada
dasarnya merupakan kegiatan penelitian yang dapat dilaksanakan guru dalam
kelasnya dan hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajarannya.
PTK betujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa di
kelas maupun sekolahnya. PTK berfokus pada kelas atau proses pembelajaran yang
terjadi di kelas, bukan pada input kelas sehingga PTK harus bertujuan atau
mengenai hal-hal yang terjadi di kelas.
PTK merupakan bagian penting dari
upaya pengembangan profesi guru karena dengan PTK mampu membelajarkan guru
untuk berfikir kritis dan sistematis, serta membelajarkan guru untuk menulis.
Untuk itu perlu kiranya guru secara terus menerus mengupayakan diri melakukan
penelitian tindakan kelas demi peningkatan/perbaikan pembelajarannya di kelas
dan pengembangan diri sebagai guru profesional.
DAFTAR PUSTAKA
·
Arrend, W.J. (2001), Working together
for environmental management: The role of information sharing and collaborative
learning, Ph.D. Thesis (Development Studies) ,Massey University,pp.12-29.
·
Depdikbud. (1999) Penelitian tindakan
kelas. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru sekolah menengah, Ditjen Dikti,
depdikbud.
·
Depdiknas. 2005. ”Penulisan Karya Ilmiah”
dalam Materi Pelatihan Terintegrasi Jilid 3.Jakarta: Depdiknas Dirjen
Pendidikan Dasar dan Mengengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
·
Elliot, J. (1982) Developing Hypothesis
about Classrooms from Teachers
·
Edi Prajitno. 2008. Metode Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Pelatihan PTK Bagi Guru Di
Propinsi DIY. Lembaga Penelitian UNY. 2008.
·
Hopkins, D. (1993), A teacher’s guide
to classroom research, Open University Press, Buckingham.
·
Kemmis, s. & McTaggart, R. (1988) The
Action Research Planner. 3rd ed. Victoria, Australia: Deakin University.
·
Kemmis, S. (1983) Becoming Critical:
Education, Knowledge, and Action Research. Geelong, Victoria, Australia: Deakin
University.
·
Kemmis, S. & McTaggart, R. (1990). The
action research planner, Deaken University, Victoria. Kemmis, S. &
McTaggart, R. (2000). Participatory action research, In: Denzin, N.K.
& Lincoln, Yv.S. Handbooks of qualitative research. 2-nd. Thousand
Oaks: SAGE Puplication. Inc.
·
McNofke, J. (1994), Action research:
Princilples and practice, Routlege, London.
·
McTaggart, R. (1991), Action research:
A short modern history, Deaken University, Victoria.
·
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
No comments:
Post a Comment