BAHAN
AJAR FILUM ANNELIDA
SISTEMATIKA
HEWAN INVERTEBRATA
DOSEN
PEMBIMBING: Dr.SUPIANA DIAN.M,Kes.
OLEH
: ALI MUSTOFA
2013-C
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN
Jalan raya manuggal no.61
tuban.Telp.(0356)322233
2015
KATA
PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah selain puja dan
puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
penulisan Bahan Ajar ini dapat berjalan
dengan lancar dan diselesaikan dengan baik.
Ucapan terimakasih Penulis haturkan kepada
Dosen pengampu mata kuliah Sistematika Hewan Invertebrata, Dr.SUPIANA
DIAN.M,Kes. yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis sehingga Penulis
dapat menyelesaikan bahan Ajar ini
dengan baik dan benar. Penulisan bahan Ajar
ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistematika Hewan
Invertebrata. Penulis sangat menyadari bahwa
dalam menyusun bahan Ajar ini
masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai bahan
pembenahan yang lebih lanjut serta peningkatan kualitas dari bahan Ajar ini. Dan semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi
pembaca.
Tuban , 16
Desember 2014
Penulis
KATA
PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah selain puja dan
puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
penulisan Bahan Ajar ini dapat berjalan
dengan lancar dan diselesaikan dengan baik.
Ucapan terimakasih Penulis haturkan kepada
Dosen pengampu mata kuliah Sistematika Hewan Invertebrata, Dr.SUPIANA
DIAN.M,Kes. yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis sehingga Penulis
dapat menyelesaikan bahan Ajar ini dengan
baik dan benar. Penulisan bahan Ajar ini
digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistematika Hewan Invertebrata.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam
menyusun bahan Ajar ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai bahan pembenahan yang
lebih lanjut serta peningkatan kualitas dari bahan Ajar ini. Dan semoga bahan ajar ini bermanfaat
bagi pembaca.
Tuban , 16
Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.........................................................................................................................1
Kata pengantar
........................................................................................................................2
Daftar isi
...................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang....................................................................................................................5
B. Ruang Lingkup
Isi...............................................................................................................5
C. Sasaran Bahan
Ajar............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
filum Annelida............................................................................................7
B.
Morfologi
tubuh filum Annelida..................................................................................8
C.
Cara
Hidup dan Habitat Annelida............................................................................10
D.
Kebiasaan
makan dan cara makan filum Annelida.................................................13
E.
Klasifikasi
filum Annelida..........................................................................................14
F.
Peranan
hewan filum Annelida..................................................................................17
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................................................18
B.
Saran ..................................................................................................................................18
Daftar Pustaka
BAHAN
AJAR COELENTERATA
SISTEMATIKA
HEWAN INVERTEBRATA
Mata
Kuliah : Sistematika Hewan Invertebrata
Materi
: Filum Annelida
Semester : 3 (tiga)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Annelida dalam
bahasa latin, annulus= cincin, atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan
tubuh bersegmen. Berbeda dengan pltyhelminthes dan nematyhelminthes, annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah
memiliki rongga tubuh sejati atau hewan selomata. Namun annelida merupakan
hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Filum annelida terdiri dari
cacing berbuku-buku seperti cacing tanah. Perkembangan buku-buku badan ini
memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas badan
(segmentasi) yang berbeda. Annelida
memiliki coelom yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks.
Terdapat sekitar 12,000 jenis di laut, air tawar, dan daratan, terbagi menjadi
tiga kelas
B.
Ruang Lingkup Isi
1.
Pengertian filum Annelida
2.
Morfologi tubuh filum Annelida
3.
Sistem reproduksi filum Annelida
4.
Kebiasaan makan dan cara makan filum Annelida
5.
Klasifikasi filum Annelida
6.
Peranan hewan filum Annelida
C.
Sasaran Pembelajaran Modul
Standart
Kompetensi :
1. memahami struktur morfologi dan anatomi Annelida
dan perananya bagi lingkungan
Kompetensi
Dasar:
1.1 mendeskripsikan ciri khas masing-masing
spesies filum Annelida
1.2 membandingkan struktur luar dan struktur
dalam filum Annelida
1.3 memahami peranan Annelida dalam kehidupan
Indikator
1.
Menjelaskan pengertian filum Annelida
2.
Menjelaskan morfologi tubuh filum Annelida
3.
Menjelaskan sistem reproduksi filum Annelida
4.
Menjelaskan kebiasaan makan dan cara makan filum Annelida
5.
Menjelaskan klasifikasi filum Annelida
6.
Menjelaskan peranan hewan filum Annelida
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Annelida
Annelida dalam
bahasa latin, annulus= cincin, atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan
tubuh bersegmen. Berbeda dengan pltyhelminthes dan nematyhelminthes, annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah
memiliki rongga tubuh sejati atau hewan selomata. Namun annelida merupakan
hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Filum annelida terdiri dari
cacing berbuku-buku seperti cacing tanah. Perkembangan buku-buku badan ini
memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas badan (segmentasi)
yang berbeda. Annelida memiliki
coelom yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat
sekitar 12,000 jenis di laut, air tawar, dan daratan, terbagi menjadi tiga
kelas .
Jumlah Annelida yang telah dikenal sekitar 15.000 spesies dengan ukuran
yang bervariasi, dari yang panjangnya 1 mm hingga 3 m. Annelida dapat hidup di
berbagai tempat, baik di air tawar, air laut, atau daratan. Umumnya hidup
bebas, meskipun ada yang bersifat parasit. Cacing ini mempunyai tingkatan lebih
tinggi dibanding dengan kedua kelompok
cacing yang telah dibahas sebelumnya. annelida memiliki bentuk tubuh
bilateral, dengan tubuh beruas-ruas dan dilapisi lapisan kutikula nonchitinous
serta dilengkapi pula oleh sejumlah bristle chitin yang disebut setae. Cacing ini
terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya terbagi sesuai dengan ruas-ruas
tubuhnya dan satu sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Pembuluh darah,
sistem saraf, dan sistem ekskresi di setiap segmen saling berhubungan melewati
septa. Meskipun demikian, antara ruas satu dengan ruas lainnya tetap
berhubungan sehingga terlihat seperti cincin yang terkoordinasi.
Cacing tanah merupakan hewan
hemafrodit, mereka melakukan pembuahan secara silang. Sel sperma yang
dipertukarkan disimpan dalam klitelum untuk kemudian diselubungi mukus (lendir)
mebentuk kokon. Kokon dilepas dalam tanah dan berkembang menjadi embrio yang siap
menjadi individu baru. Perkembangan vegetatifnya dengan cara fragmentasi tubuh
yang diikuti dengan regenerasi. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini,
hidup didalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air. Pada umumnya
annelida hidup bebas, beberapa juga termasuk parasit. Disamping tubuhnya
bersegmen, juga tertutupi oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari
epidemis dan sudah ada rongga tubuh. Simetri bilateral berbentuk seperti
gelang. Memiliki ronnga badan tripblastik. Ruas tubuhnya segmen disebut sistem
pencernaan lengkap atau sempurna. Annelida yang hidup ditanah berperan penting
dalam memperbaiki struktur tanah untuk pertanian dan mengembalikan mineral yang
penting untuk menjaga kesuburan tanah. Bersifat metameri (antara segmen yang
satu dengan segmen yang lainnya sama baik bentuk luar maupun alat-alat
tubuhnya. Memiliki tiga penyusun tubuh yaitu endoderma, mesoderma, dan
ektoderma.
B.
CIRI MORFOLOGI
•Tubuh tersusun atas segmen-segmen
menyerupai gelang/ cincin
•Segmen terdapat di bagian luar dan
dalam tubuhnya. Diantara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang
disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf
di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa
•Panjang tubuh bervariasi dari
sekitar 1 mm hingga 3 m
•Bentuk
tubuhnya simetris bilateral, tubuh dilapisi kutikula
C.
Struktur tubuh Annelida
Gambar:Anatomi
Annelida
a.
Morfologi
Cacing tanah tidak memiliki kaki.
Memiliki kerutan (seta) disepanjang tubuhnya yang dapat dijulur-kerutkan
(bergerak sperti spiral). Bagian belakangnya berfungsi sebagai penahan
(jangkar). Klitelum merupakan organ pembentukan telur. Warna bagian punggung
(dorsal) adalah coklat sampai keunguan. Warna bagian bawah (ventral) adalah
krem. Pada bagian depan (anterior) terdapat mulut tak bergigi. Pada bagian
belakang (posterior) terdapat anus. Cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang
tersusun oleh segmen-segmen fraksi luar dan fraksi dalam yang saling
berhubungan secara integral. Diselaputi oleh epidermis berupa kutikula (kulit
kaku) berpigmen tipis dan seta. Kecuali pada dua segmen pertama bagian mulut.
b. Anatomi
Tubuh cacing tanah sebagian besar
terdiri dari air dan tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang dapat
menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak didalam tanah. Cacing
tanah tidak memiliki tulang, gigi, mata, telinga, dan kaki. Cacing tanah
memiliki lima jantung. Cacing tanah memiliki organ perasa yang sensititf
terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan
intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga
memiliki kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap ransangan kimia.
Organ-organ perasa pada cacing tanah terletak di bagian anterior (depan/muka).
Kepala cacing tanah terletak pada bagian yang paling dekat dengan klitellum.
Mereka biasanya bergerak searah bagian kepala menghadap saat berpindah tempat.
Klitelium adalah segmen pada cacing tanah (mirip korset) tempat kelenjar sel.
Untuk bersenggama. Fungsinya untuk
membentuk kokon (kepompong) dari sekresi lendir dimana sel-sel telur akan
diletakkan nantinya didalam kokon ini.
D.
CARA HIDUP DAN HABITAT
c.
Sistem organ
1.
Sistem pencernaan
Cacing tanah akan memakan apa saja
yang bersifat organik yang dapat diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak
bisa makan makanan yang kering. Mula-mula makanan dicerna di mulut, dan
diteruskan ke esofagus, kemudian di bawah ke crop. Setelah menuju crop, makanan
tersebut diteruskan ke empedal, lalu ke proventrikulus, dan dilanjutkan ke
usus, kemudian keluar melalui kloaka. Kotoran tersebut bermanfaat bagi tanaman.
Gambar: bagian
pencernaan Lumbricus terresteris
2.
Siklus hidup
Sepasang cacing tanah dewasa dapat
berkembang biak hingga menghasilkan 1500 ekor cacing dalam satu tahun. Populasi
cacing tanah mengalami peningkatan hingga 100% setiap 4-6 bulan. Cacing tanah akan
membatasi perkembangbiakan mereka agar sesuai dengan makanan yang tersedia dan ukuran tempat hidup mereka.
Cacing tanah adalah hewan hemafrodit. Meskipun hemafrodit tidak bisa
melakukannya sendiri. Cacing tanah dapat kawin sekali setiap sepuluh hari, dan
dari perkawinan itu dapat menghasilkan satu atau dua kepompong. Satu kepompong
dapat menampung hingga 10 telur, namun biasanya 4 cacing mudah yang dapat
menetas. Telur cacing tanah dapat menetas hingga 3 minggu jika cuaca hangat,
namun bisa mencapai 3 bulan jika cuaca dingin. Saat cacing tanah siap keluar
kepompong berubah warna menjadi kemerahan dan berukuran sebesar biji anggur.
Anak cacing tanah yang baru menetas berukuran sekitar 1,2 cm.
3.
Sistem ekskresi
Cacing tanah dengan cacing pipih memiliki
sistem ekskresi yang berbeda. Cacing tanah memiliki sistem ekskresi khusus yang
terdapat pada setiap segmen tubuhnya. Alat ekskresi ini dinamakan nefridium.
Pada setiap segmen tubuh cacing tanah terdapat sepasang nefridium. Hanya tiga
segmen pertama dan segmen terakhir saja yang tidak terdapat alat ekskresi ini.
Nefridium dilengkapi dengan corong bersilia dan terbuka yang terletak pada
sekat pemisah antar segmen tubuh. Alat ini disebut nefrostom. Nefrostom
berfungsi sebagai penarik cairan tubuh dari satu segmen ke segmen lainnya.
Sedangkan sisa metabolisme akan dikelauarkan melalui sebuah lubang yang disebut
nefridiopori. Saat silia pada nefrostom bergetar, cairan tubuh dari segmen di
sebelahnya akan mengalir kedalam nefridium. Pada nefridium ini, zat berguna
seperti glukosa dan ion-ion diserap oleh darah untuk dialirkan melalui pembuluh
kapiler. Sedangkan zat sisa seperti air, senyawa nitrogen, dan garam yang tidak
berguna oleh tubuh dikeluarkan melalui nefridiopori.
Gambar:
bagian sistem ekskresi Lumbricus
terresteris
4.
Sistem respirasi
Cacing tanah tidak memiliki alat
pernafasan khusus maka ia menggunakan permukaan tubuh/ kulitnya sebagai tempat
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Tubuh cacing tertutup oleh selaput
bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah.
Karena permukaan kulit (epidermis, pori-pori dorsal) cacing tanah memiliki
kelenjar yang berlendir, yang berfungsi membasahi kulitnya tersebut. Melalui
selaput inilah terjadi difusi antara oksigen dengan karbondioksida yang
kemudian diteruskan kedalam pembuluh darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh
terpenuhi. Dibawah kulit cacing tanah terdapat kapiler-kepiler darah, melalui
kapiler inilah, oksigen berdifusi masuk, lalu oksigen ditangkap atau diikat oleh
hemoglobin yang terkandung dalam darah cacing untuk selanjutnya diedarkan
keseluruh tubuh. Gas hasil respirasi yaitu karbondioksida dikeluarkan dari
tubuh juga melalui permukaan kulitnya.
5.
Sistem reproduksi
Annelida umumnya
bereproduksi secara seksual dengan pembentukan gamet, memiliki klitelium
sebagai alat kopulasi. Klitelium adalah struktur reproduksi yang mensekresi
cairan dan membentuk kokon tempat deposit telur. Namun ada juga yang
bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual Annelida ada yang menjadi satu dengan
individu (hemafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris)
melalui larva trochophore berenang bebas.
Gambar:
reproduksi Lumbricus terresteris
6. sistem peredaran darah
•
Sudah memiliki pembuluh
darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup
•
Pembuluh darah memanjang
sepanjang tubuhnya serta bercabang-cabang di setiap segmen
•
Darah mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah
•
Pembuluh darah yang melingkari
esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh
•
Terdapat tiga pembuluh
utama, satu terletak di dorsal (= punggung) dan dua di ventral (= bagian perut)
•
Pembuluh dorsal berperan
sebagai jantung utama yang memompa darah melalui gerak peristaltik
•
Pada bagian anterior
(=depan) tubuh cacing terdapat lima pasang pembuluh melengkung yang mengitari
saluran pencernaan sehingga menghubungkan pembuluh dorsal dengan pembuluh
ventral
•
Kelima pasang pembuluh ini
berperan sebagai jantung tambahan yang membantu memompa darah menuju ke ventral
tubuh cacing. Disebut juga jantung aorta
Gambar:
sistem pembuluh darah Lumbricus
terresteris
Gambar:
sistem pembuluh darah Lumbricus
terresteris
d.
Habitat
Cacing tanah dapat hidup dan
berkembang biak pada habitat alami dan habitat buatan manusia. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi cacing tanah pada habitatnya. Habitat alami cacing
tanah hidup dan berkembang biak. Suhu atau temperatur tanah yang ideal untuk
pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokonnya berkisar antara 15oc
– 25oc. Suhu tanah yang lebih tinggi dari 25oc masih
cocok untuk cacing tanah tetapi harus diimbangi dengan kelembapan yang memadai
dan naungan yang cukup.
E.
Klasifikasi
Adapun klasifikasi pada Lumbricus terresteris adalah sebagai
berikut
Kingdom: Animalia
Filum: Annelida
Kelas: Oligochaeta
Ordo: Terricolae
Famili: Lumbricidae
Genus: Lumbricus
Spesies: Lumbricus terresteris
Annelida
dibagi menjadi tiga kelas, yaitu :
1.Polychaeta
(cacing berambut banyak)
POLYCHAETA(Yunani,
poly = banyak, chaetae = rambut kaku)
Merupakan
annelida berambut banyak Tubuh dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium)
dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur
seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen
tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus
sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas, Setiap parapodium memiliki
rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin, membantu melekat pada
substrat serta membantu pergerakan. Sebagian besar adalah hewan laut Contoh
Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte sp.) yang berwarna
cerah Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis sp., Marphysa
sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).
A.
Struktur tubuh Polychaeta
Gambar:
cacing kipas
Gambar:
Nereis sp
2.Oligochaeta
(cacing berambut sedikit)
OLIGOCHAETA(Oligo=sedikit,
chetae=rambut kaku) Annelida berambut sedikit Tidak memiliki parapodia,
namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen Contoh Oligochaeta yang paling
terkenal adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah
Asia (Pheretima sp), cacing merah (Tubifexsp.), dan cacing tanah raksasa
Australia (Digaster longmani) Cacing ini memakan organisme hidup yang ada
di dalam tanah dengan cara menggali tanah Kemampuannya yang dapat
menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah
Gambar:
Lumbricus terresteris
3.Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya
sedikit,
Tidak memiliki parapodium maupun seta
pada segmen tubuhnya, Panjang
Hirudinea bervariasi dari 1 –30 cm, bentuk tubuh pipih dengan ujung anterior
dan posterior yang meruncing•Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap
yang digunakan untuk menempel dan bergerak.
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya
sedikit,
Tidak memiliki parapodium maupun seta
pada segmen tubuhnya. Panjang
Hirudinea bervariasi dari 1 –30 cm, bentuk tubuh pipih dengan ujung anterior
dan posterior yang meruncing ada
anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan
bergerak
Gambar:
Lintah(Hirudo medicinalis
Gambar:
Haemadipsa picta
F.
Peranan Annelida
• Cacing tanah (Lumbricussp.) sebagai obat diare
karena memiliki senyawa aktif yang mampu melumpuhkan bakteri patogen, khususnya
Eschericia coli penyebab diare
• Mengobati stroke, hipertensi, penyumbatan pembuluh
darah (arterosklerosis) karena memiliki enzim lumbrokinase yang dapat
melarutkan penggumpalan darah
• Bahan produk kosmetik yang memanfaatkan bahan aktif
cacing sebagai substrat pelembut kulit, pelembab wajah, dan antiinfeksi
• Penyubur tanah
• Campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak
(Tubifex, Pheretima)
• Obat tifus
• Hirudo medicinalis(lintah), dalam bidang kedokteran
zat hirudin digunakan untuk mencegah proses pembekuan darah untuk membantu
proses operasi.
• •CacingTubifex merupakan salah satu jenis pakan
alami ikan yang hidup didasar perairan tawar. Selain itu juga sebagai indikator
pencemaran lingkungan karena tubifex dapat hidup pada daerah dengan kadar
oksigen rendah.
• •Eunice viridis(cacingpalolo) dan Lysidiceoele
(cacingwawo) sebagai makanan yang dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan
maluku.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada bahan ajar
ini adalah filum annelida dtinjau dari struktur morfologi memiliki mulut,
anterior, klitellum, organ kelamin, posterior, dan anus. Sedangkan untuk
struktur anatominya yaitu anus, klitellum, septum, lapisan otot, nefridium,
selom, esofagus, saluran sperma, wadah mani, ganglion, urat saraf, seta, mulut,
otak, faring, hati, vesikula seminalis, ovarium, pembuluh darah, krop, rempela,
dan usus. Selain itu Filum annelida juga sudah mempunyai sistem pernafasan yang
melaui difusi, sistem pembuluh daarah dan sistem pencernaan makanan yang
lengkap.
3.2 Saran
Adapun saran saya pada bahan ajar
ini adalah dibutuhkan kritik dan saran yang membangun agar penulis bisa
menyempurnakan lagi bahan ajar ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnes.,R.S.K.P.
Calaw and P.J.W. Olive. 1993. The Invertebrates a New
Synthesis.
Second Edition Black Well Scientific Publications Daford. Hal
122-137
Brusca,
R.C. and G.J. Brusca. 1990. Invertebrates Sinauter Associates. Inc
Publishers,
Sunderland Massachusetts. Hal 695-769
43
Pechnik,
J.A. 1991. Biology of The Invertebrates. Second Edition. Win C. Brown
Publishers
Dubuque. Hal 269-341
Ruppert,
E.E and R.D. Barnes., 19994. Invertebrates Zoology. Sixth Edition.
Saunder’s
College Publishing. Forth Worth. Hal 361-498.
Suwigyo,
S.B. Widigdo. Y. Wardiatno dan M. Krisanti., 1998. Avertebrata Air.
Jilid
I. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 105-160
Form No. 5 (11 Mei
2003).
Fox, R. 2001.
Invertebrata Zoolegs. Leboratry Exercise. Hhtp/www.Lander
edition/rsfor/310
porifera lab. Htm/(11 Mei 2003).
Hegner, W. R.,
1968. Invertebrata Zoolegg Sereal Edition. Maemillan Publishing
co.inc.hal 121-148
Suwignyo, S.B.
Widigdo., Y Wardiatno dan M. Kristanti, 1997. Avertebrata Air.
Jilid 5. Fakultas
Perikanan, Institut Pertanaian Bogor. Bogor. Hal 28-34.
Rusyana,
Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori
dan Praktik). Bandung : ALFABETA
Campbell,
N.A. & Reece, J.B. (2002). Biology.
New York: World Student Series Publishing.
Radiopoetro(1983).Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Barness,
R.D. (1987). Invertebrate Zoology.
New York: CBC Collage Publishing.
BAHAN
AJAR FILUM ANNELIDA
SISTEMATIKA
HEWAN INVERTEBRATA
DOSEN
PEMBIMBING: Dr.SUPIANA DIAN.M,Kes.
OLEH
: ALI MUSTOFA
2013-C
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI RONGGOLAWE (UNIROW) TUBAN
Jalan raya manuggal no.61
tuban.Telp.(0356)322233
2015
KATA
PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah selain puja dan
puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
penulisan Bahan Ajar ini dapat berjalan
dengan lancar dan diselesaikan dengan baik.
Ucapan terimakasih Penulis haturkan kepada
Dosen pengampu mata kuliah Sistematika Hewan Invertebrata, Dr.SUPIANA
DIAN.M,Kes. yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis sehingga Penulis
dapat menyelesaikan bahan Ajar ini
dengan baik dan benar. Penulisan bahan Ajar
ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistematika Hewan
Invertebrata. Penulis sangat menyadari bahwa
dalam menyusun bahan Ajar ini
masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai bahan
pembenahan yang lebih lanjut serta peningkatan kualitas dari bahan Ajar ini. Dan semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi
pembaca.
Tuban , 16
Desember 2014
Penulis
KATA
PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah selain puja dan
puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga
penulisan Bahan Ajar ini dapat berjalan
dengan lancar dan diselesaikan dengan baik.
Ucapan terimakasih Penulis haturkan kepada
Dosen pengampu mata kuliah Sistematika Hewan Invertebrata, Dr.SUPIANA
DIAN.M,Kes. yang telah memberikan bimbingan kepada Penulis sehingga Penulis
dapat menyelesaikan bahan Ajar ini dengan
baik dan benar. Penulisan bahan Ajar ini
digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistematika Hewan Invertebrata.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam
menyusun bahan Ajar ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai bahan pembenahan yang
lebih lanjut serta peningkatan kualitas dari bahan Ajar ini. Dan semoga bahan ajar ini bermanfaat
bagi pembaca.
Tuban , 16
Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul.........................................................................................................................1
Kata pengantar
........................................................................................................................2
Daftar isi
...................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang....................................................................................................................5
B. Ruang Lingkup
Isi...............................................................................................................5
C. Sasaran Bahan
Ajar............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
filum Annelida............................................................................................7
B.
Morfologi
tubuh filum Annelida..................................................................................8
C.
Cara
Hidup dan Habitat Annelida............................................................................10
D.
Kebiasaan
makan dan cara makan filum Annelida.................................................13
E.
Klasifikasi
filum Annelida..........................................................................................14
F.
Peranan
hewan filum Annelida..................................................................................17
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................................................18
B.
Saran ..................................................................................................................................18
Daftar Pustaka
BAHAN
AJAR COELENTERATA
SISTEMATIKA
HEWAN INVERTEBRATA
Mata
Kuliah : Sistematika Hewan Invertebrata
Materi
: Filum Annelida
Semester : 3 (tiga)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Annelida dalam
bahasa latin, annulus= cincin, atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan
tubuh bersegmen. Berbeda dengan pltyhelminthes dan nematyhelminthes, annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah
memiliki rongga tubuh sejati atau hewan selomata. Namun annelida merupakan
hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Filum annelida terdiri dari
cacing berbuku-buku seperti cacing tanah. Perkembangan buku-buku badan ini
memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas badan
(segmentasi) yang berbeda. Annelida
memiliki coelom yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks.
Terdapat sekitar 12,000 jenis di laut, air tawar, dan daratan, terbagi menjadi
tiga kelas
B.
Ruang Lingkup Isi
1.
Pengertian filum Annelida
2.
Morfologi tubuh filum Annelida
3.
Sistem reproduksi filum Annelida
4.
Kebiasaan makan dan cara makan filum Annelida
5.
Klasifikasi filum Annelida
6.
Peranan hewan filum Annelida
C.
Sasaran Pembelajaran Modul
Standart
Kompetensi :
1. memahami struktur morfologi dan anatomi Annelida
dan perananya bagi lingkungan
Kompetensi
Dasar:
1.1 mendeskripsikan ciri khas masing-masing
spesies filum Annelida
1.2 membandingkan struktur luar dan struktur
dalam filum Annelida
1.3 memahami peranan Annelida dalam kehidupan
Indikator
1.
Menjelaskan pengertian filum Annelida
2.
Menjelaskan morfologi tubuh filum Annelida
3.
Menjelaskan sistem reproduksi filum Annelida
4.
Menjelaskan kebiasaan makan dan cara makan filum Annelida
5.
Menjelaskan klasifikasi filum Annelida
6.
Menjelaskan peranan hewan filum Annelida
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Annelida
Annelida dalam
bahasa latin, annulus= cincin, atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan
tubuh bersegmen. Berbeda dengan pltyhelminthes dan nematyhelminthes, annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah
memiliki rongga tubuh sejati atau hewan selomata. Namun annelida merupakan
hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana. Filum annelida terdiri dari
cacing berbuku-buku seperti cacing tanah. Perkembangan buku-buku badan ini
memungkinkan adanya pembentukan fungsi yang berbeda dalam ruas badan (segmentasi)
yang berbeda. Annelida memiliki
coelom yang besar untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat
sekitar 12,000 jenis di laut, air tawar, dan daratan, terbagi menjadi tiga
kelas .
Jumlah Annelida yang telah dikenal sekitar 15.000 spesies dengan ukuran
yang bervariasi, dari yang panjangnya 1 mm hingga 3 m. Annelida dapat hidup di
berbagai tempat, baik di air tawar, air laut, atau daratan. Umumnya hidup
bebas, meskipun ada yang bersifat parasit. Cacing ini mempunyai tingkatan lebih
tinggi dibanding dengan kedua kelompok
cacing yang telah dibahas sebelumnya. annelida memiliki bentuk tubuh
bilateral, dengan tubuh beruas-ruas dan dilapisi lapisan kutikula nonchitinous
serta dilengkapi pula oleh sejumlah bristle chitin yang disebut setae. Cacing ini
terbagi sesuai dengan ruas-ruas tubuhnya terbagi sesuai dengan ruas-ruas
tubuhnya dan satu sama lain dibatasi dengan sekat (septum). Pembuluh darah,
sistem saraf, dan sistem ekskresi di setiap segmen saling berhubungan melewati
septa. Meskipun demikian, antara ruas satu dengan ruas lainnya tetap
berhubungan sehingga terlihat seperti cincin yang terkoordinasi.
Cacing tanah merupakan hewan
hemafrodit, mereka melakukan pembuahan secara silang. Sel sperma yang
dipertukarkan disimpan dalam klitelum untuk kemudian diselubungi mukus (lendir)
mebentuk kokon. Kokon dilepas dalam tanah dan berkembang menjadi embrio yang siap
menjadi individu baru. Perkembangan vegetatifnya dengan cara fragmentasi tubuh
yang diikuti dengan regenerasi. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini,
hidup didalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air. Pada umumnya
annelida hidup bebas, beberapa juga termasuk parasit. Disamping tubuhnya
bersegmen, juga tertutupi oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari
epidemis dan sudah ada rongga tubuh. Simetri bilateral berbentuk seperti
gelang. Memiliki ronnga badan tripblastik. Ruas tubuhnya segmen disebut sistem
pencernaan lengkap atau sempurna. Annelida yang hidup ditanah berperan penting
dalam memperbaiki struktur tanah untuk pertanian dan mengembalikan mineral yang
penting untuk menjaga kesuburan tanah. Bersifat metameri (antara segmen yang
satu dengan segmen yang lainnya sama baik bentuk luar maupun alat-alat
tubuhnya. Memiliki tiga penyusun tubuh yaitu endoderma, mesoderma, dan
ektoderma.
B.
CIRI MORFOLOGI
•Tubuh tersusun atas segmen-segmen
menyerupai gelang/ cincin
•Segmen terdapat di bagian luar dan
dalam tubuhnya. Diantara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang
disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf
di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa
•Panjang tubuh bervariasi dari
sekitar 1 mm hingga 3 m
•Bentuk
tubuhnya simetris bilateral, tubuh dilapisi kutikula
C.
Struktur tubuh Annelida
Gambar:Anatomi
Annelida
a.
Morfologi
Cacing tanah tidak memiliki kaki.
Memiliki kerutan (seta) disepanjang tubuhnya yang dapat dijulur-kerutkan
(bergerak sperti spiral). Bagian belakangnya berfungsi sebagai penahan
(jangkar). Klitelum merupakan organ pembentukan telur. Warna bagian punggung
(dorsal) adalah coklat sampai keunguan. Warna bagian bawah (ventral) adalah
krem. Pada bagian depan (anterior) terdapat mulut tak bergigi. Pada bagian
belakang (posterior) terdapat anus. Cacing tanah bertubuh tanpa kerangka yang
tersusun oleh segmen-segmen fraksi luar dan fraksi dalam yang saling
berhubungan secara integral. Diselaputi oleh epidermis berupa kutikula (kulit
kaku) berpigmen tipis dan seta. Kecuali pada dua segmen pertama bagian mulut.
b. Anatomi
Tubuh cacing tanah sebagian besar
terdiri dari air dan tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang dapat
menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak didalam tanah. Cacing
tanah tidak memiliki tulang, gigi, mata, telinga, dan kaki. Cacing tanah
memiliki lima jantung. Cacing tanah memiliki organ perasa yang sensititf
terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan
intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga
memiliki kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap ransangan kimia.
Organ-organ perasa pada cacing tanah terletak di bagian anterior (depan/muka).
Kepala cacing tanah terletak pada bagian yang paling dekat dengan klitellum.
Mereka biasanya bergerak searah bagian kepala menghadap saat berpindah tempat.
Klitelium adalah segmen pada cacing tanah (mirip korset) tempat kelenjar sel.
Untuk bersenggama. Fungsinya untuk
membentuk kokon (kepompong) dari sekresi lendir dimana sel-sel telur akan
diletakkan nantinya didalam kokon ini.
D.
CARA HIDUP DAN HABITAT
c.
Sistem organ
1.
Sistem pencernaan
Cacing tanah akan memakan apa saja
yang bersifat organik yang dapat diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak
bisa makan makanan yang kering. Mula-mula makanan dicerna di mulut, dan
diteruskan ke esofagus, kemudian di bawah ke crop. Setelah menuju crop, makanan
tersebut diteruskan ke empedal, lalu ke proventrikulus, dan dilanjutkan ke
usus, kemudian keluar melalui kloaka. Kotoran tersebut bermanfaat bagi tanaman.
Gambar: bagian
pencernaan Lumbricus terresteris
2.
Siklus hidup
Sepasang cacing tanah dewasa dapat
berkembang biak hingga menghasilkan 1500 ekor cacing dalam satu tahun. Populasi
cacing tanah mengalami peningkatan hingga 100% setiap 4-6 bulan. Cacing tanah akan
membatasi perkembangbiakan mereka agar sesuai dengan makanan yang tersedia dan ukuran tempat hidup mereka.
Cacing tanah adalah hewan hemafrodit. Meskipun hemafrodit tidak bisa
melakukannya sendiri. Cacing tanah dapat kawin sekali setiap sepuluh hari, dan
dari perkawinan itu dapat menghasilkan satu atau dua kepompong. Satu kepompong
dapat menampung hingga 10 telur, namun biasanya 4 cacing mudah yang dapat
menetas. Telur cacing tanah dapat menetas hingga 3 minggu jika cuaca hangat,
namun bisa mencapai 3 bulan jika cuaca dingin. Saat cacing tanah siap keluar
kepompong berubah warna menjadi kemerahan dan berukuran sebesar biji anggur.
Anak cacing tanah yang baru menetas berukuran sekitar 1,2 cm.
3.
Sistem ekskresi
Cacing tanah dengan cacing pipih memiliki
sistem ekskresi yang berbeda. Cacing tanah memiliki sistem ekskresi khusus yang
terdapat pada setiap segmen tubuhnya. Alat ekskresi ini dinamakan nefridium.
Pada setiap segmen tubuh cacing tanah terdapat sepasang nefridium. Hanya tiga
segmen pertama dan segmen terakhir saja yang tidak terdapat alat ekskresi ini.
Nefridium dilengkapi dengan corong bersilia dan terbuka yang terletak pada
sekat pemisah antar segmen tubuh. Alat ini disebut nefrostom. Nefrostom
berfungsi sebagai penarik cairan tubuh dari satu segmen ke segmen lainnya.
Sedangkan sisa metabolisme akan dikelauarkan melalui sebuah lubang yang disebut
nefridiopori. Saat silia pada nefrostom bergetar, cairan tubuh dari segmen di
sebelahnya akan mengalir kedalam nefridium. Pada nefridium ini, zat berguna
seperti glukosa dan ion-ion diserap oleh darah untuk dialirkan melalui pembuluh
kapiler. Sedangkan zat sisa seperti air, senyawa nitrogen, dan garam yang tidak
berguna oleh tubuh dikeluarkan melalui nefridiopori.
Gambar:
bagian sistem ekskresi Lumbricus
terresteris
4.
Sistem respirasi
Cacing tanah tidak memiliki alat
pernafasan khusus maka ia menggunakan permukaan tubuh/ kulitnya sebagai tempat
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Tubuh cacing tertutup oleh selaput
bening dan tipis yang disebut kutikula. Kutikula ini selalu lembap dan basah.
Karena permukaan kulit (epidermis, pori-pori dorsal) cacing tanah memiliki
kelenjar yang berlendir, yang berfungsi membasahi kulitnya tersebut. Melalui
selaput inilah terjadi difusi antara oksigen dengan karbondioksida yang
kemudian diteruskan kedalam pembuluh darah sehingga kebutuhan oksigen tubuh
terpenuhi. Dibawah kulit cacing tanah terdapat kapiler-kepiler darah, melalui
kapiler inilah, oksigen berdifusi masuk, lalu oksigen ditangkap atau diikat oleh
hemoglobin yang terkandung dalam darah cacing untuk selanjutnya diedarkan
keseluruh tubuh. Gas hasil respirasi yaitu karbondioksida dikeluarkan dari
tubuh juga melalui permukaan kulitnya.
5.
Sistem reproduksi
Annelida umumnya
bereproduksi secara seksual dengan pembentukan gamet, memiliki klitelium
sebagai alat kopulasi. Klitelium adalah struktur reproduksi yang mensekresi
cairan dan membentuk kokon tempat deposit telur. Namun ada juga yang
bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual Annelida ada yang menjadi satu dengan
individu (hemafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris)
melalui larva trochophore berenang bebas.
Gambar:
reproduksi Lumbricus terresteris
6. sistem peredaran darah
•
Sudah memiliki pembuluh
darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup
•
Pembuluh darah memanjang
sepanjang tubuhnya serta bercabang-cabang di setiap segmen
•
Darah mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah
•
Pembuluh darah yang melingkari
esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh
•
Terdapat tiga pembuluh
utama, satu terletak di dorsal (= punggung) dan dua di ventral (= bagian perut)
•
Pembuluh dorsal berperan
sebagai jantung utama yang memompa darah melalui gerak peristaltik
•
Pada bagian anterior
(=depan) tubuh cacing terdapat lima pasang pembuluh melengkung yang mengitari
saluran pencernaan sehingga menghubungkan pembuluh dorsal dengan pembuluh
ventral
•
Kelima pasang pembuluh ini
berperan sebagai jantung tambahan yang membantu memompa darah menuju ke ventral
tubuh cacing. Disebut juga jantung aorta
Gambar:
sistem pembuluh darah Lumbricus
terresteris
Gambar:
sistem pembuluh darah Lumbricus
terresteris
d.
Habitat
Cacing tanah dapat hidup dan
berkembang biak pada habitat alami dan habitat buatan manusia. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi cacing tanah pada habitatnya. Habitat alami cacing
tanah hidup dan berkembang biak. Suhu atau temperatur tanah yang ideal untuk
pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokonnya berkisar antara 15oc
– 25oc. Suhu tanah yang lebih tinggi dari 25oc masih
cocok untuk cacing tanah tetapi harus diimbangi dengan kelembapan yang memadai
dan naungan yang cukup.
E.
Klasifikasi
Adapun klasifikasi pada Lumbricus terresteris adalah sebagai
berikut
Kingdom: Animalia
Filum: Annelida
Kelas: Oligochaeta
Ordo: Terricolae
Famili: Lumbricidae
Genus: Lumbricus
Spesies: Lumbricus terresteris
Annelida
dibagi menjadi tiga kelas, yaitu :
1.Polychaeta
(cacing berambut banyak)
POLYCHAETA(Yunani,
poly = banyak, chaetae = rambut kaku)
Merupakan
annelida berambut banyak Tubuh dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium)
dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur
seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen
tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus
sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas, Setiap parapodium memiliki
rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin, membantu melekat pada
substrat serta membantu pergerakan. Sebagian besar adalah hewan laut Contoh
Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte sp.) yang berwarna
cerah Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis sp., Marphysa
sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).
A.
Struktur tubuh Polychaeta
Gambar:
cacing kipas
Gambar:
Nereis sp
2.Oligochaeta
(cacing berambut sedikit)
OLIGOCHAETA(Oligo=sedikit,
chetae=rambut kaku) Annelida berambut sedikit Tidak memiliki parapodia,
namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen Contoh Oligochaeta yang paling
terkenal adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah
Asia (Pheretima sp), cacing merah (Tubifexsp.), dan cacing tanah raksasa
Australia (Digaster longmani) Cacing ini memakan organisme hidup yang ada
di dalam tanah dengan cara menggali tanah Kemampuannya yang dapat
menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah
Gambar:
Lumbricus terresteris
3.Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya
sedikit,
Tidak memiliki parapodium maupun seta
pada segmen tubuhnya, Panjang
Hirudinea bervariasi dari 1 –30 cm, bentuk tubuh pipih dengan ujung anterior
dan posterior yang meruncing•Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap
yang digunakan untuk menempel dan bergerak.
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya
sedikit,
Tidak memiliki parapodium maupun seta
pada segmen tubuhnya. Panjang
Hirudinea bervariasi dari 1 –30 cm, bentuk tubuh pipih dengan ujung anterior
dan posterior yang meruncing ada
anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan
bergerak
Gambar:
Lintah(Hirudo medicinalis
Gambar:
Haemadipsa picta
F.
Peranan Annelida
• Cacing tanah (Lumbricussp.) sebagai obat diare
karena memiliki senyawa aktif yang mampu melumpuhkan bakteri patogen, khususnya
Eschericia coli penyebab diare
• Mengobati stroke, hipertensi, penyumbatan pembuluh
darah (arterosklerosis) karena memiliki enzim lumbrokinase yang dapat
melarutkan penggumpalan darah
• Bahan produk kosmetik yang memanfaatkan bahan aktif
cacing sebagai substrat pelembut kulit, pelembab wajah, dan antiinfeksi
• Penyubur tanah
• Campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak
(Tubifex, Pheretima)
• Obat tifus
• Hirudo medicinalis(lintah), dalam bidang kedokteran
zat hirudin digunakan untuk mencegah proses pembekuan darah untuk membantu
proses operasi.
• •CacingTubifex merupakan salah satu jenis pakan
alami ikan yang hidup didasar perairan tawar. Selain itu juga sebagai indikator
pencemaran lingkungan karena tubifex dapat hidup pada daerah dengan kadar
oksigen rendah.
• •Eunice viridis(cacingpalolo) dan Lysidiceoele
(cacingwawo) sebagai makanan yang dikonsumsi oleh orang-orang di Kepulauan
maluku.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada bahan ajar
ini adalah filum annelida dtinjau dari struktur morfologi memiliki mulut,
anterior, klitellum, organ kelamin, posterior, dan anus. Sedangkan untuk
struktur anatominya yaitu anus, klitellum, septum, lapisan otot, nefridium,
selom, esofagus, saluran sperma, wadah mani, ganglion, urat saraf, seta, mulut,
otak, faring, hati, vesikula seminalis, ovarium, pembuluh darah, krop, rempela,
dan usus. Selain itu Filum annelida juga sudah mempunyai sistem pernafasan yang
melaui difusi, sistem pembuluh daarah dan sistem pencernaan makanan yang
lengkap.
3.2 Saran
Adapun saran saya pada bahan ajar
ini adalah dibutuhkan kritik dan saran yang membangun agar penulis bisa
menyempurnakan lagi bahan ajar ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Barnes.,R.S.K.P.
Calaw and P.J.W. Olive. 1993. The Invertebrates a New
Synthesis.
Second Edition Black Well Scientific Publications Daford. Hal
122-137
Brusca,
R.C. and G.J. Brusca. 1990. Invertebrates Sinauter Associates. Inc
Publishers,
Sunderland Massachusetts. Hal 695-769
43
Pechnik,
J.A. 1991. Biology of The Invertebrates. Second Edition. Win C. Brown
Publishers
Dubuque. Hal 269-341
Ruppert,
E.E and R.D. Barnes., 19994. Invertebrates Zoology. Sixth Edition.
Saunder’s
College Publishing. Forth Worth. Hal 361-498.
Suwigyo,
S.B. Widigdo. Y. Wardiatno dan M. Krisanti., 1998. Avertebrata Air.
Jilid
I. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Hal 105-160
Form No. 5 (11 Mei
2003).
Fox, R. 2001.
Invertebrata Zoolegs. Leboratry Exercise. Hhtp/www.Lander
edition/rsfor/310
porifera lab. Htm/(11 Mei 2003).
Hegner, W. R.,
1968. Invertebrata Zoolegg Sereal Edition. Maemillan Publishing
co.inc.hal 121-148
Suwignyo, S.B.
Widigdo., Y Wardiatno dan M. Kristanti, 1997. Avertebrata Air.
Jilid 5. Fakultas
Perikanan, Institut Pertanaian Bogor. Bogor. Hal 28-34.
Rusyana,
Adun. 2011. Zoologi Invertebrata (Teori
dan Praktik). Bandung : ALFABETA
Campbell,
N.A. & Reece, J.B. (2002). Biology.
New York: World Student Series Publishing.
Radiopoetro(1983).Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Barness,
R.D. (1987). Invertebrate Zoology.
New York: CBC Collage Publishing.